I SEORANG pengusaha dengan tegas menyatakan bahwa industri minuman ringan di Indonesia punya masa depan yang baik. Itu karena letak Indonesia yang dilintasi garis khatulistiwa, dan berhawa panas sepanjang tahun. Meski diakuinya bahwa sebagian besar sektor ini masih merupakan industri rakitan. Konsentrasinya masih didatangkan dari negeri asal merek minuman tersebut. Di sini tinggal diproses untuk pembotolannya. Padahal, masih ada peluang menggunakan bahan baku dalam negeri untuk industri ini mengingat negeri agraris ini juga menghasilkan beragam jenis buah yang dapat digunakan sebagai bahan bak -- industri minuman dan makanan olahan. Untuk negeri agraris seperti Indonesia tujuan industri minuman dan makanan olahan sebenarnya merupakan suatu usaha mempertemukan sumberdaya manusia dan sumber daya alam yang dipadukan melalui teknologi. Ini sudah dibuktikan melalui industri minuman teh yang dibotolkan. Pemasarannya sempat membuat pusing pengusaha minuman raksasa. Bagi Frits W. Triman. General Manamager PT Pabrik Limun Indonesia (PLI) sebenarnya jenis minuman tersebut bukan merupakan saingan langsung dari produk-produk minuman ringan, tetapi dalam pemasarannya memang memakan sebagian kue pangsa pasar industri minuman ringan. Frits mengungkapkan bahwa keberhasilan industri teh dalam botol itu adalah karena minuman teh sudah menjadi kebiasaan orang Indonesia. Sehingga produk tersebut langsung dapat diterima masyarakat. Sedangkan bagi jenis minuman ringan seperti F&N, Green Spot, dan U-Up produksi PLI itu adalah jenis minuman penyegar. Bukan sekadar pelepas dahaga. Minuman penyegar yang dimaksud Frits biasanya ditandai dengan adanya karbon (C02) pada minuman tersebut. Tetapi, Frits menyatakan pula bahwa dengan atau tanpa karbon sebenarnya sama saja. PLI yang sudah lama memproduksi FN dan 7-Up lalu menambah produksinya dengan membuat Green Spot. Produk ini kembali ke pasaran minuman ringan di Indonesia pada triwulan akhir 1986, setelah beberapa lama menghilang dari pasaran. Pihak pembotol terdahulu, PT Sinar National Bottling Indonesia (SNBI), terpaksa menutup usahanya karena modalnya ikut larut. Konon, jumlah yang dijual dulu tidak memenuhi overhead. Diperkirakan produksinya ketika itu hanya berkisar antara 20.000 sampai 40.000 krat perbulan. Minuman rasa jeruk ini, meski tidak mengandung karbon tetapi tidak diolah dengan menggunakan zat pengawet. Frits lalu menceriterakan bahwa setelah pembotolan dilakukan pasterisasi, yaitu dengan memanaskannya pada suhu tertentu. Kelahiran kembali Green Spot dalam pangsa pasar minuman ringan di Indonesia nyatanya memenuhi selera pasar. Apalagi sekarang dikemas dalam dua jenis: botol dan karton (tetrapak). Kemasan tetrapak meluaskan pemasaran ke daerah di luar Jawa. Selain kemasannya yang ringan juga tak repot dengan tanggungan botol. USAHA membotolkan minuman dari sari buah bisa menjadi industri yang baik untuk Indonesia. Dari berbagai jenis buah yang ada di alam tropis ini tentu akan menunjang usaha tersebut. Masalahnya memang pada pasokan untuk Industri tersebut apakah mencukupi, mengingat industri holtikulture belum membudaya. Seorang pengusaha melihat contoh Bangkok sebagai negara yang dapat mendirikan industri buah serta minuman dalam kemasan, dengan pasokan bahan baku dari dalam negeri. Itu adalah karena industri holtikulturanya sudah mendukung industri tersebut. Acungan jempol boleh diberikan pada pengusaha yang sudah mengemas minuman tradisional ke dalam tetrapak. Tentu saja langsung diterima oleh masyarakat, selain rasanya yang pas, juga karena sudah akrab. Usaha ini tentu harus pula didukung pasokan bahan baku yang berlanjut bila usaha seperti inl makin berkembang. Untuk minuman jenis "gula asam" misalnya, memerlukan bahan baku asam Jawa. Pohon asam ini dulu banyak terdapat sebagai pohon pelindung di sepanjang jalan. Akan tetapi, pohon-pohon ini sudah banyak ditebangi karena pelebaran jalan. Padahal buah asam Jawa itu juga banyak digunakan sebagai bahan baku sayur asam yang digemari masyarakat Indonesia. Perkebunan asam Jawa pun rasanya belum pernah terdengar. Sehingga pasokan bahan bakunya dikhawatirkan akan menemui kesulitan nantinya. Pasokan bahan baku untuk industri minuman dan makanan olahan pun bukan hanya dari jumlahnya, tetapi juga dari mutunya. Alasan inilah agaknya yang menjadikan industri minuman dan makanan olahan masih banyak yang merupakan industri rakitan. Meski beberapa sudah merupakan penemuan dan brand Indonesia. Frezzy Malta adalah salah satu contoh minuman kemas dengan bahan baku dari luar, tetapi merupakan penemuan dan brand Indonesia. Sedyana Pradjasantosa, Commercial Director PT Multi Bintang Indonesia (MBI) dengan tegas mengatakan bahwa malta sebagai bahan baku utama Frezzy Malta memang masih didatangkan dari luar negeri. MBI memang masih bersandar pada pasaran Bir Bintang yang besar, bahkan sudah diekspor ke Jepang. Karena sejarah perusahaan ini bermula dari Pabrik Bir Indonesia, yang kemudian mengembangkan sayap bukan hanya memproduksi minuman beralkohol, tetapi memberikan pelayanan dengan industri minuman, dan produk pertamanya sesudah berganti menjadi MBI adalah Green Sands. Meski minuman ini masih mengandung sedikit alkohol (0,8%). Akan halnya pemasaran Frezzy Malta yang masih kurang baik, menurut Sedyana itu memang sudah diduga sebelumnya. Ini belajar dari pengalaman ketika memasarkan bir hitam Guinness. Bir hitam ini memerlukan waktu lama untuk mendapat tempat. Dan menurut Sedyana, Frezzy Malta memang bukan sekadar minuman ringan, tetapi minuman penambah energi yang hilang. Frezzy mengandungi vitamin B-kompleks, meskipun bukan semacam tonikum. Karena itu dipromosikan sebagai minuman yang digunakan setelah tenaga terkuras karena berolahraga misalnya. Ada yang menyebutkan bahwa Frezzy merupakan minuman bir tanpa alkohol. Sedyana tak menyangkal hal ini, karena prosesnya memang harus dilakukan oleh pabrik minuman yang mempunyai proses dengan cara brewery, dan ini hanya dipunyai oleh pabrik bir. Bagi MBI, Frezzy merupakan kebanggaan karena merupakan brand khusus MBI dan merupakan minuman pertama jenis ini di Indonesia. "Di kawasan Asia kami memang kedua," ujar Sedyana. Karena sebulan sebelum kelahiran Frezzy Malta, di Malaysia sudah dipasarkan minuman sejenis ini. Sedyana pun optimis bahwa dalam waktu dua sampai tiga tahun minuman tersebut akan meraih tempat yang baik dalam pangsa pasar minuman ringan. Menurutnya pemasaran Frezzy kini cukup baik, dari kunjungan lapangan yang dilakukan setelah empat bulan minuman ini dipasarkan, ternyata Frezzy tersedia pada 2% outlet penjualan Bir Bintang. Produk pemula memang memerlukan waktu untuk meraih pasar. Namun, optimisme Sedyana memang ditunjang oleh lunch Frezzy Malta yang justru lebih baik daripada Green Sands, meski Green Sands dapat lepas landas setelah lima bulan masuk pasar. Sedyana lalu menunjukkan posisi Frezzy Malta sebagai minuman yang, "mengikuti mode, tetapi tidak trendy." MENURUT Sedyana, sebenarnya banyak peluang untuk menampilkan usaha pioneering (pemula) dalam industri minuman di Indonesia. Ia menunjuk pada usaha memproduksi teh dalam botol misalnya, dan minuman tradisional yang dikemas. Air mineral merek Aqua juga merupakan industri pemula dalam industri minuman di Indonesia. Keberhasilannya ternyata diikuti oleh beberapa merek yang muncul kemudian. Tirto Utomo, Direkur Utama PT Golden Mississippi yang memproduksi Aqua mengatakan bahwa air mineral yang diproduknya pada dasarnya bukan termasuk dalam industri minuman ringan, meski Aqua sendiri masih masuk daam anggota asosiasi industri minuman ringan. Dalam percaturan internasional, industri air mineral termasuk dalam International Bottled Water Association, yang anggotanya makin bertambah. Tirto menandaskan bahwa meskipun air ledeng dari PAM (Perusahaan Air Mimum) misalnya boleh diminum tanpa dimasak, bisnis air mineral toh tak akan tergoyah. Karena industri air mineral merupakan alternatif untuk mereka yang menginginkan kesehatan. Diberinya contoh bahwa di Amerika Serikat bisnis air mineral dalam botol adalah billion dollar business. Ia mengawali bisnis ini dengan berpijak pada idealismenya bahwa kesehatan merupakan faktor penting. Dan air bersih untuk minum adalah satu hal yang penting di negeri tropis ini. Padahal penyediaan air minum yang baik merata. Karena itu ia yakin bahwa usaha air mineral di Indonesia mendapat pasar yang bagus. Kebersihan bagi Tirto merupakan pegangan utama dalam bisnisnya. Itu dinyatakan melalui seluruh rangkaian proses produksi Aqua. Kebersihan tempat kerja dan para pekerjanya sendiri menjadi faktor utama. Air yang diambil dari mata air di Ciawi, Jawa Barat, diangkut dalam mobil tangki khusus, lalu diproses di pabriknya di Bekasi. Pemasaran Aqua meningkat terus. Terutama setelah mesin (dispenser) untuk botol Aqua ukuran lima galon itu sudah diproduknya sendiri. Dispenser ini semula terbatas untuk kantor-kantor, tetapi setelah diproduksi sendiri kini sudah dapat melayani permintaan untuk rumah tangga, meski masih juga terbatas. "Saya repot melayani banyaknya permintaan dispenser ini," katanya. Terutama untuk permintaan dari luar Jawa. Ditunjukkannya Batam sebagai yang banyak melanggani botol lima galon dan dispensernya. Meningkatnya permintaan Aqua dari konsumen membuat Tirto mengajukan izin penambahan produksi. Izin yang diberikan sekarang adalah untuk 80 juta liter pertahun. Padahal kapasitas mesin yang dimilikinya sekarang bisa mencapai 120 juta liter pertahun. Sebatas kapasitas mesinnya itulah permohonan yang diajukannya. Tentang pendapat bahwa air mineral bukan termasuk dalam pangsa pasar minuman ringan, Tirto memberi keterangan bahwa air mineral adalah membantu menyehatkan peminumnya. Berbeda dengan minuman ringan yang menjanjikan kenikmatan selain sebagai penghilang rasa dahaga. Air mineral yang dibotolkan adalah minuman tanpa unsur kimia. Karena itu ia yakin bahwa industri ini bukan muncul di beberapa daerah. Ia mengambil contoh Bangkok yang memiliki banyak merek produk air mineral. Alasan itu pula tampaknya yang menyebabkan Aqua baru-baru ini meresmikan pabriknya di Bali "Banyak permintaan di Bali, sehingga kami berani mendirikan pabrik di sana," katanya. KESEMPATAN untuk memasarkan minuman ringan masih terbuka luas di Indonesia. Menurut catatan, sektor ini baru berkapasitas empat botol per orang dalam satu tahun. Sedangkan di Malaysia sudah untuk 25 botol per orang, per tahun. Namun demikian, toh masih ada yang memproduksi jenis minuman dan makanan olahan yang terbatas pasarnya. Mereka melayani konsumen yang menjalani suatu program, diet misalnya. Tetapi, bagi Thomas E. Susanto, Marketing Director PT Sanghiang Perkasa yang memproduksi minuman dan makanan cair merek Slim & Fit, nyatanya produk jenis ini banyak peminatnya. "Banyak kok orang yang ingin menurunkan berat badannya, juga yang ingin tetap badannya stabil," ungkapnya. Thomas memang memastikan bahwa produknya bukan termasuk dalam industri minuman dan makanan ringan, tetapi sudah terkotak dalam sektor minuman dan makanan untuk kesehatan (health food). Ia lalu memberi contoh produknya yang khusus untuk para olahragawan. Produk itu berupa makanan cair yang merupakan nutrisi khusus tinggi kalori dan protein. Pada saat sang atlet akan bertanding, ia memerlukan makanan yang tinggi karbohidratnya. Tetapi, itu akan mengalami kesulitan bila harus makan makanan biasa. "Perutnya merasa kenyang dan gerakannya terganggu," katanya. Karena itu dengan meminum makanan cair yang tinggi karbohidratnya, atlet tersebut tak akan terganggu. Ada tiga jenis makanan cair yang diminum dalam paket ini, masing-masing dengan kegunaan khusus: Peptisol, Entrasol, dan Entramil. Yang paling mendapat perhatian konsumen menurut Thomas ternyata produk yang khusus bagi mereka yang ingin mengurangi berat badannya. Ini sebenarnya merupakan paket termasuk program senam yang perlu diikuti pada Slim & Fit Center di Jalan Batuceper 17, Jakarta. Produk Slim & Fit terbagi dalam dua bagian, yang non-terapi dan yang mengikuti terapi. Yang memerlukan terapi adalah produk khusus bagi yang mengingini penurunan berat badan. Sedangkan yang non-terapi untuk yang menjaga agar berat badannya tetap, juga bagi mereka yang selesai mengikuti program terapi. Pada kenyataannya, produk minuman dan makanan untuk penjaga berat badan yang ideal banyak diminati dan banyak ditawarkan produsen. Sebutlah Tropicana Slim misalnya, sirop bagi mereka yang mengikuti program diet. Atau minuman instant Nutrisari misalnya, yang meskipun tidak ditawarkan untuk diet, tetapi minuman instant dengan rasa jeruk yang tinggal mencampuri air lalu mengaduknya, toh digemari mereka yang tak ingin berat badannya naik. SEPERTI pendapat beberapa pengusaha minuman bahwa industri ini masih banyak punya kesempatan di Indonesia. Terutama untuk jenis minuman yang akrab dengan masyarakat. Contohnya, omset Teh Botol sudah lebih dari 40.000 krat per bulan. Sedangkan minuman tradisional produksi Mustika Ratu yang baru muncul itu pun sudah mencapai lebih dari 40.000 kotak per hari produksinya. Frits W. Triman kembali mengingatkan bahwa iklim tropis yang dimiliki Indonesia memungkinkan perkembangan industri minuman ringan. Ia malah memberi contoh bahwa sektor ini sempat menghidupkan suatu industri rumah tangga. "Lihat itu para penjaja es sirop yang dimasukkan dalam kantung plastik dan diikat karet lengkap dengan sedotannya," ceriteranya. "Bukankah mereka juga menjual minum ringan?" lanjutnya. Minuman susu segar pun dikemas agar siap diminum kapan saja. PT Ultra Jaya yang memproduksi susu Ultra adalah pionering dalam pengemasan susu. Selain mengemas susu, PT Ultra Jaya melihat kesempatan untuk mengemas minuman sari buah dan teh, yang semua bahan bakunya berasal dari dalam negeri. Untuk susu kemasnya, Ultra memang merupakan market leader, juga beberapa minuman sari buahnya. Khusus untuk kemasan susu, PT Ultra Jaya sangat memperhatikannya. Ada lima lapis untuk tetra-pak nya: plastik, aluminium foil, plastik, kertas, dan plastik lagi, sehingga sangat kedap udara dan cahaya agar minuman di dalamnya dapat disimpan dalam waktu lama tanpa penurunan kwalitas. Dengan kemasan dan proses teknik yang moddern, menyebabkan susu tersebut bertahan dan tidak rusak secara bakteriologis dalam waktu lama, asal pengemasannya tidak mengalami kebocoran, atau belum dibuka. Industri minuman lokal juga berfungsi meski hidupnya senin-kamis. Limun Sarsaparila misalnya, ternyata masih mempunyai penggemar khusus. Bahkan penutup botol limun yang terbuat dari keramik dan membukanya tak perlu menggunakan alat, cukup dengan jari-jari tangan, masih banyak terdapat di daerah. Ini untuk memenuhi permintaan industri minuman lokal. Seperti juga pendapat Tirto bahwa industri air mineral akan berkembang di daerah-daerah, industri minuman ringan lainnya secara lokal juga menunjukkan pertumbuhan. Apalagi sudah terdapat kemasan tetrapak yang memudahkan. Susu segar yang sudah diolah dan dikemas dalam tetrapak tentu akan lebih membudaya pula. Pangsa pasar untuk seluruh minuman ringan pada tahun 1985 mencapai 42 juta krat. Dalam tahun 1986 ini diperkirakan setidaknya mencapai 47 juta krat. Dari seluruh jumlah tersebut, sekitar 19 juta krat berupa minuman yang mengandung carbon (C02). Dan catatan lain menunjukkan bahwa pasar yang paling unggul dipegang oleh grup Coca Cola. Grup ini menguasai 78% pasaran minuman ringan di Indonesia. Maklum, di seluruh Indonesia tak kurang 10 pabrik pembotolannya bertebaran. Tahun 1987 direncanakan pasar minuman kemas bakal ramai. Beberapa merek terkenal akan melakukan diversifikasi dalam beberapa produknya. Izin baru untuk industri air mineral baru kabarnya pun sudah diberikan dan akan dilaksanakan pada tahun 1987. Begitu pula dengan jenis minuman teh dalam botol dan kemasan kotak merek baru, bakal muncul di tahun 1987. Menyiasati orang dahaga-dan berbagai keperluannya ternyata masih mempunyai banyak cara. Kesempatan pun masih terbuka. II Dari Kaki Lima Sampai Hotel Berbintang Lima MENJAJAKAN minuman ringan memang sesuai dengan slogan Coca Cola, dimana saja dan kapan saja. Semudah itu pula tentu untuk mendapatkannya. Rahmat, 25 tahun, penjaja minuman gerobak di Jakarta Selatan. Selain berdagang minuman botolan, ia juga menjual minuman racikannya, dikenal es campur. Ada buah apokat, kelapa muda, dicampur susu, atau sesuai selera pembelinya. Karena tempat dagangnya berdampingan dengan penjual mi bakso dorongan pula, maka minuman botolannya yang justru lebih laku. Rahmat menyatakan bahwa jenis minuman teh yang dibotolkan yang lebih laku. Itu karena pembelinya kebanyakan adalah para pembeli mi bakso yang mangkal di sebelah gerobaknya. Dan es teh merupakan pasangan yang umum untuk makanan tersebut. Tempat mangkalnya pun ideal, dekat dengan sekolah menengah tingkat atas. Di kalangan remaja, minuman jenis teh dalam botol ini tampaknya menupakan pilihan mereka. Minuman yang mengandung karbon merupakan minuman sesekali waktu saja, dalam kesempatan tertentu pula. Sehari-hari bila mereka jajan, minuman jenis itulah yang menjadi pilihan pertama mereka. Dalam suatu riset kecil pun didapatkan pendapat bahwa minuman botolan yang tak mengandung karbon akan menjadi pilihan pertama. Riset kecil itu dilakukan dengan cara mengundang beberapa remaja dalam satu pesta kecil. Minuman botolan yang disediakan dari dua jenis, yaitu yang menggunakan karbon dan yang tidak. Yang tak mengandung karbon adalah jenis minuman teh dalam botol, ternyata jenis ini yang habis lebih dulu, baru kemudian yang mengandung karbon. Sabana, Ketua Asosiasi Gabungan Pengemas Aseptis Indonesia, sebuah asosiasi industri minuman kemas menyatakan bahwa antara minuman yang mengandung karbon dan yang tidak masing-masing punya penggemar sendiri. "Dan dari waktu ke waktu bisa beralih bolak-balik," tambahnya. Hal itu juga terlihat pada industri minuman kemas lokal yang punya pasaran sendiri, meski ia juga mengakui bahwa mereka sangat sulit dalam pemasaran melawan industri-industri besar. Sumardi, penjaja minuman botolan pinggir jalan yang lain menjual dengan cara minuman tersebut sudah didinginkan, dan siap minum dalam keadaan dingin. Kotak pendinginnya, yang didinginkan dengan es batu, mendapat bantuan dari sebuah produsen minuman lainnya. Sambil berjualan ia juga mempromosikan merek-merek minuman yang membantunya memberi peralatan berdagang. Pembeli pada tempat dagang Mardi adalah orang-orang yang lalu lalang di jalan tempat ia mangkal. Terutama pengemudi taksi yang kehausan. Dari keterangan Mardi, pembeli umumnya memang membeli teh botolan. Teh manis yang dingin itu rasanya memang pas untuk tenggorakan yang haus karena terik matahari yang menyengat. Sebuah agen minuman di kawasan Jakarta Pusat yang termasuk sibuk, setiap hari mobil box-nya mundar-mandir melayani pelanggannya. Sehari ia dapat menjual lebih dari satu bak mobilnya itu, tanpa menyebutkan beberapa keuntungan bersih yang didapatnya. Kedai-kedai minuman serta kantor-kantor adalah pelanggan utamanya. Lain lagi bagi Parlindungan, selain berdagang rokok ia juga melayani para pengecer minuman kemas yang menjualnya pada bus-bus dan kendaraan-kendaraan yang ramai pada lintas Jakarta-Bekasi. Parlindungan memang lebih banyak menjual minuman air mineral yang dikemas dalam plastik, karena minuman itulah yang laku untuk para penumpang bus antar kota yang lewat di depan kios rokoknya. Praktis, tak perlu diminum buru-buru untuk mengembalikan botolnya. Ada satu jenis minuman yang cukup dikenal pada kedai-kedai minuman, yaitu minuman susu soda. Air soda yang mengandungi karbon itu dicampur dengan susu kental manis. Minuman yang menyegarkan sekaligus menyehatkan. Karena kebiasaan itu pulalah maka F&N yang memproduksi air soda lalu mengiklankan "Soda Gembira", yang menyarankan air soda produknya itu diminum bersama susu kental manis. Di Kanada bahkan sedang dikembangkan susu botolan yang mengandung karbon. Idenya mungkin dari kebiasaan orang minum susu dengan air soda tersebut. Campur-mencampur minuman agaknya merupakan suatu usaha untuk menikmati rasa minuman canggih. Dulu sering orang mencampur bir dengan 7-Up, campuran minuman itu disebut orang sandy. Lalu muncul minuman berkadar alkohol rendah, yang diilhami dari campuran minuman tersebut, Green Sands. Sedyana dari PT Multi Bintang itu memang mengakui bahwa keberhasilan Green Sands adalah karena sudah ada kebiasaan tersebut hanya banyak dikenal di bar-bar. Minuman ringan yang biasanya tersedia di bar-bar adalah untuk campuran minuman, meski sesekali toh ada yang meminum dari minuman ringan botolan itu sendiri. Ambil contoh dengan minuman Tonic, ini biasanya untuk dicampur dengan Gin yang menghasilkan minuman Gin Tonic dan banyak dipesan oleh pengunjung bar. Pasar Swalayan juga merupakan outlet minuman ringan yang baik. Apaagi sudah dijual dalam keadaan dingin pada freezer, terutama untuk jenis susu dalam kotak. Minuman yang dikemas dalam botol pun dijual secara khusus di pasar-pasar swalayan ini. Tidak hanya melayani dalam jumlah krat, tetapi sudah disiapkan pada satu tempat cangkingan yang berisi enam botol. Penjualan seperti itu memang merupakan penjualan promosi, terutama pada produk-produk baru. Disamping memberikan pelayanan khusus pada para konsumen pasar swalayan. Hotel-hotel berbintang juga sudah menyiapkan minuman kemas itu untuk para tamunya dalam lemari-lemari pendingin kecil di masing-masing kamar hotel. Sehingga tak perlu lagi memanggil pelayan kamar untuk memesan minuman. Tinggal membayarnya nanti bersama pembayaran sewa kamar. Semua cara tersebut adalah untuk pengadaan dan pelayanan minuman, dimana saja dan kapan saja. *) Dtulis oleh Harso Widodo dan Canisyus Maran. Pariwara dikelola oleh PT Mitra Pustaka Tama. BOKS I Makanan, Minuman, dan Pengaduan DARI catatan yang didapat dari Yayasan Lembaga Konsumen (YLK), sektor produk makanan dan minuman kemas paling banyak diadukan. Tahun 1985 terdapat 2 kasus pengaduan. Tahun sebelumnya malah terdapat 19 pengaduan. Ny. Etty Abdusalam, Pengurus Harian YLK mengatakan bahwa sejak berdirinya YLK 11 Mei 1973, YLK menangani lebih dari 200 kasus tentang makanan dan minuman. Tidak seluruh kasus yang terselesaikan memang. Pengaduan-pengaduan paling banyak didapati dari surat-surat pembaca di beberapa koran. Para pengadu yang datang langsung ke YLK ternyata masih sedikit, padahal identitas pengadu toh dirahasiakan, dan pengaduan juga tak dipungut bayaran. Itu sebabnya Etty juga mengimbau agar konsumen memanfaatkan jasa pengaduan pada YLK. Tanggapan dari berbagai pihak baik produsen dan instansi pemerintah dalam kasus pengaduan konsumen biasanya positif. Tini Hadad, Sekretaris YLK, menjelaskan bahwa bila YLK mengundang pengusaha datang ke kantor YLK untuk melihat sendiri produk yang dikeluhkan konsumen, selalu mereka menggantinya. Tini juga mengakui ada pengaduan yang tidak dapat diselesaikan, itu biasanya terjadi karena konsumen kurang mengerti mengenai produk yang bersangkutan. Atau kurang mengetahui cara penyimpanan dan penggunaannya. Dalam hal makanan dan minuman terutama, YLK tidak tinggal diam menunggu pengaduan yang ada. Tetapi, YLK sendiri sudah berupaya dengan mengadakan penelitian terhadap produk-produk makanan dan minuman kemas yang ada dipasaran. Kegiatan ini memang sesuai dengan fungsinya sebagai pelindung konsumen. Dari hasil penelitian yang diperoleh, maka YLK dapat menginformasikan kepada konsumen, agar para konsumen dapat memilih barang yang baik. Dari 30 contoh sirop yang pernah diteliti oleh YLK, ditemukan 16 contoh yang memakai pemanis buatan, sakarin 9 contoh, siklamat 7 contoh, dan ada 15 contoh yang menggunakan bahan pengawet berlebihan. Karena itu, YLK menyarankan pada para pengusaha minuman ringan agar mengikuti standar penggunaan bahan pengawet. BOKS II Pilih Kemasan Botol, Plastik, atau Kotak? DI BEBERAPA perempatan jalan sudah banyak anak-anak penjaja minuman ringan, terutama teh olahan dengan kemasan kotak, atau air mineral dalam kemasan plastik. Cara yang praktis memang, karena penjual tak perlu menunggu botolnya dikembalikan setelah minuman habis diminum. Tetapi, dengan kemasan kotak atau plastik, konsumen harus membayar lebih untuk kemasan yang kemudian dibuang itu. Tirto Utomo menyarankan untuk membeli Aqua dalam botol kaca bagi para konsumen yang akan menggunakannya di rumah. "Dengan kemasan botol kaca, orang hanya membeli isinya saja, botolnya dikembalikan." katanya. Namun, ia mengakui bahwa untuk pengiriman jarak jauh, Aqua yang dikemas dengan botol plastik jauh lebih ringan, dari pada botol kaca, sehingga biaya kirim pun lebih ringan. Kelemahan kemasan plastik ialah masih dapat ditembus oleh aroma yang tajam bila dalam pengirimannya diletakkan bersamaan dengan barang yang beraroma tajam. Sehingga isinya pun akan tercium aroma barang tersebut. Dan setelah devaluasi tanggal 12 September yang lalu, bahan baku pembuat botol plastik ikut naik, setidaknya 25%. Kejadiannya juga serupa dengan kemasan dari kotak (tetrapak) yang banyak digunakan karena kepraktisannya. Bahan bakunya masih didatangkan dari luar. Namun demikian, dalam situasi pangsa pasar yang belum jenuh, dan industri minuman ringan masih terpusat di Jakarta dan sekitarnya, juga di beberapa kota di Jawa, maka kemasan tetrapak punya banyak kelebihan. Terutama dalam pemasaran yang dapat menjangkau daerah pasar lebih jauh. Untuk jenis fruit juice kemasan tetrapak lebih menguntungkan. Karena dengan pembotolan akan mempercepat kerusakan, selain menyulitkan pengangkutan. Jangkauan distribusi hanya memungkinkan untuk jarak pendek (kurang lebih 100 km). Dengan kemasan tetrapak atau botol plastik yang dalam istilah kemasannya merupakan kemasan one way, tak perlu dikembalikan kemasannya, pemasarannya dapat meliput seluruh nusantara, dengan biaya yang lebih murah. PT Ultra Jaya bahkan sudah mengekspor beberapa jenis fruit juicenya dengan nama dagang Buavita itu ke Eropa dalam kemasan tetrapak. Sebagian lagi, beberapa minuman ringan juga dikemas dalam kaleng. Ini semua dilakukan memang demi kepraktisan. Namun, yang patut diingat sekali lagi ialah, konsumen diharuskan membayar lebih untuk kemasan yang kemudian dibuang itu. Kemasan dari botol kaca memang menguntungkan. Keuntungan lain dari botol kaca ialah kemasan tersebut dapat didaurulang bila botol-botol kaca itu rusak. Di tempat-tempat minum yang representatif, minuman dalam botol kaca tampak lebih enak dipandang.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini