Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Turbulensi dapat terjadi ketika sebuah pesawat terkena arus udara yang kuat sehingga mendorong atau menarik badan pesawat. Hal itu semakin sering terjadi, seperti Singapore Airlines SQ321 yang belum lama ini mengalami clear air turbulence (CAT).
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pengamat penerbangan independen Alvin Lie mengatakan, turbulensi yang patut diwaspadai adalah CAT seperti yang dialami Singapore Airlines. Menurut dia, hingga hari ini, belum ada teknologi yang dapat mendeteksi CAT.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Kalau spesifik seperti SQ321 itu mengalami clear air turbulence yang tidak nampak di radar,” ujar Alvin Lie, ketika dihubungi Tempo melalui pesan singkat pada Selasa, 4 Juni, 2024.
Tidak seperti turbulensi pada umumnya yang disebabkan oleh kondisi awan, CAT terbentuk dari pergerakan angin yang tidak beraturan. Bagai musuh dalam selimut, CAT tidak terlihat wujudnya dan lebih sulit diprediksi.
“CAT itu terbentuk dari pergerakan angin yang tidak beraturan, dan mungkin juga pertemuan angin dari dua atau lebih arah, bukan karena awan,” Alvin menerangkan.
CAT biasa terjadi di ketinggian yang lebih tinggi, biasanya di atas 15.000 kaki, khususnya antara inti aliran jet dan udara sekitarnya. Namun secara umum, definisi CAT mengecualikan turbulensi yang disebabkan oleh badai petir, inversi suhu pada ketinggian rendah, panas, angin permukaan yang kencang, atau fitur medan lokal.
CAT Dipengaruhi Perubahan Iklim
Menurut data penerbangan, ditemukan bahwa turbulensi menyumbang lebih dari sepertiga kejadian yang dilaporkan dan sebagian besar mengakibatkan satu atau lebih cedera serius. Akan tetapi, menurut studi 2021 yang dilakukan oleh Dewan Keselamatan Transportasi Nasional AS, dari tahun 2009 hingga 2018, tidak ada laporan kerusakan pada pesawat.
Meski begitu, turbulensi fatal dalam perjalanan udara terhitung jarang terjadi. Alvin Lie mengungkapkan intensitas turbulensi pada penerbangan Singapore Airlines kemungkinan “ekstrem”. Hal ini berdasarkan klasifikasi tertinggi menurut Layanan Cuaca Nasional Badan Kelautan dan Atmosfer Nasional Amerika Serikat (NOAA).'
Pergantian Musim
Turbulensi akhir-akhir ini sering terjadi salah satunya disebabkan oleh pergantian musim, kata Alvin.
“Belahan bumi Utara itu mulai memasuki musim panas, belahan bumi Selatan ini mulai masuk musim dingin. Ada pergerakan udara dari selatan ke utara dan terjadi juga benturan-benturan pergerakan udara ini, terutama di daerah dekat khatulistiwa dan daerah pegunungan,” Alvin melanjutkan. Akan tetapi, untuk intensitasnya tetap tidak bisa diperkirakan.
Menurut Alvin, karena sifatnya yang lokal, turbulensi yang menimpa pesawat Singapore Airlines SQ321 dikarenakan nasib yang buruk. “CAT itu sifatnya sangat lokal ya. SQ321 itu saya menilai nasibnya saja sedang tidak baik,” kata Alvin. “Jangan lupa, rute SQ321 itu, pada hari kejadian itu juga dilewati ratusan pesawat lainnya, itu tidak jadi masalah. Pada ketinggian yang sama, pada lokasi yang sama, beda waktu saja sudah tidak mengalami itu. Dia berada di tempat tersebut pada waktu tersebut. Kalau misalnya bergeser beberapa menit saja atau bergeser beberapa ratus meter dari lokasi tersebut, itu tidak akan mengalami CAT.”
Pilihan Editor: Emirates Pasang Pengamanan Ekstra untuk Cegah Turbulensi Ekstrem