Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Sebuah pesawat yang jatuh di Nepal bulan lalu dan menewaskan lebih dari 70 orang di dalamnya disebut tidak memiliki gerakan dorong di mesinnya pada tahap terakhir penurunannya, kata lembaga yang ditunjuk pemerintah untuk menyelidiki kecelakaan itu, Senin, 6 Februari 2023.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pesawat itu jatuh sesaat sebelum mendarat di kota wisata Pokhra pada 15 Januari. Itu tercatat sebagai salah satu kecelakaan pesawat terburuk di Nepal dalam 30 tahun.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ada 72 penumpang di pesawat bermesin ganda ATR 72 yang dioperasikan oleh Yeti Airlines Nepal, termasuk dua bayi, empat anggota awak dan 10 warga negara asing. Tim penyelamat menemukan 71 jenazah dengan satu orang yang belum ditemukan diperkirakan tewas.
Analisis perekam suara kokpit dan perekam data penerbangan menunjukkan baling-baling dari kedua mesin menjadi "feather in the base leg of descending", kata panel itu dalam sebuah pernyataan. Pakar penerbangan KB Limbu mengatakan baling-baling yang menjadi bulu berarti tidak ada daya dorong di mesin atau tidak menghasilkan tenaga apa pun.
Kementerian Transportasi Singapura (MOT) membantu otoritas Nepal untuk mengambil dan memproses pembacaan data dari perekam penerbangan. Ini atas permintaan otoritas investigasi di Nepal, kata seorang juru bicara kementerian dalam sebuah pernyataan pada 26 Januari. Semua informasi terkait investigasi akan ditangani oleh otoritas investigasi Nepal.
CHANNEL NEWS ASIA
Baca juga: 5 Destinasi Wisata Unggulan di Nepal, Ada Kuil yang Dikunjungi Lebih 1 Juta Pelancong Tiap Tahun
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “http://tempo.co/”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.