Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Smelter Merah Putih untuk Indonesia

Pemerintah memberikan insentif nonfiskal perpanjangan izin usaha perpanjangan setiap 10 tahun. Smelter pertama terintegrasi.

18 Agustus 2024 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

PT Ceria Nugraha Indotama (Ceria) akan segera mengoperasikan pabrik pengolahan atau smelter Merah Putih milik Ceria. Smelter Merah Putih ini menggunakan teknologi mutakhir Rectangular Rotary Kiln Electric Furnace (RKEF) yang memiliki salah satu tungku terbesar di Indonesia sebesar 72 MVA.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Tungku ini untuk mengolah bijih nikel saprolite yang menghasilkan output feronikel dengan kadar nikel sebesar 22 persen. CEO Ceria Group, Derian Sakmiwata, mengatakan, smelter Merah Putih merupakan bentuk komitmen dalam mendukung program hilirisasi mineral yang dicanangkan oleh pemerintah Indonesia.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Hilirisasi ini merupakan upaya strategis untuk tidak hanya mengekspor bahan mentah, tetapi juga untuk mengolahnya menjadi produk bernilai tinggi sebelum diekspor. Dengan teknologi canggih seperti Rotary Kiln Electric Furnace (RKEF) untuk produksi Ferronickel (FeNi) dan Nickel Matte, serta High Pressure Acid Leach (HPAL) untuk produksi Mixed Hydroxide Precipitate (MHP), Ceria berperan aktif dalam menciptakan produk-produk yang memiliki nilai tambah tinggi.

"Smelter Merah Putih Ceria akan menjadi smelter pertama di Indonesia yang terintegrasi, di mana pasokan bijih nikel dan kegiatan pengolahan pemurnian terjadi di dalam Kawasan IUP Ceria Nugraha Indotama," kata Derian.

Selain itu, Derian melanjutkan, smelter ini dirancang dengan standar keberlanjutan yang tinggi, memastikan bahwa setiap tahap proses produksi memperhatikan dampak lingkungan dan sosial. Dengan teknologi modern yang digunakan, smelter ini mampu meminimalkan emisi dan limbah, serta mengelola sumber daya alam dengan efisien.

"Ini sejalan dengan visi Ceria untuk menjadi pelopor dalam industri nikel yang berkelanjutan di Indonesia," ujarnya.

Menurut Derian, dengan smelter Merah Putih, Ceria tidak hanya memperkuat posisi Indonesia dalam rantai pasok global, tetapi juga memastikan bahwa seluruh manfaat dari pengembangan sumber daya nikel dapat dirasakan oleh masyarakat Indonesia. "Kami bangga menjadi bagian dari upaya nasional untuk meningkatkan nilai tambah dan mengembangkan industri dalam negeri yang mandiri dan berdaya saing tinggi di pasar global".

Derian menegaskan, keunggulan smelter Merah Putih ini yang paling utama adalah dari penambangan bijih nikel hingga pemurnian dan produksi bahan baku untuk baterai, semua prosesnya terjadi di dalam negeri. Artinya, tidak hanya meningkatkan nilai tambah mineral di Indonesia, tetapi juga mendukung sirkulasi ekonomi lokal secara lebih luas.

“Ceria merupakan perusahaan dengan penanaman    modal    dalam     negeri. Ini berarti seluruh nilai tambah dari kegiatan produksi akan tetap berada di Indonesia, berkontribusi langsung pada perekonomian nasional,” ujar Derian.

Ceria akan menyelesaikan kegiatan eksplorasilanjutanuntukmemaksimalisasi potensi sumber daya mineral dan cadangan bijih yang dapat ditambang. Menurut Derian eksplorasi ini penting untuk memastikan perseroan mengoptimalkan seluruh potensi yang dimiliki. “Sehingga mendukung keberlanjutan operasional dan peningkatan kapasitas produksi,” tuturnya.

Derian berharap, ketika kegiatan eksplorasi selesai, Ceria dapat menjadi salah satu dari 5 perusahaan dengan sumber daya dan cadangan dari satu wilayah IUP yang terbesar di Indonesia. “Kami juga fokus untuk menyelesaikan Smelter RKEF dengan Nickel Matte Converter dan memulai konstruksi HPAL. Produk yang dihasilkan, yaitu FeNi, Nickel Matte dan MHP merupakan bahan baku utama untuk memproduksi battery grade nickel,” imbuhnya.

Kemudian, Ceria akan melanjutkan kegiatan hilirisasi nikel ini dengan membangun fasilitas pemurnian untuk memproduksi nikel dan Cobalt Sulphate dengan pembangun pabrik Precursor baterai. Derian berharap, Ceria pada waktunya akan menjadi salah satu produsen baterai untuk kendaraan listrik dalam negeri.

“Kami juga akan memperkuat upaya penelitian dan pengembangan (R&D) dengan fokus pada peningkatan recovery metal. Dengan meningkatkan recovery metal, kami dapat memastikan bahwa proses pengolahan dan pemurnian nikel menjadi lebih efisien dan menghasilkan lebih sedikit limbah,” kata Derian.

Hal itu juga sejalan dengan komitmennya terhadap praktik operasional yang lebih ramah lingkungan. Ceria mencari solusi inovatif untuk mengurangi dampak lingkungan dari proses produksi. “Termasuk melalui penerapan teknologi terbaru dalam pengolahan dan pemurnian,” ucap Derian.

Dengan begitu, Derian melanjutkan, pihaknya dapat memenuhi kebutuhan industri global akan nikel berkualitas tinggi sambil tetap mempertahankan standar keberlanjutan yang tinggi. Inisiatif ini akan memperkuat posisi Ceria sebagai  pemimpin  dalam industri nikel yang berkelanjutan, serta mendukung pencapaian tujuan jangka panjang perusahaan dan kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi nasional. Target pemerintah   untuk terus melanjutkan program hilirisasi dengan tetap memegang tinggi kerangka Environmental, Social dan Governance (ESG) sesuai dengan visi dan misi Ceria.

“Selain itu, kami sedang mengeksplorasi peluang untuk bermitra dengan pemain global dalam rangka memperkuat posisi kami di pasar internasional,” ujarnya.

Dalam operasinya Ceria juga berkomitmen untuk mematuhi semua aturan internasional termasuk dengan peraturan Inflation Reduction Act (IRA) yang membuat Ceria memenuhi syarat untuk mendapatkan kredit pajak sebesar US$7.500 dari biaya EV (Electric Vehicle) di pasar Amerika dan Eropa.

Foto bersama saat Bank Mandiri melakukan kunjungan ke site PT Ceria Nugraha Indotama di Kecamatan Wolo, Kabupaten Kolaka, Sulawesi Tenggara, Jumat, 8 Maret 2024.

Derian berharap dukungan   penuh dari pemerintah pusat dan daerah sektor pertambangan, termasuk regulasi dan insentif fiskal yang dapat mendorong investasi di sektor ini. Sejauh ini, pemerintah telah memberikan dukungan dan pendampingan pada Ceria melalui pemberian status Proyek Strategis Nasional (PSN), Objek Vital Nasional (OBVITNAS), dan Daftar Proyek Prioritas Investasi Swasta (DPPIS) pada Rencana Kerja Pemerintah.

Penetapan status ini untuk menjamin kepastian dan keberlangsungan usaha dalam konteks kebijakan dan peraturan. Selain itu, pemberian status Objek Vital Nasional memberikan perlindungan terhadap potensi gangguan keamanan dari luar.

“Dari wakil rakyat, kami berharap mereka dapat menyuarakan kepentingan industri nikel dalam legislasi yang mendukung pengembangan hilirisasi mineral tidak hanya di dalam negeri, tapi dari dan oleh pengusaha nasional,” ujar Derian.

Kunjungan Menteri ESDM RI Arifin Tasrif didampingi Direktur Utama PT Bank Mandiri (Persero) Tbk Darmawan Junaidi dan Direktur Retail dan Niaga PT PLN (Persero) Edi Srimulyanti ke Smelter Merah Putih Ceria, 1-2 Juli 2024.

Dia  juga  berharap  adanya  kemitraan dari perbankan untuk pembiayaan jangka panjang dengan suku bunga kompetitif untuk pengembangan infrastruktur smelter dan fasilitas pemurniannya.

Staf Khusus Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Irwandy Arif, mengatakan pemerintah mendukung proyek Smelter Merah Putih Ceria dalam program quick win sehingga Ceria mendapatkan fasilitas kredit dari bank dalam negeri. Dukungan lainnya untuk semua perusahaan tambang yang terintegrasi dengan smelternya adalah insentif fiskal dan nonfiskal dalam rangka mendorong percepatan pembangunan proyek smelter ini.

“Adapun insentif nonfiskal yang akan diterima, adalah penerapan perpanjangan IUP setiap 10 tahun sampai cadangan habis. Ceria membangun smelter terintegrasi dengan kawasan tambang miliknya,” kata Irwandy.

Dia mengatakan Ceria dapat menyelesaikan proyek Smelter Merah Putih sesuai dengan targetnya agar dapat mendorong perkembangan industri pengolahan dalam negeri dengan teknologi mutakhir. Pemerintah berharap Ceria menerapkan Environmental, Social and Governance (ESG) sesuai dengan standar berlaku untuk mewujudkan praktik pertambangan yang mendukung sustainable development.

“Karena Ceria juga menggunakan energi bersih, berupa tenaga hydro, sebagai sumber energi listriknya dan berkomitmen akan menerapkan prinsip ESG sesuai standar yang berlaku untuk mewujudkan praktik pertambangan yang baik,” ujar Irwandy.

Deputi Bidang Koordinasi Investasi dan Pertambangan Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Septian Hario Seto, mengatakan secara khusus pihaknya memberikan dukungan secara penuh agar Smelter Merah Putih Ceria ini sebagai Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) dapat segera diselesaikan dan dioperasikan. “Pemerintah berharap Smelter Ceria dapat menjadi salah satu pemain lokal berkelas global dalam industri hilirisasi nikel di Indonesia,” ujarnya.

Dengan inovasi dan pengembangan teknologi yang diharapkan bisa dijalankan, Septian melanjutkan, Ceria diharapkan tidak hanya meningkatkan nilai tambah produk nikel, tetapi juga berkontribusi terhadap pengembangan industri baterai nasional, yang akan mendukung transisi menuju ekonomi hijau.

Iklan

Iklan

Artikel iklan

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus