Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
INFO NASIONAL - Kementerian Pertanian bekerja sama dengan semua instansi terkait terus menata rantai pasok dan mendorong realisasi manajemen pola tanam cabai di seluruh Indonesia. Hal ini dilakukan guna menjaga stabilitas harga, khususnya sentra-sentra produksi cabai di sekitar Jabodetabek yang dijadikan prioritas sebagai daerah penyangga (buffer-zone) pasokan cabai.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Beberapa lokasi yang dipilih, di antaranya Cianjur, Bogor, Bandung, Sumedang, dan Garut. Dibentuknya daerah penyangga ini agar mampu menjaga kestabilan pasokan serta harga cabai, khususnya di Jabodetabek, seiring dengan makin masifnya perluasan tanam dan panen di berbagai sentra tersebut.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Tahun 2018 ini, Kementerian Pertanian mengalokasikan lebih dari Rp 388 miliar untuk pengembangan kawasan aneka cabai seluas 13 ribu hektare di seluruh Indonesia. Khusus Kabupaten Cianjur dialokasikan sekitar Rp 5,2 miliar,” ujar Kepala Subdirektorat Aneka Cabai & Sayuran Buah Mardiyah Hayati saat memberikan sambutan mewakili Direktur Jenderal Hortikultura dalam acara Panen Cabai di lahan milik Kelompok Tani Mujagi (Multi Tani Jaya Giri) Desa Batulawang, Kecamatan Cipanas, Cianjur, seluas 5 hektare, Selasa, 10 Juli 2018.
Turut hadir dalam acara tersebut Bupati Cianjur, Kepala Dinas Pertanian Perkebunan Pangan dan Hortikultura Kabupaten Cianjur, serta ratusan petani cabai setempat. “Tahun 2017, produksi cabai nasional mencapai 2,36 juta ton, naik rata-rata 7,53 persen sejak 2013. Dengan capaian produksi sebesar itu, Indonesia telah mampu berswasembada cabai karena kebutuhan total cabai per tahun kita hanya sekitar 2 juta ton,” tutur Mardiyah.
Mardiyah menambahkan, Kementerian Pertanian akan terus menggenjot produksi cabai dengan menggunakan benih varietas unggul sesuai dengan agroklimat masing-masing daerah. “Petani cabai teruslah menanam, jangan khawatir dengan harga. Karena, pemerintah akan berusaha semaksimal mungkin menjaga stabilitas harga yang menguntungkan semua pihak, baik konsumen, terlebih lagi bagi petani,” ucapnya.
Ketua Gapoktan Mujagi di Cianjur Haji Suhendar menyebutkan produksi cabai petani Cianjur saat ini mampu memasok ke pasar induk, pasar retail, pasar modern, juga horeka di Jabodetabek.
“Untuk memacu produksi, anggota kami mencoba mengembangkan cabai merah keriting varietas Kastilo dan PM 999 seperti yang hari ini sedang kita panen. Potensinya bisa mencapai 20 ton per hektare sehingga lebih tinggi dari jenis lain dengan rata yang berkisar 8-10 ton per hektare,” ujarnya.
Menurut dia, cabai varietas ini mampu menghasilkan panen per pohon dengan berat berkisar 1- 1,5 kilogram selama 3-4 bulan. Keunggulan lainnya adalah buahnya berkualitas bagus, tahan penyakit, serta adaptif terhadap lingkungan.
Pihaknya mengapresiasi upaya yang telah dilakukan Kementerian Pertanian untuk membantu petani cabai Cianjur. “Harus kami akui, perhatian Kementan di bawah kepemimpinan Pak Menteri Amran Sulaiman sangat luar biasa. Kami sebagai petani cabai, benar-benar sangat merasakan kehadiran dan bantuan pemerintah,” ucap Suhendar.
Para petani juga mengaku senang karena Kementerian Pertanian mengupayakan berbagai cara mengatasi virus kuning yang hingga kini masih menjadi momok bagi petani cabai. Luas panen cabai pada Juli hingga Agustus 2018 mencapai 4.200 hektare dengan perkiraan produksi mencapai 60 ribu ton. (*)