Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Paus Fransiskus, Pemimpin Gereja Katolik Dunia sekaligus Kepala Negara Vatikan, dijadwalkan mengunjungi Gereja Katedral Jakarta pada Rabu sore, 4 September 2024. Gereja ini merupakan salah satu gereja Katolik tertua dan terbesar di Jakarta.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Gereja dengan nama resmi De Kerk van Onze Lieve Vrouwe ten Hemelopneming atau Gereja Santa Perawan Maria Diangkat ke Surga itu berada di Pasar Baru, Jakarta Pusat, berdekatan dengan Masjid Istiqlal. Gereja yang dibangun pada masa kolonial ini memiliki sejarah panjang dan saat ini sudah berusia 123 tahun.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sejak 4 Oktober 1999, Gereja Katedral Santa Maria Diangkat ke Surga resmi menjadi bangunan cagar budaya nasional. Gereja ini masih aktif digunakan sebagai tempat ibadah umat Katolik untuk misa harian, misa mingguan dan misa hari besar lainnya seperti Natal dan Paskah.
Sejarah Gereja Katolik di Batavia
Perjalanan gereja Katolik di Indonesia dimulai ketika Paus Pius VII mengangkat Pastor Nelissen sebagai prefek apostik Hindia Belanda pada 1807. Pastor Nelissen bersama Pastor Prinsen tiba di Batavia via Pelabuhan Pasar Ikan setahun kemudian. Saat itulah penyebaran misi dan pembangunan gereja Katolik di Nusantara dimulai.
Dilansir dari laman resmi Gereja Katedral Jakarta, gereja Katolik pertama di Batavia diresmikan pada 1808 di sudut Lapangan Banteng. Gereja tersebut hanya berupa bangunan bambu yang sederhana. Namun pada 1810, gereja itu pindah ke Gang Kenanga di kawasan Senen, menempati bangunan bekas kapel Protestan, yang dinamai St. Ludovikus.
Pada 1926, kebakaran hebat terjadi di Senen, menghanguskan 180 rumah. Meski gereja tidak ikut hangus, bangunannya jadi sangat rapuh.
Cikal Bakal Gereja Katedral
Umat Katolik di Batavia mencari tempat baru dan didapatlah rumah Letnan Gubernur Jenderal H.M. de Kock atas bantuan Komisaris Jenderal Du Bus de Gisignies. Pada 1929, didirikanlah cikal bakal Gereja Katedral yang diberkati Prefek Prinsen dengan nama De Kerk van Onze Lieve Vrouwe ten Hemelopneming.
Gereja ini mengalami perbaikan beberapa kali, salah satunya pada 1880 dengan memindahkan menara dan menambahkan menara kecil di sisi kanan dan kiri. Namun, gereja ini mengalami kerusakan berat pada 1890 yang menyebabkan harus direnovasi total. Selama 10 tahun pembangunan, umat Katolik beribadah di gereja darurat bekas kandang kuda uskup di belakang pastoran.
Pembangunan Gereja Katedral
Pembangunan gereja yang rusak itu dimulai pada 1891, dengan arsitek Pater Antonius Dijkmans. Gereja ini dirancang dengan gaya neo-gotik dengan daun pintu yang menjulang tinggi dan banyak jendela. Ketiadaan dana membuat pembangunan dihentikan. Pada 1899, pembangunan dilanjutkan oleh M.J. Hulswit karena Dijkmans pulang ke Belanda.
Pembangunan selesai dan akhirnya diresmikan pada 21 April 1901 oleh Vikaris Apostolik Batavia Edmundus Sybrandus Luypen. Misa pertama diiringi paduan suara Santa Cecilia yang didirikan C.G.M. Van Arcken yang masih ada sampai saat ini.
Beberapa bagian Gereja Katedral ini masih sama sampai saat ini. Jendela-jendelanya dihiasi dengan lukisan tentang peristiwa jalan salib yang pernah dialami oleh Yesus Kristus. Di bagian kanan dan kiri gereja terdapat bilik-bilik yang digunakan sebagai tempat untuk pengakuan dosa. Di bagian depan terdapat altar suci pemberian dari Komisaris Jenderal Du Bus de Gisignies yang masih digunakan sebagai altar utama dalam berbagai misa.