Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Qingdao, kota yang menjadi tuan rumah laga Cina vs Indonesia di kualifikasi putaran ketiga zona Asia Piala Dunia 2026, merupakan tujuan wisata populer. Kota maritim ini dikenal dengan bauran budaya, sejarah, keindahan alam, dan hiburannya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kota terbesar Provinsi Shandong di pesisir utara Cina ini dijuluki Swiss di Timur. Julukan itu muncul karena karakteristik unik Qingdao yang tidak ditemukan di kota-kota lain di Cina, termasuk pantai berpasir halus yang menakjubkan, arsitektur bergaya Eropa, dan udara yang sejuk.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Qingdao terletak di antara pegunungan dan laut, memiliki pelabuhan pesisir di lokasi yang strategis dengan air yang dalam dan jernih, serta memiliki iklim yang sangat nyaman. Pegunungan menyediakan berbagai pemandangan menarik yang berpusat di sekitar Gunung Laoshan, lokasi bersejarah penting bagi penganut Tao. Lautnya menyediakan relaksasi, ombak yang tenang, bebatuan yang terbuka, dan beberapa pantai keemasan dengan resor.
Arsitektur Bergaya Eropa
Kota ini merupakan wilayah konsesi Jerman dari 1897 hingga pecahnya Perang Dunia Pertama pada 1914, ketika Jepang menguasai wilayah tersebut sambil menyatakan perang terhadap Jerman. Kota itu kembali ke tangan Cina pada 1922 dan sempat diduduki kembali oleh Jepang pada 1938 selama Perang Dunia II.
Sejarah membuat kota ini memiliki bauran budaya yang unik, seperti yang terlihat dari arsitekturnya. Interaksi antara budaya Cina dan Barat telah meninggalkan jejaknya pada bangunan-bangunan kota serta lanskap perkotaan.
Salah satu contoh yang paling mencolok dari perpaduan budaya ini adalah Silverfish Lane yang ikonis, sebuah jalan dengan pertokoan yang berumur lebih dari satu abad di dekat stasiun kereta api Qingdao di Distrik Shinan. Lane ini menggabungkan sejarah dan modernitas, tradisi serta mode. Di lingkungan ini, banyak bangunan Liyuan dengan fitur-fitur Qingdao yang berbeda telah dilestarikan sebagai warisan dari sejarah dan budaya Qingdao.
Bir Tsingtao
Qingdao Beer Museum menjadi salah satu destinasi yang paling banyak dikunjungi di kota ini. Sebagai tempat kelahiran Bir Tsingtao, Qingdao memiliki sejarah panjang dalam pembuatan bir. Bir Tsingtao merupakan merek terbesar kedua di Cina. Pabrik bir ini didirikan pada tahun 1903 sebagai bisnis Anglo-Jerman dengan pabrik bir di bawah pengawasan pembuat bir utama dari Jerman.
Berada di tempat pembuatan bir bergaya Jerman kuno, museum ini memiliki peralatan proses pembuatan bir, sejarah Bir Tsingtao, dan bahkan ruang mencicipi bir untuk pengunjung.
Tertarik ke Qingdao? Kota ini paling ramai dikunjungi selama musim semi, panas, dan gugur, waktu yang pas untuk menikmati pantai dan udaranya yang bersih, serta menjelajahi kota yang bersejarah.
ANTARA | THATSQINGDAO.COM