Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ceria Group telah memperoleh Sertifikat Energi Terbarukan (REC) PT PLN (Persero) dan diakui secara internasional melalui APX, Inc., sebuah perusahaan di Amerika Serikat, Tradable Instrument for Global Renewables (TIGRs). Ceria menjadi pionir dalam penggunaan REC di industri pemurnian nikel yang terintegrasi (mine mouth smelter).
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Langkah ini merupakan bagian dari upaya perusahaan untuk mendukung industri nikel yang berkelanjutan, dengan memastikan bahwa setiap tahap produksi nikel Ceria didukung oleh energi yang ramah lingkungan. Sumber energi listrik yang digunakan sebagian besar berasal dari pembangkit listrik tenaga air, angin, mesin gas, dan lainnya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Ceria telah menandatangani renewable energy certificate (REC) yang menyatakan bahwa listrik yang digunakan Ceria berasal dari sumber energi terbarukan, salah satunya dari Pembangkit Listrik Tenaga Air Bakaru dan Cirata," kata Corporate Secretary Ceria, Imelda Kiagoes.
Imelda menjelaskan penggunaan sertifikat REC oleh Ceria akan meningkat secara bertahap dari sekitar 80.000 unit pada 2024 menjadi 2,2 juta unit pada 2030. "Inovasi hijau ini membuka kesempatan sebagai pelanggan PLN untuk ikut berpartisipasi dalam penurunan emisi dan memudahkan pelanggan mendapatkan pengakuan atas penggunaan energi terbarukan secara internasional," ujarnya.
PLN akan menyediakan tambahan daya listrik dengan menggunakan barge mounted power plant (BMPP) atau pembangkit listrik terapung berbahan bakar gas dengan kapasitas 2 x 60 MW dengan fasilitas jetty dan fasilitas pendukung di area Ceria akan dibangun oleh afiliasi PT PLN, Indonesia Power (IP). Target pembangunan jetty, tangki LNG dan fasilitas regasifikasi LNG akan dilakukan oleh afiliasi PT PLN, Energi Primer Indonesia (EPI). BMPP akan terhubung dengan Gardu Induk Smelter PLN Kolaka untuk menjaga keandalan listrik smelter Ceria.
Di area Ceria juga akan dibangun infrastruktur inter temporal capacity (ITC) dengan pembangunan pembangkit listrik tenaga mesin gas (PLTMG) dengan kapasitas 200 MW oleh PLN Batam. "Target kedepannya dengan penambahan kapasitas pembangkit listrik tenaga gas uap (PLTGU) dengan kapasitas 200 MW, yaitu pembangkit listrik tenaga gas dengan mekanisme exhaust heat yang menghasilkan uap di boiler," kata Imelda.
Dalam melaksanakan operasinya, Ceria juga selalu memperhatikan prinsip good mining practice yang diintegrasikan ke dalam prinsip-prinsip lingkungan (environmental), sosial (social) dan tata kelola (governance). Di antaranya, rehabilitasi lahan pasca tambang, green energy, hybrid heavy equipment atau pemakaian alat berat hybrid untuk menurunkan tingkat emisi karbon, dan unit smelter.
"Ceria berharap kegiatan operasi yang kami laksanakan akan menjadi konsisten melalui mekanisme pengendalian internal dan eksternal melalui penerapan prinsip-prinsip ESG," kata Chief of ESG & Sustainability Ceria, Elviera Putri.
Menurut Elviera, Ceria optimistis penerapan ESG akan dapat membantu perusahaannya untuk lebih berkelanjutan dan memiliki posisi yang lebih baik untuk mencapai kesuksesan jangka panjang. ESG juga akan membantu Ceria menghindari potensi risiko finansial yang terkait dengan praktik lingkungan dan sosial yang buruk.
"Untuk memastikan pelaksanaan good mining practice pada kegiatan operasi tambang kami, Ceria juga sudah melakukan self-gap assessment terhadap persyaratan-persyaratan berdasarkan standar initiative for responsible mining assurance (IRMA)," ujarnya.
Executive Vice President Komunikasi Korporat & TJSL PLN, Gregorius Adi Trianto, mengatakan, sejak 2018, PLN mendukung penuh pembangunan smelter nikel Ceria di Kabupaten Kolaka, Sulawesi Tenggara, melalui layanan listrik yang andal, hijau dan terjangkau. Untuk memenuhi kebutuhan listrik Smelter Merah Putih Ceria, PLN telah menyelesaikan pembangunan infrastruktur ketenagalistrikan berupa, saluran udara tegangan tinggi (SUTT) 150 kV Kolaka Smelter - PLTG/ MG MPP Sulselbar sepanjang 7.46 kms. Kemudian SUTT 150 kV Kolaka Smelter dari Lasusua ke Kolaka sepanjang 4.76 kms dan satu Gardu Induk Kolaka Smelter bertegangan 150 kilovolt (kV), dimana Gardu Induk Ceria telah berhasil energize pada 6 Juli 2024.
"Dengan kehadiran ketiga infrastruktur PLN tersebut, kami telah sukses memasok listrik untuk Ceria sebesar 100 megavolt ampere (MVA) dan secara bertahap akan terus bertambah hingga 414 MVA pada tahun 2029," ujar Gregorius.
Menurut dia, pasokan listrik yang digunakan oleh Ceria tidak hanya andal, namun juga hijau. Sejak Mei lalu, Ceria secara resmi menggunakan layanan renewable energy certificate (REC) atau layanan PLN yang memudahkan pelanggan untuk mendapatkan pengakuan atas penggunaan Energi Baru Terbarukan (EBT) yang transparan, akuntabel, dan diakui secara internasional.
Upaya Jadi Produsen Bahan Baku Baterai