Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Kriminal

Bentrok TNI AL dan Brimob di Sorong, Pengamat Singgung Cara Pandang Keliru tentang Jiwa Korsa

Menurut Al Araf, TNI dan Polri harus mengubah pola pikir tentang jiwa korsa untuk menghentikan bentrok TNI vs Polri yang kerap terjadi.

17 April 2024 | 16.49 WIB

Suasana di Kota Sorong saat TNI AL bentrok dengan Brimob Polri. TEMPO/Istimewa
Perbesar
Suasana di Kota Sorong saat TNI AL bentrok dengan Brimob Polri. TEMPO/Istimewa

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Badan Pengurus Centra Initiative Al Araf menilai cara pandang keliru tentang jiwa korsa telah mendorong bentrok TNI vs Polri kerap kali terjadi. Peristiwa teranyar, bentrok terjadi antara polisi militer TNI Angkatan Laut (Pomal) dan Brigade Mobil (Brimob) di Sorong, Ahad pagi.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Al Araf mengatakan, TNI dan Polri masing-masing memiliki jiwa korsa, namun cara pandang keliru tentang jiwa korsa akan berdampak kepada mereka sendiri. “Jiwa korsa dalam perspektif yang sempit, bukan perspektif kebangsaan,” kata dia saat dihubungi melalui sambungan telepon, Selasa, 16 April 2024.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Jiwa korsa seharusnya dimaknai dalam konteks mempertahankan kedaulatan dan menjaga teritorial negara. Namun, jiwa korsa kerap disalahartikan sebagai solidaritas dalam melakukan kekerasan. “Ini menjadi salah,” ujar dia.

Menurut Al Araf, TNI dan Polri harus mengubah pola pikir tentang jiwa korsa. Dia mengatakan perubahan pola pikir ini dapat dilakukan melalui pemberian jiwa korsa dan pendidikan yang matang di kedua institusi.

Sebelumnya, anggota Komisi Kepolisian Nasional (Kompolnas) Poengky Indarti, mengatakan bentrok antara anggota Brimob dan TNI AL di Sorong, Papua Barat Daya, bisa dicegah jika masing-masing pihak menahan diri dan tidak kebablasan dalam memaknai jiwa korsa.

"Padahal, bentrokan ini seharusnya dapat dicegah dan dapat diselesaikan dengan baik jika tidak ada jiwa korsa yang kebablasan," kata Poengky di Jakarta, Selasa, 16 April 2024.

Informasi yang diperoleh Kompolnas, kata Poengky, insiden tersebut diawali dengan kesalahpahaman, kemudian diperburuk dengan adanya jiwa korsa (l'esprit de corps) dari masing-masing anggota yang terlibat yang kebablasan. "Tentu saja bentrokan ini sangat memalukan di mata masyarakat," katanya.

Poengky menuturkan masyarakat pasti berharap akan mendapatkan perlindungan dari aparat TNI dan Polri, tetapi yang terjadi malah keduanya terlibat bentrok. "Ironis mereka yang seharusnya melindungi masyarakat malah bentrok sendiri," ujarnya.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus