KMD bukan hanya untuk menyingkat program Koran Masuk Desa. Bisa juga Komputer Masuk Dapur. Dan inipun bukan mengada-ada. Paling kurang sudah ada seorang ibu yang memakai komputer untuk menyimpan resep-resep masakan kegemarannya. Komputer memang sudah memasuki segala sektor. kehidupan di Indonesia. Tetapi bukankah masyarakat kita sudah siap menerima produk teknologi tinggi ini? "Kalau hanya menunggu kesiapan konsumen, sampai kapan pun tak akan tercapai," kata Drs. J.P. Soebandono, presiden direktur PT Usaha Sistim Informasi Jaya, agen tunggal IBM di Indonesia. "Tetapi, kebutuhan untuk mempergunakan komputer lebih ditentukan oleh adanya masalah dalam masyarakat yang dapat memanfaatkan komputer sebagai jalan keluarnya." Masalahnya malahan justru sebaliknya. Adanya komputer dan dampak dari kemajuan yang pesat di bidang teknologi, membuat kita perlu mempersiapkan masyarakat. Disadari atau tidak, kita semua dalam dua dasawarsa terakhir ini telah dilanda revolusi kibernetik, yaitu perubahan yang terjadi dalam masyarakat karena kemajuan teknologi. Pada dasarnya, kemajuan teknologi ini terutama dilecut oleh dua penemuan baru di bidang elektronika: digital dan micro chips. Hingga saat ini teknologi micro chips belum menampakkan titik kejenuhan. Teknologi ini masih terus-menerus berkembang. Apalagi dengan era komputer pribadi sejak beberapa tahun ini, hampir tidak pernah lagi ada satu hari berlalu tanpa ada penemuan baru yang mengusangkan perangkat sebelumnya. Apple, salah satu perintis komputer pribadi yang sukses, kini sudah menghadapi persoalan. IBM, the big blue, yang semula diduga tak akan berminat terhadap sektor ini, ternyata sekarang justru menjadi pemimpin pasar. Pada awal perkembangannya, antara 1950-1970, kecenderungan komputer adalah sentralisasi. Pada 1960-an baru dikenal mainframe dengan tiga sistem: IBM, NCR dan Univac. Dasawarsa 1970-an sentralisasi mainframe ini mulai dikembangkan dengan sistem time sharing. Pada perkembangannya kemudian timbul kebutuhan untuk memisahkan diri dari ketergantungan pada sisten sentralisasi. Misalnya: bagian akunting memerlukan sendiri, begitu juga bagian pengendalian stok bahan baku. Kebutuhan ini lalu dijawab dengan lahirnya minicomputer (lihat glosari). Tetapi, para manajer juga kemudian memerlukan komputer sendiri yang terpisah. Kebutuhan inipun segera terjawab dengan penemuan microcomputer atau komputer pribadi. Beberapa pembuat komputer bahkan telah mengeluarkan pula jenis scientific computer untuk para perancang teknik dalam ukuran kecil sehingga bisa masuk kantung atau tas. Drs. Harianto Mangkusasono, direktur operasi PT Metrodata Indonesia yang mengageni Wang dan beberapa merek komputer lain, mengatakan: "Orang menyebut mini, mikro dan mainframe itu sebenarnya adalah karena bentuk fisiknya." Mini atau mikro itu untuk menyebut yang bentuknya compact. "Sekalipun kecil, tapi tak jarang kemampuan mengolahnya sangat tinggi," kata Harianto. Perbedaan ketiga jenis komputer itu memang tidak hanya dari segi besarnya perwujudan atau kemampuan mengolah data, tetapi juga sistem kerja dan jumlah terminal yang dapat dihubungkan. "Dari segi kemampuan," kata Harianto, "sesuatunya itu sekarang sudah dapat ditampung dalam sebuah komputer mini. Padahal sepuluh tahun yang lalu mungkin harus dikerjakan dengan mainframe." Sekarang saja sudah ada komputer pribadi yang mampu mencapai tiga juta karakter, lebih besar dari kemampuan minicomputer. Jenis-jenis komputer ini tentu saja bisa membingungkan masyarakat. Misalnya tentang microcomputer yang juga disebut personal computer. Di Amerika Serikat jenis ini bahkan disebut sebagai home computer karena kebanyakan dipakai di rumah. Pada tahun 1983 saja di AS terjual 8 juta komputer pribadi. Tetapi, orang-tentunya tak boleh mengharap terlalu banyak dari jenis ini. "Dari namanya saja sudah jelas bahwa komputer ini digunakan dan dijalankan secara pribadi. Jadi, jelas ia bukan merupakan sistem," kata Dipl. Ing. Shanti L Poesposoetjipto, general manager Soedarpo Service Bureau. NV PD Soedarpo Corporation merupakan distributor tunggal Sperry Computer System. Untuk menggabungkan beberapa komputer pribadi pada sebuah kantor, agar komputer yang satu bisa "berbicara" dengan yang lain, sekarang ini sudah bisa dilakukan dengan menggunakan sistem yang dirancang secara khusus. Perusahaan sistem, misalnya Pensystems, juga dapat melakukan pekerjaan itu, meskipun ada juga vendor (penjual) yang memberikan konektivitas semacam itu sebagai suatu "paket", umpamanya PC Net-nya IBM. Setelah komputer semakin maju dan semakin banyak yang membuat, harga perangkat kerasnya lalu cenderung semakin turun. Justru harga programnya (perangkat lunak) sekarang menjadi semakin mahal. "Di Amerika saat ini, kedua kurva itu sedang bertemu," kata Ir. Benny S. Gunawan, direktur PT Berca Indonesia yang mengageni Hewlett Packard, "yaitu harga perangkat keras dan perangkat lunaknya sama. Di kemudian hari justru harga perangkat lunak ini akan lebih mahal." Kebutuhan terhadap komputer di Indonesia memang mulai meningkat. Tetapi, adanya persaingan antar-merk menjadikan pasar seakan jenuh. Saat ini saja tak kurang dari 50 merk komputer dan peripherals yang dipasarkan. Shanti Poesposoetjipto mengatakan bahwa persaingan itu sekarang sudah mengarah pada kondisi tidak wajar. "Banyak komputer tiruan diperdagangkan di pasar dengan harga jauh di bawah asli." Komputer"tiruan" ini memang kebanyakan dari jenis komputer pribadi. Banyak orang yang semula membeli komputer murahan ini, tetapi kemudian jera karena ternyata suku cadang serta layanan purna jualnya tak tersedia. Di lain pihak, adanya komputer dengan harga murah ini ternyata juga berfungsi untuk memasyarakatkan komputer. "Pada akhirnya, masyarakat yang tak puas dengan komputer tiruan itu akan meningkat ke yang lebih baik," kata Shanti. Tigran T. Adhiwiyogo, presiden direktur Astra-Graphia yang antara lain mengageni komputer Digital, berpendapat lain. Ia memandang perlunya komputer tiruan yang dijual dengan harga murah itu untuk memperkenalkan komputer kepada masyarakat. "Kalau orang takut beli Apple karena belum tahu persis apa yang dapat dilakukan komputer untuknya, maka orang mungkin akan beli dulu komputer merk Pisang yang harganya cuma sepertiga Apple. Perkenalan orang kepada komputer justru lewat Pisang itulah," kata kata Tigran. "Sebetulnya justru masyarakat dirugikan oleh keadaan itu. Soalnya mutu dan service-nya tak terjamin," kata Drs. J.P. Soebandono, presiden direktur PT USI Jaya. "Usaha di bidang komputer memerlukan level of commitment yang tinggi dari pengusahanya. Kesadaran masyarakat sendiri pun perlu ditingkatkan." Menurut Soebandono, yang lebih berbahaya sebenarnya bukanlah penjualan barang-barang tiruan, tetapi barang asli yang dimasukkan tanpa melalui agen tunggal. Ini bisa terjadi mengingat banyaknya negara tetangga kita yang memberi keringanan pajak bagi komputer. Entah bagaimana caranya, tetapi pemasukan komputer secara ini masih juga berlangsung. Cara ini merugikan konsumen yang sekalipun telah membeli dengan harga lebih murah, tetapi tidak dapat memperoleh layanan yang semestinya dari agen tunggal resmi. Benny Gunawan tidak melihat adanya berbagai merk itu sebagai pesaing. "Dalam jangka panjang, pada suatu saat mereka itu akan hilang sendiri. Tinggal yang benar-benar kuat yang bisa bertahan." Kapan sebenarnya orang mulai memerlukan komputer? Pertama, bila ia tidak mampu lagi melakukan pekerjaan itu. Contohnya, untuk memonitor pendaratan manusia di bulan yang harus dilakukan setiap detik tanpa berhenti. Itu hanya bisa dilakukan oleh komputer. Kedua, untuk melakukan perhitungan-perhitungan yang rumit dan memerlukan tingkat kecepatan yang tinggi. Biasanya ini diperlukan untuk aplikasi ilmiah dan rekayasa dengan rumus-rumus yang rumit. Ketiga, bila volume data yang diproses sangat besar. Misalnya: sensus penduduk, angket pembaca. Dan keempat, bila harus menghadapi situasi persaingan yang ketat hingga-menuntut kecepatan bertindak dan mengambil keputusan. Misalnya: perbankan, penerbangan, militer. Asumsi itulah yang biasanya dipakai oleh para penjual komputer untuk memasarkan produknya. Ir. F.X. Kikie, sales manager PT Tritanu yang mengageni komputer Sharp, mengatakan bahwa meningkatnya minat masyarakat terhadap komputer juga tampak dari meningkatnya pertanyaan masyarakat. Ia melihat makin banyaknya mahasiswa teknik yang telah menggunakan komputer saku dengan bahasa Basic, yaitu pengembangan dari kalkulator scientific. "Dulu menjual komputer jenis itu tak hanya lengkap dengan buku petunjuknya, tetapi instruksi penggunaannya. Sekarang mereka sudah akrab dengan jenis komputer Itu," kata Kikie. Kikie tak melihat adanya kesulitan memasarkan produk komputer. "Sharp mulai dengan komputer saku yang lengkap dengan printer-nya. Ini punya pasar khusus di sektor teknik. Ketika musim komputer pribadi, orang sudah lebih akrab dan tinggal melakukan penyesuaian setingkat," kata Kikie. Tigran Adiwiyogo mengingatkan agar keputusan untuk menggunakan komputer tidak didasari pada kebutuhan mengikuti mode. "Keputusan menggunakan komputer itu harus benar-benar untuk mengefektifkan pekerjaan," katanya. Benny Gunawan bersikap agak konservatif dalam menawarkan komputernya. "Sekalipun prospeknya baik, tetapi kalau tampaknya klien belum siap mental untuk menerima komputer, lebih baik saya mundur dulu," katanya. Sikap ini memang perlu dihargai. Apalagi karena pemahaman tentang komputer belum lengkap benar. Masih banyak juga anggapan bahwa komputer dapat menggantikan tenaga kerja. Lantas ada pomeo: komputer datang, tenaga kerja hilang. Ini tentu saja merupakan persepsi keliru yang hadir karena kekurangpahaman. "Kalau sampai ada pikiran bahwa pembelian komputer akan mengurangi sejumlah tenaga kerja, maka keputusan membeli komputer itu harus ditinjau lagi," kata Tigran. Benny Gunawan pun menegaskan bahwa tenaga kerja tak perlu kehilangan pekerjaannya karena komputer. "Orang yang melakukan pekerjaan itu secara manual pada mulanya, akan tetap melakukan pekerjaannya. Tetapi karena dengan komputer waktu kerjanya menjadi lebih pendek, ia cukup punya kesempatan untuk membuat analisis. Tingkat pekerjaannya naik, tidak hanya mengumpulkan data," kata Benny. Pada kenyataannya, hadirnya komputer diIndonesia justru membuka lapangan pekerjaan baru. Menurut Infa Komputer, di Indonesia hingga akhir 1984 yang lalu telah tercipta 8.400 jenis pekerjaan baru yang menyerap 21.500 tenaga kerja karena adanya 13.000 unit komputer. Dengan perkiraan bahwa jumlah komputer bertambah 55% setiap tahun, maka diperkirakan sampai akhir 1986 masih akan terserap sejumlah 25.000 tenaga kerja lagi. Adanya komputer pun jelas menuntut kenaikan kelas para pekerja. Sekretaris, misalnya, kini tidak hanya dituntut untuk bisa mengetik dengan lancar, tetapi harus bisa menggunakan word processor. Petugas gudang pun kini harus menggunakan komputer untuk mengelola inventorinya. Kecepatan kerja komputer memang seringkali membuat komputer itu jadi sering menganggur. Apalagi kalau ukuran, jenls dan manfaatnya tak dikelola dengan baik. Kadang-kadang komputer memang sudah diperlukan sekalipun hanya akan "dipekerjakan" selama 1-2 jam sehari. Ini pernah terjadi, misalnya, pada sebuah perusahaan kontraktor yang mengalami kemunduran. Setiap kali memajukan tender, setiap kali itu pula ia kalah. Persoalannya hanya karena kurang cermat menghitung. Ia pun segera mengetahui bahwa yang memenangkan tender sudah menggunakan komputer untuk melakukan perhitungan. Dalam kasus itupun menjadi jelas bahwa tanpa menghadirkan komputer perusahaan itu justru terancam kebangkrutan. Sedangkan menghadirkan komputer tak mengakibatkan pengurangan karyawan. Maruto Kolopaking, managing director PT Manik Siar, dalam hubungan ini menandaskan perlunya semacam kebijaksanaan nasional tentang komputer yang mengatur bahwa komputerisasi tidak boleh dipakai sebagai alasan untuk mengurangi karyawan. Makin banyaknya kehadiran komputer di Indonesia ditandai dengan jelas oleh "ledakan" populasi kursus dan pendidikan komputer. Tetapi, benarkah orang harus belajar komputer untuk dapat mengoperasikan komputer? Tigran berpendapat, belajar komputer sebenarnya memerlukan kepastian tujuan yang akan dicapai. "Jangan sekedar latah. Kalau jumlah mobil bertambah banyak, orang kan tidak berbondong-bondong sekolah montir mobil," katanya. Cara menggunakan komputer dapat dipelajari dengan cepat, dan pengguna komputer tidak perlu belajar lebih lanjut untuk mengetahui cara membuat program atau memperbaiki komputer. Triningsih, pengelola Pusat Pendidikan Komputer Widyaloka, menganjurkan agar awam belajar komputer dari program dasar, sekalipun awam bisa belajar langsung pada tahap word processing. Untuk belajar mengenai komputer ini Widyaloka mempunyai program enam minggu dan setiap peserta dapat berpraktek dengan komputer. Di Widyaloka tersedia 150 buah komputer untuk keperluan pendidikan ini. Sejak dibuka 1983, sudah lebih dari 7000 orang lulus dari pendidikan di Widyaloka, termasuk mereka yang dikirim instansinya untuk belajar di situ. Widyaloka juga mengadakan kerja sama dengan Ikatan Sekretaris Indonesia untuk program word processing selama 10 minggu. Di sini pun ada program pengenalan untuk anak-anak yang dimulai dengan permainan komputer. Untuk para profesional, tentunya tersedia pula paket-paket program pendidikan yang lebih canggih. Pada tahun 1984 di Jakarta terdaftar ... pusat pendidikan dan kursus komputer. Pengenalan komputer pada anak-anak pun menunjukkan kecenderungan yang menggembirakan. Katakanlah itu mode, sekalipun kita tak perlu mencurigainya sedemikian, tetapi gejala ini jelas positif. "Saya bahagia melihat banyak orang tua datang ke sini membeli komputer sebagai hadiah bagi anaknya yang lulus SMP," kata Maruto Kolopaking. "Bukan karena dagangan saya jadi laku, tetapi karena saya melihat bukti nyata bahwa komputer sudah mulai membudaya di Indonesia." Ia pun sangat optimis melihat kecenderungan ini, bahwa penggunaan komputer akan semakin memasyarakat, seperti penggunaan alat-alat elektronik lainnya dalam rumah tangga. Upaya memasyarakatkan komputer demi peningkatan efisiensi kerja tampaknya pun merupakan komitment Pemerintah. Pada saat ini instansi Pemerintah merupakan pengguna komputer yang terbesar. Peristiwa nasional seperti PON Xl pun tak dilewatkan untuk lebih mengakrabkan komputer dengan masyarakat. Di beberapa tempat di Jakarta dibangun Pusat Informasi PON XI yang dilengkapi komputer. Masyarakat dapat memperoleh data pemecahan rekor lebih cepat daripada berita di surat kabar. "Kebudayaan komputer dalam suatu instansi memerlukan komitmen dari pimpinan teratas," kata Ir. Lesan Limanarja dari PT Metrodata Indonesia. "Apalagi karena untuk membangun organisasi komputer yang mantap diperlukan waktu sampai dua tahun," tambahnya. "Pemerintah memang sudah lama mengidentifikasi kebutuhan komputer," kata J.P. Soebandono. "Sejak tahun 1960-an beberapa instansi Pemerintah sudah memulai memanfaatkan jasa peralatan komputer. Dan tentunya sejak Pelita I kemajuan-kemajuan yang dicapai mengharuskan kita semua melihat cara yang lebih efektif untuk mengelola hasil-hasil pembangunan tersebut. Dengan demikian, karena kebutuhan untuk meningkatkan manajemen memerlukan data yang baik, dalam arti kata up-to-date, lengkap dan handal, maka komputer akan memegang banyak peran." Manajemen sendiri kini sudah makin berkembang menjadi suatu yang scientific, segala sesuatunya memerlukan kuantifikasi. Dengan pembangunan terjadi pula percepatan pertumbuhan dan pengembangan yang pada gilirannya menuntut manajemen informasi. Kalau dulu orang alergi mendengar kata komputer yang mengandung konotasi matematika, kini orang sudah makin sadar bahwa abad informasi menuntut mutlak kehadiran komputer tak dapat dielakkan lagi. Karena itu, para penjual komputer bukan hanya sekedar berjualan. Mereka adalah agent of change. Ditulis oleh: Harso Widodo dan Bondan Winarno BOKS I Komputer Itu Seperti Pensil KOMPUTER itu tak ubahnya seperti pensil saja, yang tak berfungsi bila orang yang memakainya tidak bisa menulis. Ungkapan ini dikemukakan oleh Nugroho Supangkat MA dari PT Infodata Indonesia. Dari perusahaan yang sama, Dr. Ing. Kondar Siahaan juga mengatakan, masyarakat terlalu membesarkan arti komputer. Lebih besar dari fungsi sebenarnya. Media massa di luar maupun di dalam negeri sering memberitakan seolah-olah komputer punya otak luar biasa yang dapat sepenuhnya menggantikan fungsi otak manusia kata Kondar. Anggapan itu tentu saja keliru. Yang dimaksud otak dalam komputer adalah program. Sedangkan program itu sendiri merupakan hasil kerja otak manusia. Setelah diprogram, pengguna komputer akan memperoleh hasilnya lebih cepat. Ia pun tak perlu khawatir salah hitung. Sedangkan ketelitian orang bisa berkurang, kondisi dan semangat kerjanya menurun. Apa yang dimasukkan ke dalam komputer menentukan mutu keluarannya. Garbage in garbage out itulah kepanjangan GIGO, istilah populer dalam komputer. Artinya, kalau kita masukkan sampah maka yang keluar pun akan sampah. Itu persis sama dengan kenyataan dalam hidup: funny question deserves funny answer, pertanyaan aneh akan mendapat jawaban aneh pula. Unggul, training manager dari PT Sarana Sukses Pratama, pun membantah pernyataan yang menyebut komputer sebagai mesin pintar. Komputer itu justru mesin bodoh, kata Unggul. karena ia baru biasa bekerja kalau disuruh. Pekerjaan itupun baru terlaksana bila komputer memperoleh data masukan. Hanya kecepatannya dalam mengolah data saja yang bisa mendukung pengertian komputer sebagai mesin pintar. Tak heran kalau ada pengarang yang semula bangga dengan komputernya, lalu tiba-tiba berhenti memakainya karena tak mampu memenuhi seluruh harapannya. Komputer memang hanya alat, bukan penyelesaian tuntas. Apalagi kalau kita tak tahu membedakan pengolah kata (word processor) dari komputer. Komputer bisa mengolah kata. Tetapi pengolah kata tak dapat berfungsi sebagai komputer. BOKS II Sarjana Harus Tahu Komputer KOMPUTER yang pertama dipakai di Indonesia adalah mainframe generasi pertama IBM yang dipasang di Stanvac, Sungaigerong, Sumatera Selatan, pada 1962. Pemakaian komputer pada industri perminyakan di Indonesia ini kemudian segera disusul oleh bisnis perbankan. Bank Indonesia tercatat sebagai pemakai komputer pertama dari kelompok perbankan. Pada 1972 saja Pertamina sudah melakukan penggantian komputer dengan generasi yang lebih baru. Komputer lamanya, IBM 1401, kemudian diserahkan kepada Institut Teknologi Bandung sebagai modal membentuk Pusat Komputer ITB. Pada akhir 1984 Pusat Komputer ITB itu diperluas dan dikaitkan dengan Pusat Pendidikan Ilmu Komputer dan Sistem Informasi PIKSI-ITB. Peresmian PIKSI ITB itu dilakukan setelah menerima seperangkat sistem komputer IBM 3031 yang terdiri atas 40 terminal, 10 komputer pribadi serta beberapa perlengkapan perangkat keras dan lunak lainnya. Sebelumnya, PT USI Jaya yang mengageni IBM di Indonesia, dalam program kerja samanya dengan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Depdikbud, telah pula memberikan bantuan perangkat komputer kepada Universitas Brawijaya dan IKIP Jakarta. Hingga saat ini, jumlah yang disumbangkan oleh PT USI Jaya dan IBM dalam program empat tahun ini telah mencapai Rp 5,5 milyar dan dalam tahap berikutnya aka ditambah Rp 2,5 milyar. Jumlah itu memang tak kepalang besarnya. "Kami berharap hal ini dapat dianggap sebagai persembahan kami kepada nusa dan bangsa Indonesia dalam usahanya meningkatkan kecerdasan kehidupan bangsa," kata Drs. J.P. Soebandono, presiden direktur PT USI Jaya. Rektor ITB, Dr. Hariadi H. Supangkat, ketika menerima bantuan itu mengatakan: "Minat menggunakan komputer begitu cepat. Komputer akan mengubah kehidupan kita lebih cepat daripada video. Karena itu komputer harus kita terima sebagai bagian dari kehidupan kita." Rektor lTB juga mengatakan bahwa pada suatu ketika nanti seseorang tak bisa lagi mengatakan dirinya insinyur kalau ia tak tahu komputer. "Dan itu tak lama lagi. Lima tahun lagi," kata Hariadi. "Itu nanti akan menjadi persyaratan. Oleh karenanya insinyur, sarjana matematika maupun fisika harus berani menghadapi kenyataan itu." BOKS III BEA MASUK YANG MENGHAMBAT INDONESIA kini dikelilingi oleh negara-negara yang telah memberikan keringanan pajak bagi pemasukan komputer. Negara-negara itu adalah: Singapura, Malaysia, Australia. Singapura bahkan sama sekali membebaskan pajak untuk komputer. Ir. Renaldi Z.K., managing director Indonesian Computer Enterprises, menyarankan agar sebaiknya pajak bagi impor komputer di Indonesia dihapuskan. "Komputer adalah sarana untuk mencerdaskan bangsa tidak bisa digolongkan dengan benda hiburan elektronik," katanya. Bea masuk untuk komputer kini dikenai 20%, ditambah lagi PPN 10% dan PPH 2,5%. Masih ada lagi bea-bea lain sehingga semua mencapai 48%. "Bea masuk tinggi ini menimbulkan persaingan pasar yang tak wajar," kata Renaldi. "Importir yang taat kepada peraturan justru yang paling terpukul oleh peraturan ini karena kalah daya saingnya dari segi harga." Apakah bea masuk yang tinggi ini merupakan alasan untuk melindungi dan menumbuhkan industri komputer dalam negeri? Dalam hal ini kita perlu lebih teliti menilik kesempatan yang ada. Industri kendaraan bermotor di Indonesia yang telah mencapai volume cukup tinggi, ternyata masih juga menghadapi kesulitan untuk mencapai tahap full manufacturing. Pada saat ini diperkirakan pasar atau bisnis komputer di Indonesia baru mencapai 150 juta dolar AS. Dari jumlah "sekecil" itu, bisnis komputer mikro hanya mencapai seperlimanya, alias 30 juta dolar AS. Pasar komputer mikro yang sempit itu kini diperebutkan oleh 50 merk yang diperdagangkan di Indonesia. Kalau seperangkat komputer mikro dipukul rata dengan harga 3.000 dolar, maka hanya 10.000 perangkat yang dijual per tahun. Alias, 200 perangkat untuk tiap merk. Dengan gambaran penyerapan pasar selemah itu, akan berat membayangkan ini besar yang harus ditanam untuk produksi komputer dalam negeri. Substitusi komponen impor pun bila dipaksakan akan menyebabkan ekonomi biaya tinggi. (Sekalipun dalam komponen yang diimpor pun sering ada komponen yang semula diekspor Indonesia). Khususnya bagi komputer mikro yang kini memiliki potensi besar untuk masyarakat, bea masuk yang tinggi untuk sementara ini hanya merupakan faktor penghambat kegandrungan masyarakat untuk lebih akrab dengan komputer. Kalau dianggap belum saatnya melakukan produksi penuh perangkat keras, mungkin bisa perangkat lunaknya dulu. Tetapi bagaimana halnya dengan komputer yang memakai program program berbahasa Indonesia? Renaldi mengatakan: "Sebetulnya tak perlu mencari bahasa Indonesianya. Bahasa komputer adalah bahasa simbol yang kemudian harus diterjemahkan. Kalau diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, berarti harus mempelajari simbol baru lagi." Renaldi tampaknya telah cenderung memaksa diri menggunakan bahasa Inggris, termasuk untuk anak-anak SMTP dan SMTA. "Mengapa kita harus mulur? Toh bahasa Inggri termasuk adalah bahasa internasional yang perlu dipelajari?" katanya. Menurutnya, yang perlu diterjemahkan adalah manual (pedoman penggunaannya), bukan bahasa komputernya. Sedangkan Drs. J.P. Soebandono dari IBM lebih melihat dari segi implikasi hukum. "Kalau toh perlu membuat program-program atau program-program aplikasi dalam bahasa Indonesia, yang penting adalah undang-undang hak cipta," katanya. "Tanpa nasib program-program itu nanti akan sama dengan kaset yang dibajak atau buku-buku yang dicetak-rompak." BOKS IV GLOSARI KOMPUTER BEBERAPA tahun yang lalu, mini menunjukkan panjang atau pendeknya gaun wanita. Sekarang sudah menjadi istilah untuk komputer. Untuk memudahkan pemahaman, berikut ini adalah beberapa istilah yang sering dipakai. Byte: Satu unit informasi, atau satu ruang dalam memori komputer. CPU: Central Processing Unit, yaitu bagian yang sering disebut otaknya komputer, yaitu bagian yang menyimpan dan mengolah informasi. CPU adalah satu dari tiga komponen utama perangkat keras komputer. Floppy disk: Pelat magnetik selebar 51/4 atau 8 inci untuk merekam/ meyimpan program atau data. Pelat mengetik ini dimasukkan ke disk drive, bila akan digunakan. Hardware: perangkat keras: bagian yang tampak dari sebuah komputer. Biasanya terdiri atas tiga komponen utama, yaitu: layar, CPU dan key board. K = Kilobyte: bukan 1000 bytes, melainkan 1024 bytes atau memori unit dalam CPU. Makin besar K sebuah komputer, makin besar pusat memorinya dan makin banyak yang dapat dikerjakannya. Komputer: mesin yang mengolah dan mengorganisasikan komputer. Komputer tidak manusiawi, ia tak bisa berpikir. Apa yang dilakukannya adalah menyimpan sejumlah besar informasi dan kemudian "memanipulasinya'' dalam kecepatan luar biasa. Mainframe: mesin besar dengan CPU yang besar dan kemampuan memori yang besar, seringkali sampai jutaan bytes. Kalau Anda melanggani database atau databank, maka Anda dikaitkan dengan sebuah mainframe. Microcomputer: semua komputer pribadi adalah mikrokomputer. Pada umumnya, komputer pribadi hanya mempunyai satu terminal. Jenis ini mulai dari model canggih yang diletakkan diatas meja sampai yang portable seukuran mesin tik. Minicomputer: ini biasanya dipakai untuk bisnis sedang. Komputer ini sudah merupakan sistim, tetapi tidak sebesar mainframe, dan mempunyai beberapa terminal juga. Kalau microcomputer dipergunakan juga untuk melakukan computer games, minicomputer tidak. Peripherals: perangkat lain yang menyertai, seperti printer, modem dan asesori lainnya yang bisa dibeli kemudian untuk meningkatkan kemanfaatan komputer yang dipunyai. Program: biasa disebut juga sebagai software. Software: perangkat lunak: program yang sudah ready-made yang akan menuntun komputer untuk melakukan berbagai jenis pekerjaan, seperti: melakukan penyuntingan, perhitungan, bahkan juga untuk mempelajari bahasa asing. Program ini bisa berbentuk kaset, atau floppy disk.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini