Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Serang - Umat Hindu di Provinsi Banten menjalani serangkaian ritual, dari sedekah bumi hingga pawai Ogoh-ogoh menjelang perayaan hari raya Nyepi yang berlangsung di Pura Eka Wira Ananta, Kota Serang, Jumat, 16 Maret 2018.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Ketua Parisada Hindu Dharma Indonesia Provinsi Banten, Ida Bagus Alit Wiratmaja mengatakan ritual yang dijalani umat Hindu memiliki makna dan filosofi. Di antaranya sedekah bumi, ritual untuk menggambarkan rasa syukur umat terhadap limpahan rezeki bumi. Juga agar rezeki tersebut tetap ada di tahun-tahun selanjutnya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Sedangkan pawai Ogoh-ogoh memiliki makna hubungan simbolis antara manusia dengan ciptaan Tuhan selain manusia yang disebut mutakala atau roh-roh jahat.
"Patung besar itu kami simbolkan sebagai mutakala, kami meyakini adanya roh jahat. Dengan ritual ini kami percaya akan memberikan ketenangan ke manusia, dan dalam melaksanakan hari Nyepi," kata Alit usai kegiatan di Pura Eka Wira Ananta.
Ada sekitar delapan Ogoh-ogoh dengan berbagai macam ukuran, semuanya akan diarak beserta gunungan yang sudah disiapkan di area Taman Kopassus di sekitar Pura Eka Wira Ananta.
"Hanya diarak saja, tidak dibakar. Diarak sebagai simbol manusia tidak senang dengan pikiran-pikiran jahat, sehingga pikiran itu diubah menjadi pikiran baik," katanya.
Ketua Panitia kegiatan ini, I Wayan Hadi Sutmajaya menjelaskan sebelum acara hari ini, umat Hindu menyelenggarakan kegiatan sosial maupun kegiatan keagamaan.
Kegiatan sosial di antaranya pengobatan massal dengan 300 peserta pada 25 Februari. Kemudian bakti sosial berupa pembagian sembako di Salira pada 3-4 Maret di Tangerang dan 10 Maret di Tanjung Pasir.
"Melasti dilakukan di Tanjung Pasir pada 11 Maret. Perkembangan ogoh-ogoh semakin tahun, semakin atraktif, mudah-mudahan tahun depan lebih bagus lagi," kata Wayan Hadi.
ANTARA