Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Perjalanan

Turis Inggris Mengaku Kecewa dengan Bali karena Jalanan Macet dan Pantai Kuta Kotor

Sebelum berlibur ke Bali, turis Inggris ini mengaku riset di Internet dan tak menemukan unggahan tentang sisi buruk pulau ini.

28 Januari 2024 | 08.23 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Seorang turis Inggris bernama Corrin mengungkapkan kekecewaannya ketika berlibur di Bali. Dia mengatakan Bali membuatnya stres karena kemacetan dan kekumuhannya, terutama di kawasan Pantai Kuta.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Dalam unggahan di di TikTok, influncer pemilik akun @cor_98 itu memperlihatkan jalan-jalan yang sibuk dan pantai yang dipenuhi dengan sampah. Dia mengatakan sudah riset tentang destinasi liburan paling populer di Indonesia ini, tapi tak pernah menemukan unggahan yang seperti ini. Di media sosial, Bali digambarkan sebagai tempat yang indah sehingga dia tertarik untuk datang. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Semua orang mengatakan datang ke Bali, ini adalah tempat yang menakjubkan untuk dikunjungi, sejujurnya saya sangat membencinya, lihat ini," kata dia, sambil mengarahkan kamera ke arah lalu lintas yang kacau balau. "Kamacetan ada di mana-mana, lihat betapa padatnya lalu lintas, sangat buruk, Anda bahkan tidak bisa bergerak, Anda bahkan tidak bisa menyeberang jalan," kata dia. 

Kemacetan menjadi salah satu masalah utama di Bali. Puncaknya adalah akhir tahun lalu, ketika ruas Tol Bali Mandara menuju Bandara I Gusti NGurah Rai macet total dan membuat banyak penumpang terpaksa jalan kaki. 

Pantai Kuta disebut kotor

Dalam video lainnya, ia memperlihatkan Pantai Kuta yang dipenuhi sampah. Dia berjalan menyusuri pasir sambil bercerita mengapa dia datang ke Kuta. Sebelum ke situ, dia mengatakan bahwa Kuta banyak direkomendasikan di TikTok dan Google. Tapi ternyata, dia sangat kecewa dengan pemandangannya. 

AAda sampah di sepanjang tepi laut, seperti sampah yang ada di sepanjang pantai, apa-apaan ini?" kata dia. "Mengapa tidak ada influencer atau siapa pun yang memberi tahu saya, di TikTok atau apa pun, bahwa pantainya seperti ini. Karena ini bukan yang aku inginkan. Saya menginginkan sesuatu yang menyenangkan, menenangkan, pantainya indah, namun ternyata tidak. Pantainya benar-benar jelek, apa-apaan ini," dia menambahkan. 

Kuta yang terletak di Kabupaten Badung di selatan Bali menjadi magnet bagi turis, terutama para peselancar yang mengejak ombak tingginya. Kuta, tempat dimulainya pariwisata Bali, juga menjadi pusat belanja dan pesta.

Namun, kawasan ini mulai ditinggalkan turis. Banyak pantai baru yang dikembangkan dengan resor dan kawasan yang lebih tertata. 

Direkomendasikan ke tempat lain di Bali

Para pengikutnya banyak yang sependapat dengan Corrin, namun banyak juga yang mengatakan bahwa Corrin datang ke tempat yang salah. "Lembongan, Ubud, Susan Dua (Nusa Dua). Pantai tempat Mari Beach Club juga indah," kata salah seorang pengikutnya. 

"Cobalah Uluwatu karena banyaknya pantai yang bagus. Kuta hanya bagus untuk pusat perbelanjaan, ini lebih seperti Benidorm-nya Bali," pengikutnya yang lain menyarankan.

"Rasanya saya mempunyai pengalaman yang sama di Bali seperti Anda, saya benar-benar benci betapa kotor dan kumuhnya tempat itu. Ini bukan seperti yang Anda lihat di internet," kata penonton lainnya. 

Sebelumnya, travel blogger Anne Sutherland juga menyebut bahwa Bali tidak sesuai dengan ekspektasi seperti di media sosial. Turis yang juga berasal dari Inggris itu juga kecewa dengan kemacetannya. Meskipun diberkahi dengan pantai-pantai yang mempesona dan sawah yang hijau, komersialisasi yang terang-terangan telah mengurangi daya tarik aslinya. "Pelarian indah yang saya bayangkan terkadang dirusak oleh kemacetan lalu lintas yang tidak terduga di jalanan yang ramai," kata dia. 

DAILY MAIL | EXPRESS.CO.UK

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus