Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Laba Bersih Bank Mandiri Naik 21,2 Persen pada 2018

Bank Mandiri menjaga konsistensi dalam pertumbuhan bisnis. Perseroan mencatat laba bersih Rp 25 triliun pada akhir 2018 atau tumbuh 21,2 persen secara year on year (yoy).

28 Januari 2019 | 18.53 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Ilustrasi Gedung Bank Mandiri, Surakarta, Jawa Tengah.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

INFO BISNIS - Bank Mandiri menjaga konsistensi dalam pertumbuhan bisnis. Perseroan mencatat laba bersih sebesar Rp 25 triliun pada akhir 2018 atau tumbuh 21,2 persen secara year on year (yoy). Kenaikan itu didorong pertumbuhan pendapatan bunga bersih (NII) sebesar 5,28 persen menjadi Rp 57,3 triliun dan kenaikan pendapatan atas jasa (fee based income) sebesar 20,1 persen menjadi Rp 28,4 triliun.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Direktur Utama Bank Mandiri Kartika Wirjoatmodjo mengatakan perseroan juga berhasil memperbaiki kualitas kredit. Hal itu tecermin pada penurunan rasio non-performing loan (NPL) dari 3,46 persen pada 2017 menjadi 2,75 persen pada akhir 2018, sehingga memangkas alokasi biaya pencadangan perseroan menjadi Rp 14,2 triliun dari Rp 15,9 triliun pada periode yang sama tahun sebelumnya. Selain itu, biaya operasional dapat ditekan sehingga rasio cost to income ratio turun dari 45,60 persen menjadi 44,41 persen.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

“Pada tahun lalu, Bank Mandiri juga telah melakukan fungsi intermediasi dengan baik, dengan total penyaluran kredit Rp 820,1 triliun, naik 12,4 persen dari tahun sebelumnya. Dari capaian itu, pembiayaan produktif kami tercatat Rp 558,7 triliun atau 77,71 persen dari portofolio. Kinerja ini pun kemudian berdampak pada kenaikan nilai aset konsolidasi perseroan menjadi Rp 1.202,3 triliun pada akhir tahun lalu,” kata Kartika.

Kartika menambahkan, peningkatan kredit produktif tecermin dari penyaluran kredit modal kerja (bank only) yang tumbuh 9,58 persen yoy menjadi Rp 334,12 triliun serta kredit investasi yang mencapai Rp 224,6 triliun atau naik 11,69 persen yoy.

Pertumbuhan kredit tersebut didorong dua segmen utama, yakni corporate dan retail, terutama kredit mikro dan konsumer. Pada 2018, pembiayaan segmen korporasi mencapai Rp 325,8 triliun, naik 23,3 persen yoy. Khusus sektor infrastruktur, Bank Mandiri membukukan kenaikan pembiayaan (baki debet) yang signifikan sebesar 29,3 persen secara yoy menjadi Rp182,3 triliun atau 63,9 persen dari total komitmen Rp 285,4 triliun yang telah diberikan. Dari realisasi itu, penyaluran sektor transportasi tercatat Rp 39,5 triliun, migas dan energi terbarukan Rp 36,6 triliun, tenaga listrik Rp 34,0 triliun, konstruksi Rp 20,9 triliun, jalan Rp 15,9 triliun, telematika Rp 14,7 triliun, perumahan rakyat dan fasilitas kota Rp 10 triliun, serta infrastruktur lainnya Rp 10,8 triliun.

Sementara itu kredit segmen retail perseroan tumbuh 10,52 persen yoy menjadi Rp 246,6 triliun. Khusus segmen mikro, perseroan telah memberikan kredit Rp 102,4 triliun, tumbuh 23,0 persen dari tahun sebelumnya. Adapun kredit konsumer yang disalurkan Bank Mandiri pada tahun lalu mencapai Rp 87,4 triliun atau tumbuh 11,6 persen dari periode yang sama tahun sebelumnya.  

Sebagai realisasi komitmen pada tujuan pemerataan pembangunan, sepanjang 2018 Bank Mandiri telah memberikan kredit usaha rakyat (KUR) sebesar Rp 17,58 triliun atau mencapai 100,11 persen dari target. Secara kumulatif, hingga Desember 2018, Bank Mandiri telah menyalurkan KUR sebesar Rp 65,91 triliun kepada lebih dari 1,25 juta debitur di seluruh Indonesia. 

Kartika juga menuturkan Bank Mandiri berkeinginan menumbuhkan bisnis perseroan secara berkesinambungan dengan memperkuat struktur pendanaan melalui peningkatan dana murah, menjaga pertumbuhan biaya operasional, serta penyaluran kredit yang lebih prudent, baik di segmen wholesale maupun retail.

“Hingga akhir tahun lalu, dana pihak ketiga (DPK) yang berhasil dihimpun secara tahunan tumbuh 3,1 persen mencapai Rp 840,9 triliun. Meski pertumbuhan tersebut cukup rendah, dari sisi sustainabilitas mengalami perbaikan. Hal ini terlihat dari tingkat average balance DPK (bank only) yang tumbuh 7,2 persen yoy. Hal ini sejalan dengan strategi perseroan yang mendorong pertumbuhan DPK agar lebih sustain,” tuturnya.

Sebagai upaya untuk terus meningkatkan penghimpunan dana masyarakat, Bank Mandiri terus mengembangkan jaringan elektronik perseroan untuk melengkapi 4.549 jaringan kantor cabang yang telah ada. Jaringan elektronik tersebut meliputi 18.291 mesin ATM, 221.927 mesin EDC, juga layanan Internet banking, mobile banking, dan call center 14000.

Untuk merealisasikan peran sebagai agent of development, Bank Mandiri juga terlibat aktif dalam penyaluran program bantuan sosial nasional. Dalam Program Keluarga Harapan (PKH), Bank Mandiri telah menyalurkan bantuan sosial Rp 2,8 triliun kepada lebih dari 6,2 juta keluarga penerima manfaat (KPM) di seluruh Indonesia. Sedangkan program Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) yang disalurkan perusahaan tercatat Rp 504,3 miliar kepada lebih dari 4,5 juta KPM. Adapun pelaksanaan program ini berhasil dilaksanakan dengan dukungan 127.423 agen branchless banking Bank Mandiri. (*)

 

Esra Dopita Meret

Esra Dopita Meret

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus