Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Teknologi & Inovasi

Bensin Kelapa Sawit

Harjosuparto dan subagjo dari itb melakukan penelitian kemungkinan menarik bahan bakar minyak (bbm) dari stearin, produk samping minyak kelapa sawit. (ilt)

5 Oktober 1985 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

MESKI krisis bahan bakar alam masih belum bisa dipastikan, para ahli Indonesia, ternyata, sudah mulai mencari pelbagai alternatif. Contohnya adalah Sudarno Harjosuparto dan Subagjo. Sejak awal tahun lalu, kedua sarjana teknik kimia ITB itu melakukan penelitian kemungkinan menarik bahan bakar minyak (BBM) dari stearin. Sampai awal pekan ini, penelitian itu masih berlanjut. Stearin adalah gliserida, atau astergliserol, dari asam stearat. Senyawa ini merupakan hasil pabrik fraksionasi minyak sawit yang, selama ini, belum dimanfaatkan secara maksimal. Stearin dijual dengan harga murah, dan biasanya ditampung oleh pabrik sabun. Dalam pengolahan minyak sawit, 65% menghasilkan olein (minyak goreng), dan 35% merupakan stearin. "Ada empat alasan untuk memilih stearin," kata Sudarno, 56, guru besar teknik kimia ITB itu kepada Didi Sunardi dari TEMPO. Pertama, senyawa ini merupakan hidrokarbon rangkaian panjang, yang perlu direngkah menjadi senyawa hidrokarbon rantai pendek, dan diharapkan bisa dikategorikan bahan bakar minyak (BBM). Di samping itu, stearin selama ini kurang didiversifikasikan. Harganya pun relatif rendah. Alasan terakhir, Indonesia merupakan penghasil kelapa sawit yang cukup besar, setelah Malaysia. Menurut sebuah perkiraan, dalam periode 1985-1986, Indonesia akan menghasilkan 1,2 juta ton stearin. Masalahnya, lalu, bagaimana mengubah senyawa berantai panjang itu menjadi senyawa berantai pendek. Untuk itu diperlukan proses "perengkahan" -memecah molekul besar menjadi molekul-molekul yang lebih kecil. Proses ini banyak diterapkan dalam pengolahan minyak bumi, dengan tujuan merengkah senyawa hidrokarbon berantai panjang menjadi senyawa hidrokarbon dengan berat molekul rendah. Dalam proses ini dikenal tiga perengkahan: perengkahan panas, perengkahan katalitik, dan perengkahan hidro. Dengan perengkahan panas, proses dilakukan pada suhu rendah dan tekanan tinggi. Pada tingkat ini, dibutuh-kan energi yang besar, dan pengendalian terhadap jenis produk. Kelemahan itu dapat diatasi dengan melibatkan katalis. Untuk memperpan-jang umur katalis, ke dalam campuran reaktan ditambahkan gas hidrogen, sehingga proses ini disebut juga proses perengkahan hidro (hylrocracking). Karena proses ini merupakan kombinasi perengkahan dan hidrogenasi, dibutuhkan katalis yang mampu melaksanakan kedua fungsi itu secara baik. "Hasil pengamatan kami menunjukkan, hidrokarbon dapat terengkah dengan mudah pada tanah liat yang diolah dengan asam," tutur Sudarno. Penelitian selanjutnya membuktikan, pusat aktif katalis perengkah adalah pusat yang bersifat asam (inti asam), dan memiliki kekuatan asam yang cukup. Senyawa silika-alumina (Si) 2 S (SiO2--A1203) memenuhi persyaratan, karena substitusi ion Al+3 sebagai Al203 ke dalam Si+4 membutuhkan ion positif seperti proton, untuk menetralkan muatan negatif yang terbentuk. Dehidrasi senyawa semacam ini akan memberikan senyawa yang memiliki inti asam Lewis. Keasaman silika-alumina ini dapat menyamai asam-asam yang sangat kuat, seperti HF, AIC13, H3P04, H2S04, bergantung pada perbandingan atom Si/Al di dalam senyawa tersebut. Sifat seperti inilah yang memberi kemampuan kepada padatan tersebut dalam bertindak sebagai katalis perengkah. Dari senyawa tersebut, zeolit adalah jenis yang banyak digunakan. "Susahnya, zeolit ini jenisnya banyak, dan harganya mahal," kata Sudarno. "Dalam percobaan ini, kami mencoba dua jenis zeolit, zeolit alam tipe modernit yang diambil dari Bayah, Banten, dan zeolit komersial (sintetis)," ujar Subagjo, doktor katalis lulusan Prancis, 1981. Hasilnya, dibandingkan dengan zeolit komersial, zeolit alam mengandung lebih banyak kelemahan, misalnya terlalu banyak kemungkinan terbentuknya karbon. Dalam percobaan, gas hidrogen yang telah dimurnikan dialirkan ke dalam reaktor yang sudah terisi katalis. Kemudian, stearin cair, setelah dipanaskan, disuntikkan ke dalam reaktor tadi. Setelah produk reaktor dikondensasikan pada suhu kamar, hasilnya berupa produk cair (80%) dan gas (20%). Suhu perengkahan dicoba pada 400C, hingga menurun pada 250C. Selanjutnya diidentifikasikan apakah produk cair itu betul hidrokarbon. Untuk menguatkan dugaan ini, produk cair itudianalisa dengan menggunakan spektrometer infra merah. Hasil analisa menunjukkan, produk cair hanya mengandung senyawa hidrokarbon, dan tidak terlihat kehadiran gugus yang mengandung heteroatom oksigen. Analisa dengan kromatografi gas memberikan dugaan, produk cair mengandung fraksi bensin. "Wah, kami senang betul ketika mengetahui hal ini," kata Subagjo. Sementara tiap-tiap komponen yang terkandung dalam produk cair tadi belum diketahui, kedua peneliti itu melakukan analisa selangkah lagi. Proses terakhir ini disebut analisa ASTM (American Standard for testing Materials) destilasi D86. Dari analisa inilah diketahui jumlah persentase komponennya masing-masing. Menurut analisa itu, produk cair yang 80% tadi mengandung 36% fraksi bensin, 16% kerosinj dan 32% fraksi minyak diesel. Apakah hasil penelitian ini dapat menjawab masalah penghematan biaya produksi BBM? "Kami belum sampai ke sana," kata Sudarno. Tetapi, ia ingin mengajak para pengamat, "Meninjau puluhan tahun ke depan, ketika kondisi BBM tidak akan sama dengan keadaan sekarang." Kualitas bensin yang di hasilkan pun belum diteliti. "Untuk membuat perbandingan, kami memerlukan sekitar satu liter fraksi bensin stearin," katanya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus