Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Kurang lengkap berkunjung ke Kota Palu jika tak mampir ke Masjid Apung di Jalan Rono, Kelurahan Lere, Kecamatan Palu Barat. Masjid bernama asli Masjid Arqam Bab Al Rahman ini, menurut Ruslan Sangadji (Ochan), 43 tahun, warga setempat, dibangun oleh pengusaha pom bensin bernama Muhammad Hasan Bajamal.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Seingat Ochan, pembangunan masjid itu didedikasikan untuk mengenang jasa almarhum Syekh Abdullah Raqi alias Datuk Karama. Dia adalah seorang penyebar agama Islam di Sulawesi Tengah pada abad ke-17 yang berasal dari Sumatera Barat. “Masjid mulai dibangun Januari 2011 dan selesai pada Desember tahun yang sama,” kata Ochan, Minggu, 6 Mei, di Palu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kendati bukan masjid apung pertama di Tanah Air, Masjid Apung Palu telah menjadi salah satu ikon ibu kota Provinsi Sulawesi Tengah itu. Masjid apung sudah lebih dulu ada di Makassar, Sulawesi Selatan, dan Kendari, Sulawesi Tenggara.
Masjid Arqam dibangun di perairan Teluk Palu yang bergaris pantai 43 kilometer, dengan luas perairan 10.066 hektare. Pilar-pilar fondasinya tertancap di kedalaman 10 meter. Sekitar 25 pilar penyangga bangunan masjid kelihatan saat laut surut.
Ombak Teluk Palu yang tenang tidak merusak masjid. Bangunan masjid yang berjarak sekitar 30 meter dari bibir pantai Teluk Palu ini baru tampak mengapung saat air laut pasang.
Bangunan masjid tampak begitu anggun dalam balutan warna krem yang dominan, berpadu dengan warna hijau dan emas di seluruh bangunan.
Keunikan lain, lantai Masjid Arqam menggunakan keramik asli dari India. Empat kubah kecil dan satu kubah besar memancarkan tujuh warna yang bergantian tiap detik: merah, jingga, hijau, ungu, biru, merah jambu, dan putih.
“Masjidnya makin cantik dilihat pada malam hari karena cahayanya berganti-ganti,” kata Ochan, yang juga seorang tokoh pemuda di Palu.
Keunikan-keunikan itu mengundang banyak orang dan wisatawan datang ke sana. Luas Masjid Arqam sekitar 120 meter persegi dan mampu menampung sekitar 200 orang.
Reny Septiani, mahasiswa Program Studi Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Tadulako, mengatakan suka salat di Masjid Arqam. Namun, selama Ramadan, gadis berusia 23 tahun ini memilih melaksanakan salat isya dan tarawih di masjid dekat kampusnya di Kelurahan Tondo, Kecamatan Mantikulore.
“Karena salat tarawih di sana pasti sesak. Apalagi ruang salat perempuan selalu dilewati laki-laki karena ruangannya sempit, sehingga tak ada jalan lain,” kata perempuan pendiri Komunitas Baju Kertasku yang aktif dalam kegiatan konservasi mangrove tersebut.
Masjid Apung kini menjadikan lanskap Teluk Palu kian menawan. Berdiri dan memandang kawasan ini dari agak di kejauhan, muncullah panorama elok itu: masjid, pemandangan laut Teluk Palu, perbukitan, dan kemegahan Jembatan Palu IV (Jembatan Ponulele), muncul dalam pigura imajinasi setiap pengunjung.
ABDI PURMONO (Palu)