Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kriminal

Kembang desa tanggul

Ny. supadmi menjadi saksi utama dalam perkara usaha pembunuhan terhadap dirinya. dua orang perwira kepolisian ja-tim masing-masing suyono & bastari diajukan sebagai terdakwa.(krim)

21 Maret 1981 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TINGGI tumit sepatu putihnya tak kurang dari 10 cm. Cocok dengan tinggi badannya, 163 cm. Sesuai pula dengan tas kecil berwarna putih yang dikempitnya. Sekuntum mawar merah tersisip di dada kirinya di antara gaun yang keabu-abuan. Sanggulnya manis model Ratu Sirikit dari Thailand. Mudah ditebak, untuk tampil sebagai saksi utama di Mahmilti, nyonya seksi setengah baya itu memerlukan singgah ke salon kecantikan. "Tampil di mana pun saya berusaha secantik mungkin," kata Nyonya Supadmi Sulistyowati, 32 tahun, kelahiran Desa Tanggul, 33 km dari Sidoardjo. Ja-Tim . Bicaranya mantap. Terlihat dari caranya menjawab pertanyaan hakim. Ia ditanya begini "Dalam berita acara pendahuluan saudari mengatakan butuh seks -- apa benar?" Lugas Saudari ini menjawab: "Butuh sekali tidak. Tapi, sebagai manusia normal saya membutuhkan." Setiap hari, seminggu dua kali atau . . . ? "Tidak menentu. Saya tidak minta bayaran. Tapi mereka memberi . . . " Siapa dia sebenarnya? Yang jelas ia saksi utama perkara pembunuhan atau penganiayaan berat yang dilakukan dua orang perwira polisi. Salah seorang di antaranya, Letkol Suyono, orang yang pernah menyebutnya "mami" dan yang disebutnya sebagai "papi". Perwira itu dikenalnya, sekitar 1978, dari seorang perwira polisi lain yang kini telah pensiun . Ketika itu ia seorang janda tanpa anak dari seorang bernama Ahmad -- tukang kredit keliling dari Tasikmalaya (Ja-Bar). Lalu janda dengan dua anak dari Bambang Sumaryanto yang kini tinggal di Desa Bareng, tak jauh dari Tanggul. Dan terakhir janda dari apa yang disebutnya orang asing yang memberinya anak bernama Bobby Lodewijk. Tapi Supadmi sendiri mengaku menikah mula-mula hanya dengan Bambang. Yaitu, katanya, ketika ia masih berusia 14 tahun dan sebagai gadis tercantik di desanya yang masih duduk di kelas II SKKP. Ia bercerai dari Bambang setelah berumahtangga selama lima tahun (1963 s.d. 1968). Alasannya tak jelas. Tapi, Bambang mengatakan, "ia minta cerai karena saya dianggap tak mencukupi belanjanya." Ganti-ganti Pacar Ganti-ganti pacar, kata Supadmi, itu soal biasa. Namun, lanjutnya, ia merasa tak pantas mempunyai lebih dari satu pacar dalam waktu yang sama. "Kalau satu, ya satu saja," katanya. Begitu pula ia memperlakukan Suyono. Sebenarnya ia ingin memutuskan hubungannya dengan Suyono. Coba saja, katanya, ketika ia hamil sang papi tidak mau bertanggungjawab. Ia dianjurkan menggugurkan kandungan, begitu ceritanya, tapi tak diberi biaya. Terpaksa Supadmi menelan macam-macam ramuan tradisional. Kandungannya memang luntur, tapi ia toh harus berobat ke rumahsakit, karena mengalami pendarahan. Untuk itu pun Suyono, keluhnya, masih juga tak mau keluar uang. Menengok pun, karanya, tidak. "Ternyata ia hanya mau datang kalau saya lagi sehat saja," katanya. Putus hubungan memang mudah. "Tapi saya belum puas kalau belum menghancurkan karir dan rumahtangganya," katanya tegas. Apa yang diinginkannya memang tercapai -- meskipun untuk itu ia hampir pula mati. "Kalau perkara sudah selesai," katanya, "saya akan kembali bekerja." Sebagai apa? Leher dan rahangnya, yang pernah dijahit, bergerak "Kalau ada modal saya akan buka salon kecantikan." Dia bilang pernah kursus kecantikan di Jakarta. Bahkan, pernah pula seorang walikota dari Kalimantan menawarinya modal untuk membuka salon di sana, tapi ditolaknya. "Habis di kota kecil, sih," katanya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus