Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Yogyakarta - Keraton Yogyakarta menggelar tradisi Hajad Dalem Garebeg Besar pada Kamis 29 Juni 2023 pukul 10.00 WIB atau tiga jam setelah salat id dalam peringatan Idul Adha 1444 H/Tahun Ehe 1956. Pada tradisi Garebeg Besar ini iring-iringan sepuluh kelompok Bregada Prajurit Keraton mengawal tujuh buah gunungan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Penghageng Urusan Keputren Keraton Yogyakarta Nyi KRT Hamong Tedjonegoro mengatakan tujuh buah gunungan dalam Garebeg Besar tahun ini seluruhnya diarak menuju Masjid Gedhe Keraton Yogyakarta. "Sebelum diperebutkan warga, gunungan akan didoakan dahulu,” ujar Tedjonegoro.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Ia menambahkan bahwa gunungan merupakan simbol pemberian dari raja kepada rakyatnya. “Gunungan itu simbol Sri Sultan paring sodaqoh (memberi sedekah),” kata dia. Adapun sedekah dari gunungan yang dimaksud terdiri dari hasil bumi, demikian halnya jajanan tradisional seperti gunungan dan wajik.
Keraton Yogyakarta menggelar tradisi Hajad Dalem Garebeg Besar pada Kamis 29 Juni 2023 pukul 10.00 WIB atau beberapa jam pasca salat id dalam peringatan Idul Adha 1444 H/Tahun Ehe 1956. Dok.istimewa
Dalam setahun, kata dia, ada tiga kali pelaksanaan Garebeg oleh Keraton Yogya. Ketiganya adalah Garebeg Sawal (Idulfitri), Garebeg Besar (Iduladha), dan Garebeg Mulud (peringatan kelahiran Nabi Muhammad SAW).
Pelaksanaan Garebeg Besar tahun ini dengan iring-iringan bregada prajurit dan tujuh gunungan tidak melintasi Alun-alun Utara. Gunungan yang berada di Bangsal Pancaniti, Kamandungan Lor, akan dibawa oleh Narakarya melalui Regol Brajanala-Sitihinggil Lor-Pagelaran-keluar lewat barat Pagelaran menuju Masjid Gedhe. Di Masjid Gedhe, setelah didoakan, akan ada dua buah gunungan yang dibawa menuju Pura Pakualaman dan Kompleks Kepatihan.
Penghageng Kawedanan Kaprajuritan Keraton Yogyakarta KPH Notonegoro, mengatakan bahwa terdapat sepuluh Bregada Prajurit Keraton yang akan mengawal gunungan. Sepuluh bregada tersebut yakni yakni Wirabraja, Dhaeng, Patangpuluh, Jagakarya, Prawiratama, Ketanggung, Mantrijero, Nyutra, Bugis, dan Surakarsa. Bregada Bugis akan mengawal gunungan hingga Kepatihan. Sementara gunungan untuk Pura Pakualaman akan dikawal oleh Prajurit Pura Pakualaman yakni Dragunder dan Plangkir.
Keraton Yogyakarta menggelar tradisi Hajad Dalem Garebeg Besar pada Kamis 29 Juni 2023 pukul 10.00 WIB atau beberapa jam pasca salat id dalam peringatan Idul Adha 1444 H/Tahun Ehe 1956. Dok.istimewa
Adapun seperti Garebeg Sawal lalu, sekelompok Abdi Dalem Mataya (penari) Kridhamardawa juga akan dilibatkan menjadi bagian dari Prajurit Nyutra Towok. “Keterlibatan ini merupakan sebuah pengingat bahwasanya prajurit Nyutra dulunya beranggotakan para penari Keraton yang mengawal Sultan dengan menari tayungan selama prosesi,” kata Notonegoro.
Jenis-jenis dan Makna Gunungan yang Dibagikan
Seperti pelaksanaan Garebeg pada umumnya, terdapat lima jenis gunungan yang dibagikan. Kelima jenis itu adalah Gunungan Kakung, Gunungan Estri/Wadon, Gunungan Gepak, Gunungan Dharat, dan Gunungan Pawuhan.
Gunungan tersebut akan dikeluarkan secara berurutan dari Keraton sesuai dengan urutan tersebut di atas. Akan ada tiga Gunungan Kakung, peruntukannya masing-masing untuk Masjid Gedhe, Pura Pakualaman, dan Kepatihan. Sementara yang lainnya masing-masing berjumlah satu buah dan ikut dirayah di Masjid Gedhe, bersama dengan satu Gunungan Kakung.
Garebeg yang dilakukan di Keraton adalah Hajad Dalem, sebuah upacara budaya yang diselenggarakan oleh Keraton dalam rangka memperingati hari besar agama Islam yakni Idulfitri, Iduladha, dan Maulid Nabi Muhammad SAW. Gunungan juga dimaknai perwujudan kemakmuran Keraton atau pemberian dari raja kepada rakyatnya.