Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Majalengka - Habitat satwa Elang Jawa atau Nisaetus bartelsi menghadapi tekanan aktivitas manusia. Namun populasinya di kawasan Taman Nasional Gunung Ciremai atau TNGC, Kuningan, Jawa Barat, dikatakan meningkat.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Kami menemukan beberapa sarang Elang Jawa bergeser akibat ulah manusia," tutur Kepala Seksi Pengelolaan TNGC Wilayah II Majalengka, Jaja Suharja Senjaya, Rabu 13 November 2024.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Namun, lanjut Jaja, Pengendali Ekosistem Hutan atau PEH Balai TNGC, berhasil mengidentifikasi populasi Elang Jawa di kawasan Gunung Ciremai meningkat. Berdasarkan data Balai TNGC, peningkatan jumlah Elang Jawa itu didapat dari hasil kompilasi dan analisis data monitoring pada 2023. Dari 12 lokasi pengamatan, terpantau ada 40 invididu yang teridentifikasi.
Dari jumlah itu, sebanyak 27 ekor diketahui masuk kategori umur dewasa, 12 ekor remaja dan satu ekor individu anakan. Sedangkan untuk data pemantauan tahun 2024, hingga kini masih dalam analisis tim. "Kami mengajak masyarakat untuk bersama-sama menjaga kelestarian Elang Jawa agar sang Garuda tetap lestari dan nyaman di habitatnya,” tutur Jaja.
Taman Nasional Gunung Ciremai. tngciremai.menlhk.go.id
Elang Jawa yang identik dengan lambang negara Garuda, merupakan burung pemangsa endemic Pulau Jawa dan menjadi salah satu konsumen teratas dalam ekosistem Gunung Ciremai. Spesies itu juga cukup rentan terhadap perubahan lingkungan sehingga menjadi salah satu indikator kondisi lingkungan di sekitarnya.
Berdasarkan informasi yang dihimpun, keberadaan Elang Jawa pertama kali teridentifikasi di kawasan Gunung Ciremai pada 2011. Bahkan tim PEH Balai TNGC juga turut menemukan satwa dan sarangnya. Selanjutnya petugas PEH langsung mengamati aktivitas satwa dilindungi itu secara rutin. Lalu pada 2015 survei dilakukan di kawasan Gunung Ciremai untuk mendapat data yang lebih akurat terkait habitat Elang Jawa.