Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Aini Abdul, atau yang akrab dipanggil Aini, adalah perempuan suku Dayak dari Kabupaten Seruyan, Kalimantan Tengah yang telah berkiprah lebih dari 1 dekade dalam pemberdayaan masyarakat desa melalui bisnis berkelanjutan dan literasi. Terlahir dari keluarga nelayan dan petani, Aini hidup dalam kesederhaanaan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Aini bertekad untuk mendapatkan kehidupan yang sejahtera melalui pendidikan yang lebih baik. Meski sempat tertatih untuk menyelesaikan pendidikannya di bangku kuliah karena keterbatasan ekonomi keluarganya, Aini tidak pernah putus asa.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Berbagai usaha ia lakoni untuk dapat meraih gelar sarjana, mulai dari berjualan makanan hingga menjadi penerjemah dan asisten penelitian lapangan. Pada 2019, Aini bertemu kembali dengan teman lamanya, Randi Julian Miranda, di Pulau Dewata. Saat itu, Randi yang baru saja menyelesaikan Pendidikan S2 di Australia, menceritakan rencananya untuk membangun sebuah usaha sosial yang diberi nama Handep.
Bermodalkan pengalaman bekerja di bidang pemberdayaan masyarakat, Aini menyokong Handep sebagai Chief Community Officer. Ia berperan penting dalam membangun dan membina hubungan dengan kelompok masyarakat khususnya para pengrajin dan petani rotan.
Sebagai perempuan yang berdaya, Aini ingin bisa memberdayakan perempuan lain di daerahnya agar juga bisa berdaya. Saya percaya bahwa perempuan adalah pilar terpenting dalam sebuah masyarakat. “Perempuan memainkan peranan penting dalam keluarga dan masyarakat. Perempuan harus mengenyam pendidikan dan berdaya secara ekonomi. Apa yang kami lakukan di Handep sangat mengakar pada pemberdayaan perempuan supaya bisa menjadi agen perubahan," kata Aini.
Produk-produk Handep diproduksi dengan memanfaatkan bahan alami berupa rotan yang ketersediannya masih melimpah di Kalimantan dan proses pengerjaan yang ramah lingkungan. Rotan yang membutuhkan hutan untuk hidup akhirnya menjadi senjata bagi Handep untuk menjaga hutan.
Setelah 4 tahun, Handep telah berhasil menjadi sebuah social enterprise dan fashion brand kenamaan di Indonesia. Ini adalah hasil kerja keras timnya di Handep yang mayoritasnya adalah orang Dayak.
Saat ini, Handep bermitra dengan kurang lebih 350 pengrajin di desa-desa di Kalimantan Tengah dan Barat. Di tahun 2023, Handep merambah ke kain tenun Dayak di Kapuas Hulu, Kalimantan Barat, untuk mendukung pelestarian menenun suku Dayak Iban dan memberikan kesempatan matapencaharian yang lebih baik bagi perempuan penenun. Kain Tenun suku Dayak Iban ini disulap menjadi pakaian dan juga aksesoris seperti tas.