Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Perjalanan

Menyelamatkan Danau Terbesar di Asia Barat yang Nyaris Kering

Kota Urmia yang berada di pesisir Danau Urmia nyaris jadi kota hantu, ketika Danau Urmia nyaris kering.

17 September 2020 | 10.00 WIB

Suasana Pelabuhan Sharafkhaneh pada 2015, sebuah kapal yang ditinggalkan terjebak dalam garam yang mengeras. Foto: Solmaz Daryani/Atlas Obscura
Perbesar
Suasana Pelabuhan Sharafkhaneh pada 2015, sebuah kapal yang ditinggalkan terjebak dalam garam yang mengeras. Foto: Solmaz Daryani/Atlas Obscura

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Di dasar danau yang gersang dan asin di barat laut Iran, pemandangan yang menakutkan dan tanpa harapan menyambut pengunjung. Bangunan-bangunan yang dulunya permukiman, hotel, daan kapal pun tampak kandas.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Deretan perahu pedal berbentuk angsa terlantar, melengkapi pemandangan horor dermaga dengan tonggak yang masih berdiri gagah di atas danau yang kering. Pemandangan tak sedap itu, seolah monumen yang pernah menyaksikan kejayaan Danau Urmia – yang dahulu kala merupakan danau terbesar di Timur Tengah, dan danau garam terbesar keenam di planet ini.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Danau Urmia (juga dieja Oromieh) terbagi antara provinsi Azerbaijan Barat dan Azerbaijan Timur di Iran, dan dikelilingi oleh pegunungan merah yang terjal. Urmia juga merupakan nama kota terdekat di Azerbaijan Barat.

Menurut Atlas Obscura, hampir 6 juta orang yang tinggal di cekungan Urmia. Mereka memiliki ikatan sosial dan ekonomi yang dalam dengan danau air asin yang menyusut itu. Orang-orang Turki-Azeri, yang tinggal di sekitar danau, menghargainya sebagai simbol identitas mereka, menyebutnya sebagai "Solitaire turquoise Azerbaijan." 

Saat danau itu masih normal, pariwisata berkembang pesat. Warga membangun penginapan dan hotel di kota pelabuhan turis Sharafkhaneh. Ketika danau masih menjadi tujuan populer, para turis  akan membenamkan diri dalam air asin dan mengolesi tubuh mereka dengan lumpur hitam, yang dipercaya dapat menghaluskan kulit. Mereka menikmati suara ombak, celoteh, bau belerang lumpur gelap, dan angin asin di tengah teriknya sore hari.

Danau Urmia merupakan danau air asin terbesar di Asia Barat mengering karena perubahan iklim dan pertanian tak ramah lingkungan. Foto: Foto: Solmaz Daryani/Atlas Obscura

Saat Danau Urmia mengering, pariwisata dan pertanian lokal menderita. Semuanya hilang. Kota yang dulunya dihuni 6 juta orang, kini hanya menjadi desa berpenduduk jarang. Kaum muda mengungsi ke kota-kota terdekat, dan sebagian besar penduduk yang tetap tinggal adalah lansia.

Di masa jayanya, danau ini merupakan habitat alami terbesar bagi udang air asin Artemia, yang secara unik beradaptasi dengan lingkungan asin, serta merupakan titik persinggahan penting bagi burung-burung yang bermigrasi seperti flamingo dan pelikan.

Meskipung airnya tinggal 12 persen, Danau Urmia tetap menjadi Cagar Biosfer UNESCO. Sebuah studi baru-baru ini menyimpulkan bahwa peningkatan suhu dan perubahan iklim membantu mengeringkan danau, dikombinasikan dengan pertanian yang berkembang pesat di wilayah tersebut.

Bencana itu memicu upaya terkoordinasi untuk menyelamatkan danau tersebut. Pemerintah Iran telah membentuk komite restorasi danau nasional dan bertujuan untuk menginvestasikan US$ 5 miliar (setara 74,3 triliun) selama 10 tahun. Dalam dua tahun terakhir, curah hujan di atas rata-rata telah membantu membalikkan keadaan.

Para ahli mengatakan mungkin perlu waktu puluhan tahun bagi danau untuk kembali ke kejayaannya, tetapi perbaikan tersebut memberi harapan bagi penduduk yang tinggal di sekitar danau. “Saya menjalani seluruh hidup saya di tepi danau,” kata Rahmani, seorang petani yang menunjuk ke danau dari pertanian terdekatnya.

“Saya selalu bisa melihat matahari terbenam berkilauan di atas air dari rumah saya di atas bukit. Saya tidak pernah mengira danau itu bisa menjadi gurun garam," ujarnya kepada Atlas Obscura.

Rahmani adalah salah satu petani pertama yang mendaftar untuk proyek pertanian berkelanjutan. “Ketika permukaan air turun, biaya irigasi pertanian meningkat, yang berarti kami perlu mengubah cara bertani lama kami,” katanya. “Di wilayah ini, sebagian besar petani telah beralih ke sistem penyiraman sprinkler, dan setiap tahun, kami mengubah pola panen: satu tahun gandum, setahun labu.”

Hilangnya Danau Urmia lebih dari sekadar bahaya lingkungan; itu adalah luka emosional dalam ingatan orang. Bagi kita yang ingat dulu tempat ini, danau itu lebih dari sekadar titik biru surut di peta dunia. Itu adalah bagian dari identitas kami, dan kami hanya bisa berharap bahwa itu tidak lenyap selamanya.

Dinukil dari Tehran Times, proyek penyelamatan Danau Urmia telah memasuki tahap ketiga, Menurut Kepala Proyek Restorasi Danau Urmia, Farhad Sarkhosh, pihaknya telah menyelesaikan tahap ketiga instalasi pengolahan air limbah Urmia dan tahap pertama untuk proyek yang sama di Tabriz.

“Selanjutnya kami telah menyelesaikan proyek saluran air dari Bendungan Kani Sib ke Danau Urmia dan proyek pertanian penting seperti irigasi bertekanan, termasuk di antara proyek-proyek yang akan mendapat manfaat dari dana tersebut,” ujar Sarkhosh.

Merujuk pada musim panas dan tingginya penguapan air di daerah resapan danau, dia mengatakan, permukaan danau saat ini sudah mencapai 2.869 kilometer persegi. Restorasi itu menaikkan volume air Danau Urmia mencapai 3,6 miliar meter kubik.

Burung-burung yang berimigrasi kerap menyinggahi Danau Urmia meskipun nyaris mengering. PBB menetapkan sebagai cagar biosfer UNESCO. Foto: @behzad_.zarei

Danau Urmia, yang terletak di barat laut Iran, pernah menjadi danau hipersalin permanen paling luas di dunia. Pengelolaan air yang tidak berkelanjutan dalam menanggapi permintaan yang meningkat bersama dengan iklim ekstrim telah menyebabkan penipisan danau selama dua dekade terakhir. Program restorasi danau dimulai sejak 2013 dan bertujuan untuk memulihkan danau dalam program 10 tahun.

ATLAS OBSCURA | TEHRAN TIMES

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus