Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Perjalanan

Renovasi Tugu Equator Pelalawan Riau Malah Bikin Warga Jengkel

Setelah gapura Tugu Equator di Kabupaten Pelalawan, Riau, tersangkut crane, perbaikannya justru membuat pelancong enggan singgah.

11 Juni 2022 | 10.06 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Tugu Equator di Desa Dusun Tua, Kecamatan Pangkalan Lesung, Kabupaten Pelalawan, Provinsi Riau. TEMPO | Abdi Purmono

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Pangkalan Kerinci - Tugu Equator di Desa Dusun Tua, Kecamatan Pangkalan Lesung, Kabupaten Pelalawan, Provinsi Riau, menjadi tempat persinggahan para pelancong. Hanya saja, setelah direnovasi, kondisinya malah membuat pengunjung enggan mampir.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Seorang pemilik kedai di seberang tugu khatulistiwa itu, Elly Kasim menceritakan renovasi "wajah" Tugu Equator yang mempengaruhi usaha masyarakat sekitar. Elly yang juga Ketua RW 081 Desa Dusun Tua berkisah, lokasi tugu ekuator di Desa Dusun Tua pertama kali ditemukan oleh orang Belanda.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Lokasi ini ditandai dengan besi melingkar yang sekaligus menjadi gerbang penghubung antara Desa Dusun Tua dan Desa Pangkalan Lesung. "Dulu, Tugu Equator di kampung kami bentuknya bola dunia besar. Lalu ada gapura ‘selamat datang’," kata Elly pada Senin, 9 Mei 2022. "Kemudian gapuranya kecantol truk pembawa crane sampai ambruk. Ya dibongkar sekalian."

Elly tidak begitu menyukai perubahan desain tugu dan penataan lokasi tugu yang sekarang karena dianggap menyulitkan orang-orang yang ingin singgah untuk beristirahat dan berfoto gara-gara terhalang pagar besi setinggi dua meter. Selain mengurangi keindahan lokasi, pagar besi cukup menyulitkan orang-orang memotret utuh fisik tugu setinggi sekitar lima meter dan tulisan nama tugu yang berukuran besar.

Dulu, Elly melanjutkan, lokasi itu terbuka tanpa pagar dan berfungsi sebagai area peristirahatan. Di sana tersedia penginapan (bernama Pesanggrahan Ekuator yang kini jadi tugu), musala, kantin, kios suvenir, dan tempat parkir yang jembar.

Selain sebagai area peristirahatan, lokasi tugu juga berfungsi sebagai taman terbuka yang ditumbuhi beraneka tanaman bunga dan pohon besar seperti palem dan cemara. Kini, tanaman peneduh yang tersisa hanya satu pohon sialang dan satu pohon jengkol.

Desa Dusun Tua dihuni sekitar 300 keluarga. Keberadaan tugu model lawas memberikan manfaat ekonomi kepada sebagian penduduknya. Masyarakat bisa mendapat penghasilan tambahan dengan menjual suvenir dan madu. Elly mengklaim, madu sialang produksi Pangkalan Lesung dan sekitarnya dijamin keaslian dan khasiatnya. Harganya pun murah.

"Sekarang sepi pengunjung setelah lokasi tugu dipagari besi tinggi dan lama-lama usaha kami mati," kata Elly. "Jengkel kami sudah di kepala, tapi kami bisa apa?"

Elly melanjutkan, renovasi lokasi yang sekarang sebenarnya sudah bagus walau tak sebagus model yang lama. Hanya saja, Elly dan warga Desa Dusun Tua berharap pagar besi tinggi yang memagari tugu dibongkar seluruhnya supaya pengunjung gampang mampir. Dengan begitu, penduduk setempat mendapat keuntungan seperti dulu. Elly tak rela kampungnya menjadi perlintasan belaka.

Untuk diketahui, hanya 12 negara yang dilintasi garis khatulistiwa, termasuk Indonesia. Di Indonesia, ada delapan provinsi yang dilalui garis ekuator, yaitu Sumatera Barat, Riau, Kepulauan Riau, Kalimantan Timur, Kalimantan Barat, Sulawesi Tengah, Maluku Utara, dan Papua Barat.

Di Pulau Sumatera, Provinsi Sumatera Barat mempunyai tiga tugu ekuator. Masing-masing di Kabupaten Pasaman Barat, Bonjol (Ibu Kota Kabupaten Pasaman), dan Nagari Koto Alam di Kecamatan Pangkalan Koto Baru, Kabupaten Limah Puluh Kota.

Di Provinsi Riau ada dua tugu khatulistiwa, yakni di Desa Dusun Tua dan di Desa Lipat Kain, Kecamatan Kampar Kiri, Kabupaten Kampar. Cuma Tugu Ekuator di Desa Dusun Tua ini yang berada di tepi Jalan Lintas Timur Sumatera atau Jalintimsum.

Penyandang disabilitas Rungu, Ari Wibowo, 33 tahun, warga Kota Kudus, Jawa Tengah, dan Hanif, 55 tahun, warga Kota Palembang, Sumatera Selatan, yang singgah di Tuku Equator, Desa Dusun Tua, Kecamatan Pangkalan Lesung, Kabupaten Pelalawan, Provinsi Riau. TEMPO | Abdi Purmono

Tampak dua pria berfoto di Tugu Equator. Mereka kemudian singgah di kedai milik Elly Kasim untuk beristirahat. Keduanya adalah penyandang disabilitas Rungu dan berkomunikasi lewat tulisan tangan. Mereka bernama Ari Wibowo, 33 tahun, warga Kota Kudus, Jawa Tengah, dan Hanif, 55 tahun, warga Kota Palembang, Sumatera Selatan.

Berboncengan dengan sepeda motor, mereka mengatakan hendak menghadiri pertemuan besar difabel Rungu di Kota Pematang Siantar, Provinsi Sumatera Utara. Dari sana, mereka berencana melanjutkan perjalanan ke Kepulauan Weh di Provinsi Aceh untuk berkunjung ke Tugu Kilometer Nol Indonesia. Kemudian ke Banda Aceh lalu menyeberang ke Sabang.

Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik Tempo.co Update untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram lebih dulu.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus