Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Petrokimia merupakan industri strategis yang mendukung pertumbuhan industri lain karena menjadi bahan baku bagi banyak produk pendukung sektor kehidupan. Dalam waktu 10 tahun terakhir, kebutuhan nasional produk petrokimia memang sangat besar dan terus meningkat setiap tahunnya. Saat ini kebutuhan nasional polypropylene sekitar 1,75 juta ton per tahun, polyethylene 1,8 juta ton per tahun, paraxylene 1 juta ton per tahun, serta benzene sekitar 350 ribu ton per tahun. Untuk kebutuhan tersebut, sebagian masih dipenuhi melalui impor.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pertamina melalui Subholding Refining & Petrochemical, PT Kilang Pertamina Internasional (PT KPI) terus optimalkan megaproyek kilang dan petrokimia di Indonesia. Salah satu proyek terbesar yang dikelola PT KPI adalah pengembangan Kilang Olefin di Tuban menyusul akuisisi terhadap PT Trans-Pacific Petrochemical Indotama (PT TPPI). Sebelumnya Presiden Republik Indonesia Joko Widodo menilai, optimasi kawasan kilang TPPI oleh Pertamina berpotensi menciptakan penghematan devisa negara hingga 4,9 miliar dollar AS atau sekitar Rp. 56 triliun.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Harapan Pemerintah Indonesia untuk menekan angka impor migas akan dapat diwujudkan melalui pembangunan pabrik petrokimia yang berlokasi di Tuban, Jawa Timur oleh PT TPPI. Corporate Secretary PT KPI, Ifki Sukarya menjelaskan, optimasi produksi petrokimia menjadi sasaran PT KPI mengingat pesatnya market petrokimia di Indonesia dan regional. PT KPI memiliki visi untuk dapat menguasai pasar domestik dan regional.
Proyek Olefin Pertamina melalui PT TPPI merupakan salah satu strategi transformasi petrokimia dalam menjawab peningkatan demand produk. “Dengan peningkatan kapasitas dan kompleksitas kilang, diperkirakan tahun 2026 volume produksi BBM naik 2,8 kali menjadi ±1.500 kbpd,” ujar Corporate Secretary Subholding & Petrochemical PT KPI, Ifki Sukarya.
PT KPI memiliki target untuk meningkatkan produksi petrokimia, khususnya komoditas Olefin dan Aromatic 5,3 kali dari ±1.600 ktpa menjadi ±8.600 ktpa sehingga dapat menurunkan impor produk petrokimia secara signifikan. PT KPI saat ini tengah memproses pembangunan fasilitas produksi Olefin dan Aromatik atau dikenal dengan Olefin Complex Development Project (OCDP) di kawasan kilang TPPI, Kabupaten Tuban, Jawa Timur. ‘Dampak sosio-ekonominya juga besar baik untuk menyehatkan neraca perdagangan, menghemat devisa dan penyerapan TKDN dengan target sebesar minimal 30%,’ imbuh Ifki.
Agresivitas PT KPI dalam menyasar megaproyek Kilang Olefin tidak lepas dari sejarah panjang Pertamina dalam pengelolaan sektor petrokimia. Sejak tahun 1970, Pertamina telah berkecimpung dalam industri Petrokimia melalui kilang Plaju, Cilacap dan Balongan. Produk-produk yang dihasilkan diantaranya polypropylene, propylene, paraxylene, toluene dan benzene. Saat ini, Olefin dan Aromatics menjadi komoditas utama petrokimia yang diproduksi Pertamina.
Ifki Sukarya menjelaskan sejumlah competitive advantage yang dimiliki PT KPI dalam mengelola megaproyek petrokimia di Indonesia. “Hanya Pertamina satu-satunya produsen petrokimia di Indonesia yang memiliki dan mengelola sendiri feedstocknya yaitu minyak mentah dan gas dari bisnis upstream migas wilayah kerja Pertamina. Kilang-kilang Pertamina yang sudah terintegrasi juga dapat diubah mode produksinya untuk pengolahan petrokimia,” tegasnya. Sumber daya perusahaan sudah sangat siap, infrastrukturnya pun bisa diintegrasikan dengan bisnis minyak dan gas.
Selain itu, PT KPI yang kini mengelola 6 Unit Operasi Kilang di Indonesia memiliki keunggulan lain sebagai pengelola megaproyek petrokimia di Indonesia. “Melalui proyek Refinery Development Master Plan dan Grass Root Refinery, PT KPI memegang peranan dalam pembangunan secara masif kilang nasional yang terintegrasi dan dapat diubah mode produksinya untuk pengolahan petrokimia. “
Ilustrasi kilang Pertamina
Roadmap Megaproyek Petrokimia PT KPI
Pengembangan Kilang Olefin dilakukan sesuai dengan pilar transfomasi bisnis PT KPI paska proses Legal End State 1 September 2021. Kini PT KPI resmi menjadi pengelola unit operasi kilang Pertamina dan pengembangan kilang baru di Indonesia. PT KPI menyambut baik amanah tersebut mengingat pesatnya peningkatan demand terhadap industri petrokimia setiap tahunnya.
“Sejalan dengan restrukturisasi di dalam tubuh Pertamina, PT KPI kini memiliki fokus untuk bergerak cepat dalam menyusun roadmap pengembangan Kilang Olefin. Salah satu fokus kami adalah dalam strategi pemasaran petrokimia,” ujar Ifki Sukarya. Dijelaskan oleh Ifki bahwa PT KPI memastikan adanya penyelerasan antara proyek petrokimia yang dikembangkan melalui pemilihan konfigurasi desain proses petrokimia untuk menghasilkan berbagai jenis produk. “Selain itu, kami juga melakukan melakukan pemetaan serta penjajakan pasar ekspor produk petrokimia,” imbuh Ifki.
Sebagai induk usaha Refining & Petrochemical Pertamina, PT KPI menjalankan roadmap pengembangan petrokimia yang terintegrasi dengan Pertamina. “Di tingkat holding company, peningkatan kapasitas kilang dan petrokimia sudah termaktub menjadi salah satu dari lima pilar strategi bisnis perusahaan selain pengembangan sektor hulu, efisiensi di semua lini, pengembangan infrastruktur dan marketing dan perbaikan struktur keuangan,” jelas Ifki Sukarya.
Ia menambahkan bahwa sebagai induk usaha, PT KPI mengeksekusi pilar bisnis tersebut melalui proyek-proyek RDMP dan GRR dengan tetap memperhatikan postur kemampuan finansial perusahaan. “Peningkatan kompleksitas kilang dan petrokimia adalah salah satu kunci dari amanah transformasi petrokimia yang diemban oleh PT KPI. Maka, komitmen kami sangat tinggi untuk menjalankan megaproyek kilang minyak dan petrokimia dengan target target On Time, On Budget, On Specification, On Return dan On Regulation (OTOBOSOROR),” pungkasnya.