Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Perjalanan

Tahukah Anda Ondel-ondel Dulunya Tak Tampil Semanis Sekarang?

Ondel-ondel tak pernah absen menghiasi sejumlah tempat wisata di Jakarta.

22 Juni 2018 | 16.00 WIB

Ondel-ondel menghibur pengunjung di Taman Fatahillah di kawasan Kota Tua, Jakarta Barat, 26 Desember 2015. Liburan akhir tahun dimanfaatkan warga Jakarta dan kota penyangga lainnya untuk mengunjungi tempat-tempat wisata. TEMPO/Aditia Noviansyah
material-symbols:fullscreenPerbesar
Ondel-ondel menghibur pengunjung di Taman Fatahillah di kawasan Kota Tua, Jakarta Barat, 26 Desember 2015. Liburan akhir tahun dimanfaatkan warga Jakarta dan kota penyangga lainnya untuk mengunjungi tempat-tempat wisata. TEMPO/Aditia Noviansyah

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Ondel-ondel tak pernah absen menghiasi sejumlah tempat wisata di Jakarta. Kehadiran sepasang boneka jangkung itu kerap menjadi penyambut tamu di pintu-pintu masuk lokasi rekreasi atau kawasan hiburan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Keberadaan ondel-ondel sebagai ikon Ibu Kota tak pernah luput dilirik mata. Siapa pun bisa dibikin jatuh hati. Beberapa toko oleh-oleh bahkan menyediakan replika ondel-ondel untuk dibawa pulang para turis.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ondel-ondel yang kini tampil manis, ternyata adalah hasil dari "evolusi" yang cukup panjang. Masyarakat Betawi mulanya tak mengenal ondel-ondel sebagai boneka dengan wajah berias bedak, lipstik, dan aksesori seperti sekarang.

“Di masa lalu, tampilannya menyeramkan. Anak-anak takut melihatnya,” ujar budayawan Betawi yang berkonsentrasi dengan kesenian ondel-ondel, Ahmad Suaip alias Davi, melalui surat elektronik, Jumat, 22 Juni 2018.

Boneka bertubuh jangkung yang tingginya mencapai 2,5 meter itu pernah dipandang seperti momok. Namanya pun bukan ondel-ondel. Kata Davi, masyarakat Betawi dulu kala menyebut mereka barongan.Boneka ondel-ondel yang telah selesai dibuat di kawasan Kramat, Jakarta, 16 Maret 2016. Ondel-ondel merupakan sebuah boneka besar dengan tinggi sekitar 2,5 meter dengan garis tengah 80 cm. TEMPO/M Iqbal Ichsan

Barongan konon memiliki gigi bercaling. Kepalanya terbuat dari bahan kayu yang dipahat menyerupai wajah manusia. Cara menarinya mengikuti ritme musik dan selalu disertai atraksi pencak silat.

“Kalau sekarang, barongan atau ondel-ondel terbuat dari fiber, mukanya lembut dan disukai anak-anak,” katanya.

Dalam catatan seorang saudagar asal Inggris, W. Scott, sejarah barongan bermula pada awal abad ke-16. Barongan mulanya dihadirkan untuk ritual-ritual khusus. Misalnya saat mengarak pengantin atau anak laki-laki yang akan sunat.

Tidak seperti sekarang, pada masa lampau, barongan dengan bentuk tangan selalu merentang akan beratraksi dengan cara berputar terus saat arak-arakan. Ini menyebabkan orang tak berani mendekat karena takut kena tamparan tangan kedua boneka itu.

Tujuan sebenarnya adalah supaya tak ada seorang pun yang menghalangi pengantin melangsungkan pernikahan atau hajatan. “Setelah arak-arak kelar, ondel ondel dipajang di muka jalan sebagai simbol ada keramaian atau sukacita,” ujarnya.

Pemasangan ondel-ondel di muka jalan dibarengi dengan dinyalakan petasan atau kembang api kretek.

Dari masa ke masa, ondel-ondel ditampilkan alam pementasan-pementasan publik. Keberadaannya pun menjadi ikon wisata. Menurut Davi, perubahan ini terjadi sejak pemerintahan Gubernur DKI Ali Sadikin.

“Sampai sekarang pun sudah ada peraturan daerah dan peraturan gubernurnya, jadi makin dihargai dan diperhatikan,” ucapnya.

Francisca Christy Rosana

Lulus dari Universitas Gadjah Mada jurusan Sastra Indonesia pada 2014, ia bergabung dengan Tempo pada 2015. Kini meliput isu politik untuk desk Nasional dan salah satu host siniar Bocor Alus Politik di YouTube Tempodotco. Ia meliput kunjungan apostolik Paus Fransiskus ke beberapa negara, termasuk Indonesia, pada 2024 

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus