Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
JAKARTA – Pernah merasakan sakit perut mendadak di sekitar ulu hati? Jangan langsung menganggapnya hanya sebagai maag saja. Bisa jadi, itu akibat batu empedu atau yang dalam istilah kedokterannya disebut cholelithiasis
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Batu empedu merupakan endapan cairan empedu yang mengeras di kantong empedu atau dalam saluran empedu yang tersumbat. Penyakit batu empedu memang jarang menimbulkan gejala, namun ketika batu tersebut menyumbat saluran empedu, akan muncul gejala sakit perut mendadak.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dokter spesialis penyakit dalam-konsultan penyakit saluran cerna dan hati, dr. Hendra Nurjadin, Sp.PD, KGEH mengatakan, penyakit ini kerap terlupakan dan terlambat ditangani akibat sering didiagnosa sebagai sakit maag saja.
“Lokasi kantong empedu ada kanan atas itu dengan nyeri batu empedu seperti sakit maag pada ulu hati atau kanan atas, sehingga orang suka salah. Jika dicermati nyeri batu empedu dan sakit maag itu jauh berbeda, karena keluhan sakit batu empedu sifatnya mekanikal yaitu mengelindingnya batu empedu dalam saluran empedu yang kemudian menyumbat baik sementara maupun terus menerus,” kata dia saat ditemui Tempo, Jumat 27 Februari 2021.
Penyebab batu empedu
Kantung empedu merupakan organ berukuran kecil di bawah hati. Fungsinya menyimpan cairan empedu yang dihasilkan oleh hati, cairan empedu berperan penting dalam proses pencernaan.
Makanan yang berlemak akan dicerna dalam usus kecil oleh cairan empedu yang mengalir dari kantung empedu. Oleh karenanya, ketika terjadi sumbatan dalam saluran empedu, akan terasa mendadak sangat menyakitkan.
“Jadi sumbatan pada saluran empedu membuat aliran empedu dari kantong atau saluran tidak sampai ke usus halus, sehingga selain menimbulkan nyeri yang mendadak juga dapat menyebabkan badan menjadi kuning” ujar Hendra.
Selain di dalam kantung, menurutnya, penyakit batu empedu juga bisa terjadi di saluran empedu. Batu empedu terjadi akibat adanya ketidak-seimbangan endapan kolesterol, pigment/garam empedu dan bilirubin yang menumpuk di dalam kantung empedu, serta adanya gangguan aliran cairan empedu kedalam usus kecil.
Hendra menyebut ada tiga jenis batu empedu yang kerap ditemukan. Paling banyak adalah batu empedu yang terbentuk dari kolesterol, biasanya warna kekuningan. Kedua, batu empedu yang terbentuk dari pigmen empedu yang biasanya berwarna coklat tua dan hitam karena mengandung banyak garam empedu, billirubin sehingga lebih keras. Lalu terakhir, batu empedu yang terbentuk dari campuran pigmen dan kolesterol.
Untuk ukuran batu empedu, kata Hendra juga berbeda-beda. Ada yang kecil seperti butiran pasir, ada pula yang besar seperti batu kerikil. Menurutnya, jumlah batu empedu tiap orang juga bervariasi, yang sering menyebabkan keluhan sakit justru ukuran yang kecil-sedang karena sering menyumbat saluran empedu. Seseorang ada yang memiliki satu batu pada kantong empedu, ada pula yang memiliki banyak batu.
Dokter konsultan Gastroenterologi-Hepatologi di Mayapada Hospital Tangerang ini mengatakan, penyakit batu empedu bisa disebabkan secara genetis. Tapi biasanya, batu empedu disebabkan gaya hidup yang tidak ideal. Mereka yang berisiko yakni orang dengan makan tidak teratur, terlalu lama berpuasa termasuk orang-orang yang lama dirawat yang diberikan makanan secara infus, kelebihan berat badan atau obesitas, dan penderita diabetes serta penyakit darah, hati yang menahun, disamping penggunaan hormone seperti pil KB. Namun, orang yang diet ketat justru juga rentan mengidap batu empedu. Diet yang terlalu ekstrim yang membuat berat badan turun drastis bisa mengganggu fungsi pengeluaran cairan empedu.
Tugas empedu adalah mencerna makanan berlemak yang kita makan. Apabila kantong empedu tidak bisa mengosongkan isinya secara teratur atau sepenuhnya, artinya kantong yang merupakan wadah masih memiliki sisa-sisa cairan empedu yang tidak dikeluarkan tuntas. Hal ini dapat menjadi penyebab batu terbentuk di kantong empedu. “Kalau kurang bergerak dan pengosongan itu kurang lancar lama-lama cairan di kantong empedu gampang mengendap, maka akan menjadi batu,” ujarnya.
Penanganan batu empedu
Sebagian besar batu empedu, menurutnya, tidak bergejala, kadang nyeri yang bersifat ringan yang menggangu dan tidak mematikan jika belum terjadi komplikasi. Namun jika batu empedu menyumbat saluran empedu, upaya penanganan perlu segera dilakukan untuk mencegah komplikasi.
Hendra menjelaskan, proses diagnosis batu empedu diawali dengan anamnesa gejala penyakit, pemeriksaan fisik. Selanjutnya dokter akan melakukan tes pemindaian untuk memastikan penyakit batu empedu, menentukan lokasi batu empedu dan ada-tidaknya komplikasi batu empedu yang dialami pasien.
Jenis tes pemindaian yang dilakukan meliputi USG perut, dan Magnetic resonance cholangiopancreatography (MRCP), jika MRCP tidak tersedia maka dapat dilakukan CT scan. Jika telah dianalisis berdasarkan pemindaian, dokter pun akan menentukan tindakan yang akan dilakukan terhadap pasien. Untuk batu empedu berukuran kecil dan tidak menimbulkan gejala, maka penanganan secara medis tidak diperlukan. Namun apabila penderita merasakan gejala sakit perut yang muncul secara tiba-tiba, berulang serta mengganggu, maka tindakan pengobatan perlu segera dilakukan, baik konservatif dengan obat-obatan, maupun dengan tindakan intervensi.
Metode pengobatan batu empedu meliputi membuang batu empedu pada saluran empedu dengan metode Endoscopic retrograde cholangiopancreatography (ERCP) dengan atau tanpa operasi pengangkatan kantung empedu baik secara minimally invasive secara laparascopy atau open surgery.
Batu empedu bisa dihindari dengan menjalani pola makan sehat dan seimbang. Hendra menganjurkan mengonsumsi makanan tinggi serat dan hindari makanan terlau berlemak, makan teratur, jangan menunda makan (puasa berkepanjangan), tidak diet secara drastis untuk menurunkan berat badan. Selain itu, upaya pencegahan batu empedu juga dapat dilakukan dengan membatasi konsumsi alkohol, perbanyak minum cairan, berolahraga secara teratur, dan kemudian makan bergizi yang seimbang, hindari diet yang terlalu ketat rendah kalori.” tuturnya.(*)
Inforial