KEHADIRAN Michael Ellis DeBakey di Indonesia sampai pekan lalu
nampaknya mempesona. Tapi besarnya perhatian terhadap DeBakey
memang pantas. Dia adalah pelopor bedah jantung terbuka dan
menyandang beberapa penghargaan untuk keahlian dan dedikasinya.
Ia memberikan sumbangan yang amat besar untuk operasi bedah
jantung terbuka, setelah menemukan pompa roller. Pompa itu
kemudian menjadi komponen yang penting untuk mesin jantung dan
paru-paru yang berfungi mengambil alih kerja kedua organ
sementara si pasien dibedah.
Di samping itu, ada bumbu media massa memberikan perhatian yang
tidak kurang besarnya terhadap istrinya yang cantik, Katrin
Fehlhaber (berusia 40 tahun lebih muda) bekas bintang film
kelahiran Jerman itu yang ia nikahi tahun 1975 setelah istri
DeBakey pertama meninggal 3 tahun sebelumnya.
Kue Srikaya
Demikianlah, ketika memberikan ceramah di depan para ahli
jantung di gedung Bulog, DeBakey dan dua asistennya diantar oleh
Ka Bulog Bustanil Arifin. Ceramah itu sendiri disponsori Yayasan
Jantung Dewi Sartika, organisasi sosial yang mengundang DeBakey.
Nyonya Bustanil Arifin, selaku ketua yayasan, mengucapkan kata
pujian untuk DeBakey yang dalam kesibukannya tetap bersedia
berkunjung ke Indonesia. "Hidupnya penuh dengan keberhasilan.
Sedikit sekali orang yang bisa menandingi rasa hormat dan
penghargaan yang diletakkan pada namanya," begitu pula kata dr.
A. Hanafiah, Ketua Perhimpunan Kardiologi Indonesia membuka
ceramah.
Dalam usia 72 tahun, dengan reputasi telah membedah 40.000
pasien (termasuk Syah Iran) DeBakey nampaknya masih mampu lebih
lama lagi bekerja. Dia tidak merokok. Ia juga menjaga
makanannya: Ketika makan siang dl gedung Bulog itu ia mengambil
nasi, ayam sayur dan kue srikaya.
Jari tangannya yang besar-besar kelihatan masih kukuh tak
bergetar. Rambut hanya tertinggal di bagian belakaog kepalanya.
Hidungnya yang besar dan mancung kelihatan seperti mencuat dari
jidatnya yang rendah. Dengan sorot mata yang tajam ia tampak
seperti burung elang tua yang masih kekar.
Untuk acara ceramahnya itu DeBakey juga mendapat pelayanan
istimewa. Slide yang dipancarkan untuk memberikan ilustrasi,
bukan diladeni oleh operator, sembarangan, tapi oleh dr. Dede
Kusmana, seorang ahli penyakit jantung yang menjadi
penghubung masalah-masalah medis antara Yayasan Jantung Dewi
Sartika dengan Bagian Kardiologi, RS Cipto Mangunkusunno.
Bagian ceramah DeBakey yang kelihatannya cukup menarik adalah
tentang pelaksanaan operasi memintas pembuluh darah jantung.
Mulai dari operasi yang hanya menyangkut satu pembuluh darah
sampai kepada yang tiga pembuluh darah.
Juga dia pertunjukkan film operasi memintas pembuluh darah
jantung. Di situ diperlihatkan bagaimana lemak berwarna putih,
yang mengendap dan menyempitkan pembuluh darah jantung, ditarik
ke luar seperti ular keluar dari liangnya. Karena dianggap sudah
rusak, pembuluh darah itu lantas diganti dengan pembuluh darah
yang diambil dari betis si pasien.
Ada pula bagian otot jantung yang sudah mati, karena serangan
jantung, diiris dengan pisau operasi dan dibuang. Otot itu
dianggap akan mengganggu saja kalau dibiarkan tertinggal.
DeBakey berada di sini terutama untuk melihat kemungkinan
melaksanakan operasi terhadap 120 anak miskin yang menderita
kelainan-jantung bawaan. Mereka terdaftar sebagai penerima
bantuan dana dari Yayasan Jantung Dewi Sartika. Meskipun operasi
untuk jenis penyakit jantung bawaan tidak memerlukan kemahiran
seperti untuk pembedahan memintas, tapi DeBakey berjanji akan
membantu. Cuma DeBakey nampak agak kecewa melihat RS Cipto
Mangunkusumo. Sebagai tempat observasi bagi penderita penyakit
jantung rumah sakit itu katanya terlalu ramai.
Untuk menanggulangi penyakit jantung, beberapa tokoh masyarakat
dan Pemerintah antara lain Mas Isman dari Kosgoro dan Menteri
Penerangan Ali Murtopo sudah menjalani operasl by pass di
Houston, AS. Namun untuk masyarakat luas, sebagian dokter belum
menganggap pelayanan seperti itu sudah waktunya disediakan di
Indonesia. "Ongkosnya terlalu mahal," ucap dr. JSF. Ranti, ahli
penyakit jantung yang masuk dalam tim dokter Menpen Ali
Murtopo.
Di AS tarif sekali operasi $ 10.000. Lagipula menurut Ranti,
kondisi masyarakat di sini lain dengan di AS atau Eropa. "Angka
kegagalan coronary bypass surgery katakanlah 2%. Tapi bagaimana
kalau seorang ayah Indonesia yang masuk dalam kegagalan itu?'
tanya Ranti. Soalnya, di AS atau Eropa mereka yang dioperasi
mendapat tanggungan penuh dari asuransi. Sedangkan di sini
asuransi belum jalan. "Kalau seorang ayah meninggal, berarti
seluruh keluarganya mendapat beban," ulas Ranti.
Untuk Indonesia menurut Ranti pengobatan masih tetap yang
terbaik. "Harga obatnya tak semahal operasi. Sedangkan hasilnya
boleh dikatakan sama dengan bypass. Malahan pada beberapa pusat
penelitian, usia mereka yang mendapat obat lebih panjang
dibandingkan dengan yang di-bypass, " katanya.
Angka kematian yang lebih besar pada bypass dibandingkan dengan
yang diobati, dalam ceramah DeBakey juga disinggung. Asistennya,
Derald Lawrie, menyebutkan angka kematian yang tinggi pada
bypass itu "kemungkinan disebabkan oleh kurang trampilnya yang
melaksanakan operasi."
Sodok
Di AS, para dokter memang masih terpisah oleh dua pilihan:
operasi atau obat. Para penyokong bypass berlomba menyiarkan
hasil mereka yang meyakinkan. Tapi para ahli penyakit jantung
yang percaya pada keampuhan obat menampiknya pula melalui
beberapa penelitian.
Tahun 1977 di Alabama misalnya, para dokter jantung yang
bergabung dalam National Cooperative Unstable Angina Study dalam
penelitian mereka menemukan penderita yang di-bypass
penghasilannya jauh ketinggalan dibanding yang hanya dapat obat.
Penghasilan mereka yang dapat obat hanya merosot $ 1111 per
tahun sedangkan yang dibypss rnencapai $ 2447. Ini sekaligus
hendak menggambarkan bahwa kualitas hidup mereka yang di-bypass
lebih rendah.
Menurut Ranti, untuk lima tahun mendatang persaingan antara
operasi dan obat akan tetap bertahan. "Mungkin yang akan banyak
mendapat kemajuan adalah sistem kataterisasi balloon," katanya.
Sistem pengobatan ini disebutkan juga sistem sodok, dan sedang
giat-giatnya diteliti di Swiss Caranya dengan memasukkan alat
penyodok lewat pembuluh darah menuju daerah jantung. Tumpukan
lemak di pembuluh darah jantung kemudian disodok dan dipencet
hingga menempel ke dinding pembuluh darah.
Kabarnya cara ini akan lebih sip, karena tak perlu operasi
besar. Yang diperlukan hanya sekedar irisan kecil ketika
memasukkan alat penyodok itu ke pembuluh darah.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini