Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Perjalanan

Umat Hindu Banten Pawai Ogoh-ogoh Sambut Nyepi, Ini Maknanya

Umat Hindu di Provinsi Banten menjalani serangkaian ritual, dari sedekah bumi hingga pawai Ogoh-ogoh menjelang perayaan hari raya Nyepi.

17 Maret 2018 | 07.17 WIB

Seorang umat Hindu menyelesaikan pembuatan ogoh-ogoh di Pura Parahyangan Jagat Guru, Serpong, Banten, 12 Maret 2018. Ogoh-ogoh raksasa yang melambangkan kejahatan itu nantinya akan diarak pada satu hari menjelang Hari Raya Nyepi sebagai perlengkapan perayaan. ANTARA FOTO/Muhammad Iqbal
Perbesar
Seorang umat Hindu menyelesaikan pembuatan ogoh-ogoh di Pura Parahyangan Jagat Guru, Serpong, Banten, 12 Maret 2018. Ogoh-ogoh raksasa yang melambangkan kejahatan itu nantinya akan diarak pada satu hari menjelang Hari Raya Nyepi sebagai perlengkapan perayaan. ANTARA FOTO/Muhammad Iqbal

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Serang - Umat Hindu di Provinsi Banten menjalani serangkaian ritual, dari sedekah bumi hingga pawai Ogoh-ogoh menjelang perayaan hari raya Nyepi yang berlangsung di Pura Eka Wira Ananta, Kota Serang, Jumat, 16 Maret 2018.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Ketua Parisada Hindu Dharma Indonesia Provinsi Banten, Ida Bagus Alit Wiratmaja mengatakan ritual yang dijalani umat Hindu memiliki makna dan filosofi. Di antaranya sedekah bumi, ritual untuk menggambarkan rasa syukur umat terhadap limpahan rezeki bumi. Juga agar rezeki tersebut tetap ada di tahun-tahun selanjutnya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sedangkan pawai Ogoh-ogoh memiliki makna hubungan simbolis antara manusia dengan ciptaan Tuhan selain manusia yang disebut mutakala atau roh-roh jahat.

"Patung besar itu kami simbolkan sebagai mutakala, kami meyakini adanya roh jahat. Dengan ritual ini kami percaya akan memberikan ketenangan ke manusia, dan dalam melaksanakan hari Nyepi," kata Alit usai kegiatan di Pura Eka Wira Ananta.

Ada sekitar delapan Ogoh-ogoh dengan berbagai macam ukuran, semuanya akan diarak beserta gunungan yang sudah disiapkan di area Taman Kopassus di sekitar Pura Eka Wira Ananta.

"Hanya diarak saja, tidak dibakar. Diarak sebagai simbol manusia tidak senang dengan pikiran-pikiran jahat, sehingga pikiran itu diubah menjadi pikiran baik," katanya.

Ketua Panitia kegiatan ini, I Wayan Hadi Sutmajaya menjelaskan sebelum acara hari ini, umat Hindu menyelenggarakan kegiatan sosial maupun kegiatan keagamaan.

Kegiatan sosial di antaranya pengobatan massal dengan 300 peserta pada 25 Februari. Kemudian bakti sosial berupa pembagian sembako di Salira pada 3-4 Maret di Tangerang dan 10 Maret di Tanjung Pasir.

"Melasti dilakukan di Tanjung Pasir pada 11 Maret. Perkembangan ogoh-ogoh semakin tahun, semakin atraktif, mudah-mudahan tahun depan lebih bagus lagi," kata Wayan Hadi.

ANTARA

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus