Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

MenkopUKM Apresiasi Kiprah Koperasi Kopi Wanita Gayo

Tata niaga kopi asal Aceh harus diperbaiki, termasuk kelembagaannya agar lebih rapi dan meningkatkan mutu serta harga jualnya.

21 Juni 2021 | 11.48 WIB

Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki mengapresiasi Koperasi Kopi Wanita Gayo (Kokowagayo)
Perbesar
Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki mengapresiasi Koperasi Kopi Wanita Gayo (Kokowagayo)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

INFO NASIONAL - Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki mengapresiasi Koperasi Kopi Wanita Gayo (Kokowagayo). Kiprahnya telah diakui di dunia global, demikian pula produk kopinya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kokowagayo merupakan satu-satunya koperasi wanita di kawasan Asia Tenggara yang masuk dalam organisasi petani kopi wanita internasional berbasis di Peru, Amerika Selatan, yaitu Organic Product Trading Company (OPTCO) Cafe Femenino.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

"Kokowagayo ini sudah mendunia. Menjadi kebanggaan Indonesia, bahwa ada koperasi wanita kiprahnya diakui secara internasional," ucap Teten dalam kunjungan kerjanya ke Kokowagayo di Bener Meriah, Aceh Tengah, Jumat, 18 Juni 2021.

Sedangkan kopi gayo dari Aceh Tengah, kata Teten, menjadi salah satu kopi terbaik yang diakui dunia. Menuru Teten, saat ini, harga kopi mulai membaik menjadi 6 dolar Amerika Serikat atau setara Rp 86.299 per kilogram (kg) di pasar New York. Sebelumnya hanya di angka USD 5,9 atau setara Rp 84.916 per kg.

"harga kopi kita ini sebenarnya mahal, di harga 11 dolar AS, atau sekitar Rp. 158.270 per kilogram. Kenaikan harga kopi ini kemungkinan karena produksi dunia yang turun, termasuk Brazil. Ini bisa berimbas pada permintaan kopi Indonesia akan tinggi. Jadi, stok lama di dalam negeri bisa diserap pasar luar negeri," ucap Teten.

Namun, ada beberapa kendala yang dihadapi para petani kopi gayo, termasuk Kokowagayo, yaitu masalah harga dan kualitas kopi. Di tengah harga komoditas pertanian yang turun di saat panen raya, justru kopi melimpah.

Teten meminta tata niaga kopi di Aceh Tengah diperbaiki, terutama kelembagaannya lewat koperasi. “Saya mengusulkan agar memperkuat koperasi-koperasi di sektor pangan/riil. Karena 59 persen koperasi masih banyak yang bergerak di sektor simpan pinjam," ujar dia.

Ketua Kokowagayo, Rizkani Melati, mengatakan, seluruh anggota koperasi ini diisi oleh petani kopi perempuan, yang berjumlah 409 orang dan mengelola lahan sebanyak 342 hektare (ha). "Kami menjual green bean, pasarnya mayoritas sekitar 70 persen ke Amerika Serikat, 20 persen ke Eropa, dan sisanya 10 persen ke Australia dan Asia," ujar Rizkani.

Saat ini, aset Kokowagayo mencapai Rp 8,5 miliar. Sementara per tahun, kapasitas produksi Kokowagayo mencapai 450.000 ton. Sekitar 20 kontainer, atau sekitar 422.400 ton, diperuntukkan bagi pasar luar negeri.

Pelaksana Tugas (Plt) Bupati Bener Meriah, Dailami merinci, jumlah petani di Bener Meriah mencapai 64 ribu. Namun, mayoritas lahan kopi di Kabupaten Bener Meriah masih dikelola secara perorangan.

“Tapi kami semua di sini punya keunggulan karena ditanam secara organik. Paling hanya 1 persen yang pakai pupuk," kata Dailami.

Menurut Dailami, kopi gayo asal Bener Meriah ini mampu menarik pasar dunia. Di Bener Meriah, pembeli kopi petani banyak dilakukan oleh beberapa koperasi, antara lain Koperasi Buana Mandiri, Koperasi Bahtera Permata Gayo, serta Kokowagayo.

"Kami berharap support KemenKopUKM dan juga LPDB-KUMKM agar koperasi-koperasi lain bisa membantu menumbuhkan ekonomi petani kopi," ucap Dailami. (*)

Prodik Digital

Prodik Digital

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus