Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
INFO NASIONAL – Pemerintah Kota Administrasi Jakarta Timur menggelar Rembuk Stunting di Ruang Pola, Kantor Wali Kota Jakarta Timur, pada Rabu, 28 Agustus 2024. Saat membuka acara tersebut, Wali Kota Muhammad Anwar menyatakan berkomitmen untuk mengatasi stunting sesuai target yang telah ditetapkan Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Anwar menjabarkan, prevalensi stunting di Jakarta Timur pada data terakhir 2023 sebesar 16,8 persen. Lebih rendah daripada angka stunting Jakarta yang mencapai 17,6 persen. Kendati begitu, Penjabat (Pj.) Gubernur Heru Budi Hartono membidik seluruh Jakarta mencapai angka 13,2 persen pada 2024 ini.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menyadari amanat itu, Anwar meminta seluruh jajarannya membuat terobosan. Melalui program Bapak Angkat, misalnya, yang mewajibkan Aparatur Sipil negara (ASN) di setiap kecamatan menjadi orang tua asuh anak stunting. “Saya juga sering keliling naik sepeda, setidaknya dua kali sepekan. Terakhir di Duren Sawit, di sana memberi makan tambahan (kepada warga),” ucap Anwar.
Rembuk Stunting juga dijalankan Pemerintah Kota Jakarta Selatan. Bahkan, satu bulan lebih awal, yakni pada 25 Juli 2024 lalu. Dalam acara tersebut, Wali Kota Administrasi Jakarta Selatan Munjirin meneken komitmen bersama pencegahan dan penanggulangan stunting bersama stekholder terkait.
"Saya sampaikan apresiasi dan terima kasih kepada semua yang terlibat, terutama kepada kolaborator, yang membantu pelaksanaan pencegahan dan penanggulangan stunting di Jakarta Selatan," tutur Munjirin.
Rembuk Stunting merupakan salah satu langkah yang diamanatkan Heru Budi. Dalam berbagai kesempatan, ia selalu menekankan sinergi semua pihak penting, agar masalah kekurangan gizi ini dapat diatasi.
Sinergi ini termasuk pemberian makanan tambahan bergizi sebagai salah satu cara mencegah stunting. “Di Posyandu kami berikan makanan tambahan, di Dinas Sosial juga, di setiap RPTRA (Ruang Publik Terpadu Ramah Anak) diberikan kegiatan makanan tambahan,” kata Pj. Gubenur Heru beberapa waktu lalu.
Upaya ini mendapat apresiasi dari Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin. "Pak Gubernur DKI yang paling rajin cari anak-anak stunting. Jadi Jakarta naik terus (data stunting), bukan jelek. Karena banyak dari daerah lain pindah ke Jakarta, dirawat sama gubernurnya," ujar Budi.
Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi DKI Jakarta Ani Ruspitawati mengemukakan, tinggi prevalensi stunting diperoleh dari hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI), yakni 14,8 persen pada 2022. Setahun berikutnya naik menjadi 17,6 persen, berdasarkan Survei Kesehatan Indonesia.
“Hal ini dikarenakan prevalensi tersebut berdasarkan hasil survei. Apabila berdasarkan data e-PPGBM (aplikasi elektronik Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat) triwulan 2, prevalensi stunting DKI Jakarta sebesar 2 persen,” papar Ani.
Pemprov DKI, lanjutnya, terus melakukan inovasi yang melibatkan berbagai pihak untuk mengatasi stunting. Salah satunya dengan program Jakarta Beraksi (Jakarta Bergerak Atasi Stunting) yang menggandeng Corporate Social Responsibility (CSR) atau dialihbahasakan menjadi Tanggung Jawab Sosial Lingkungan (TJSL).
“Berupa bantuan makanan tambahan dari CSR yang diberikan kepada balita weight faltering, underweight, dan gizi kurang, sehingga balita tersebut tidak jatuh ke dalam kondisi stunting,” urai Ani.
Adapun pemberian makanan tambahan untuk weight faltering selama 14 hari, underweight juga 14 hari, serta gizi kurang selama 56 hari. “Sedangkan balita stunting didorong untuk dirujuk ke rumah sakit, agar ditangani dokter spesialis anak dan mendapatkan Pangan untuk Kondisi Medis Khusus (PKMK),” jelas Ani.
Kerja sama CSR dengan pihak swasta bukan hanya pemberian makanan tambahan, tetapi juga dalam kegiatan-kegiatan lain yang mendukung percepatan penurunan stunting. Contohnya dalam Pembangunan WC komunal.
Sedangkan program rutin yang dijalankan Dinkes DKI secara merata pada semua golongan usia. Pada remaja putri tersedia skrining Hemoglobin (Hb) dan pemberian tablet tambah darah. Kemudian untuk calon pengantin diwajibkan skrining dan konseling kesehatan.
Selanjutnya, bagi ibu hamil, akan mendapatkan tablet tambah darah dan pemberian makanan tambahan. Adapun untuk balita akan dilakukan pengukuran antropometri, serta pemberian makanan tambahan, terutama yang mengalami masalah gizi. (*)