Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Surabaya - Pembubaran pengajian Syafiq Riza Basalamah oleh GP Ansor dan Banser di Surabaya beberapa waktu lalu dan berujung kericuhan mendapat respons dari Guru Besar Universitas Islam Sunan Ampel (UINSA) Surabaya, Ali Nurdin. Dia menyebut penolakan kajian ini memiliki akar penyebab yang kompleks.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ia menjelaskan banyak pandangan yang menyebut Syafiq Riza Basalamah beraliran salafi dan cenderung ekstrem. Terutama untuk kalangan umat Islam yang beraliran ahlus sunnah wal jamaah seperti Nahdlatul Ulama (NU).
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“GP Ansor sebagai organisasi otonom NU tentu beririsan langsung dengan paham yang diajarkan oleh ustaz Syafiq,” kata Ali kepada Tempo pada Senin 26 Februari 2024.
Ali menuturkan penolakan pengajian ini dinilai tidak baik jika dilihat dalam perspektif komunikasi. Khususnya relasi antarinternal umat beragama.
Kericuhan dan berujung laporan polisi atas peristiwa yang terjadi, kata Ali, menandakan kurangnya pemahaman konteks lingkungan masyarakat yang dijadikan sasaran dakwah.
Ia menjelaskan setiap orang boleh melakukan pengajian atau mengundang tokoh agama dari luar wilayahnya. Namun, harus peka dengan lingkungan sekitarnya. “Apakah lingkungannya dapat menerima kehadiran tokoh tersebut atau tidak, tujuannya agar tidak terjadi peristiwa penolakan dari masyarakat,” papar Ali.
Sebaliknya, masyarakat sekitar harus mengedepankan pikiran positif untuk dapat menerima seseorang. Terlebih jika pesan yang disampaikan tokoh tersebut belum terbukti dapat memicu konflik.
Ali mengimbau kedua pihak seharusnya saling mengendalikan ego kelompoknya masing-masing berdasarkan kesepakatan bersama. “Keduanya juga harus duduk bersama, melakukan ‘tabayyun’, dan menentukan kesepakatan terbaik untuk kemaslahatan ummat, dan syiar Islam,” ucap Ali.
Melihat peristiwa keributan di Surabaya, Ali menilai pesan moderasi beragama menjadi sangat penting. Yakni, keseimbangan pengamalan agama sendiri dan penghormatan kepada praktik beragama orang lain yang berbeda keyakinan.
“Keseimbangan atau jalan tengah dalam praktik beragama akan menghindarkan dari sikap ekstrem, fanatik, dan sikap revolusioner,” ujar Ali.
Moderasi beragama juga dinilai sebagai kunci terciptanya toleransi dan kerukunan. Baik di tingkat lokal, nasional, maupun global.