Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Hiburan

Rangkaian Tradisi Hari Raya Nyepi yang Sakral dan Penuh Makna

Nyepi bermakna sebagai hari kebangkitan, pembaharuan, toleransi, hingga kedamaian. Kenali tradisi Hari Raya Nyepi dalam berikut ini.

11 Maret 2024 | 16.32 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Perayaan Hari Raya Nyepi memiliki makna mendalam bagi umat Hindu dan merupakan momen sakral. Nyepi bukan hanya menjadi momen perayaan keagamaan, tetapi juga simbol kebangkitan, pembaharuan, persatuan, toleransi, hingga kedamaian. Lalu, apa saja rangkaian acara dari tradisi Hari Raya Nyepi?

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Dalam perayaan Nyepi, terdapat beberapa rangkaian tradisi yang dilakukan umat Hindu, seperti upacara, pawai festival, kunjungan ke keluarga, dan lainnya. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Nah, artikel berikut ini akan membahas mengenai rangkaian tradisi yang diselenggarakan saat Hari Raya Nyepi. Simak informasinya berikut ini. 

Tradisi Hari Raya Nyepi

Selama perayaan Hari Nyepi, terdapat beberapa rangkaian acara yang diselenggarakan dan dilakukan oleh Umat Hindu, diantaranya:

1. Upacara Melasti

Upacara awal yang mengawali perayaan Hari Raya Nyepi di Bali dikenal sebagai ritual Melasti, yakni sebuah upacara yang dimaksudkan untuk membersihkan diri secara spiritual sebelum memasuki masa Nyepi. 

Tradisi ini sering dilakukan di pura-pura yang terletak di tepi laut, tempat di mana umat Hindu melakukan pembersihan ritual melalui proses penyucian dengan air laut. 

Pelaksanaan Melasti ini biasanya dilakukan beberapa hari sebelum Nyepi, seringkali dalam rentang waktu 3-4 hari sebelum ritual Nyepi dilaksanakan. Prosesi ini menjadi bagian penting dalam persiapan spiritual dan mental umat Hindu Bali menjelang Hari Raya Nyepi.

2. Tawur Kesanga atau Mecaru

Setelah melalui prosesi Melasti, perayaan Hari Raya Nyepi di Bali berlanjut dengan Tawur Kesanga atau Mecaru, yakni sebuah tradisi yang umumnya diadakan sehari sebelum Nyepi. 

Tradisi ini merupakan bagian dari rangkaian upacara ritual yang dilakukan untuk membersihkan alam semesta dari kekuatan negatif dan mempersiapkan diri untuk menyambut Tahun Baru Saka, yang merupakan awal dari tahun baru Hindu.

Dalam penutupan perayaan Tawur Kesanga, ogoh-ogoh kemudian akan dibakar yang melambangkan pembersihan dari semua sifat negatif dan jahat yang dimiliki manusia sebagai persiapan menuju ritual Nyepi yang penuh kesucian.

3. Upacara Pengerupukan

Upacara Pengerupukan juga menjadi bagian penting dari persiapan menuju Hari Raya Nyepi. Upacara ini bertujuan untuk mengusir Bhuta Kala atau kejahatan terutama pada saat Sandhyakala atau sore hari yang dilakukan setelah ritual Mecaru di tingkat rumah sehari sebelum Nyepi. 

Tradisi ini dilakukan dengan cara di mana Umat Hindu mengelilingi rumah seraya membawa obor dan menaburkan nasi tawur. 

Di tingkat desa dan banjar, Umat Hindu melakukan prosesi mengelilingi wilayah mereka tiga kali sambil membawa obor dan alat musik.

Khusus di Bali, perayaan pengerupukan umumnya diwarnai dengan parade ogoh-ogoh yang mewakili sosok Bhuta Kala, yang kemudian diarak sebelum akhirnya dibakar. Tujuannya tetap sama, yakni untuk mengusir keberadaan Bhuta Kala dari lingkungan sekitar. 

4. Hari Raya Nyepi

Ketika merayakan Hari Raya Nyepi, Umat Hindu di Bali mempraktikkan disiplin diri dengan mengikuti serangkaian aturan yang dikenal sebagai Catur Brata Penyepian. 

Aturan ini meliputi larangan untuk bepergian, beraktivitas atau bekerja, makan dan minum, serta melakukan aktivitas yang mengotori badan. 

Pengendalian diri ini dilakukan untuk memberikan pelajaran penting bagi umat Hindu tentang kepatuhan dan pengorbanan. 

Catur Brata Penyepian berlangsung selama 24 jam. Selama periode ini, Umat Hindu diharapkan untuk mematuhi aturan-aturan yang telah ditetapkan.

5. Ngembak Geni

Setelah prosesi Nyepi berakhir, rangkaian acara masih berlanjut dengan ritual Ngembak Geni. Acara ini dilakukan dengan kegiatan saling berkunjung ke keluarga dan kerabat atau melaksanakan Dharma Shanti.

Ritual ini dianggap sebagai penutup dari serangkaian perayaan Nyepi yang menandakan permulaan baru dengan pikiran yang suci dan bersih. 

Di samping itu, kaum muda sering kali mengikuti tradisi omed-omedan setelah Ngembak Geni, yakni sebuah festival di mana mereka saling mencium untuk mempererat hubungan sosial dan kebersamaan di antara umat Hindu.

GHEA CANTIKA NOORSYARIFA

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus