Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
INFO NASIONAL - Menindaklanjuti gigihnya Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Taman Kanak-Kanak dan Pendidikan Luar Biasa (PPPPTK TK dan PLB) dalam menjajaki pendidikan inklusi di Indonesia, maka Pemerintah Australia melalui Associate Prof. David Evans dari Sydney Univeristy melakukan kerja sama serius G to G dalam bentuk pemberian beasiswa untuk 15 orang PTK di Indonesia. Tujuan kerja sama ini adalah untuk mempelajari lebih dalam tentang inklusi di Australia, tepatnya di Sydney University.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
PPPPTK TK dan PLB ditunjuk untuk melakukan penyeleksian terhadap 14 orang yang berhak untuk mendapatkan beasiswa bergengsi ini ditambah 1 orang peserta dari hasil seleksi internal Sydney University. Sebanyak empat orang pegawai PPPPTK TK dan PLB, 8 orang guru dan Kepala Sekolah TK, 2 orang guru SLB, serta 1 orang dosen UNY berhasil terjaring dan diberikan kesempatan untuk mengkaji dan belajar langsung dari para pakar inklusi di Australia dalam bentuk Short Course “Achieving Education for all Through Indonesian-Australian Collaborations”.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Lima belas orang yang tergabung dalam skema Australian Awards Fellowship ini mendapat biaya penuh (fully funded) dari pemerintah Australia baik dari biaya course akomodasi, transportasi pulang pergi, dan biaya hidup (living cost), selama tiga minggu belajar di Australia. Selama 3 minggu ini pula bergantian para pakar inklusi memberikan pengetahuan dan wawasan baik dari segi teori, kebijakan, sampai ke praktek setting kelas inklusi yang dijalankan di Australia.
Manfaat Menerapkan Pendidikan Inklusi di TK
Menurut salah seorang pakar inklusi di Sydney University, Dr Amanda Niland, menerima Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) di sekolah TK mempunyai keuntungan tersendiri. Setidaknya ada 4 manfaat menerapkan pendidikan inklusi di TK, yaitu pertama, semua anak akan belajar keterampilan bahasa, sosial, bermain dan beripikir dari interaksi antar siswa. Kedua, bagi anak reguler, mereka belajar untuk bersikap empati dan memahami perbedaan. Ketiga, anak-anak merasakan perasaan saling memiliki yang lebih kuat. Dan keempat, anak-anak bisa menunjukkan cara bagi orang dewasa.
Masih menurut Dr Amanda, dalam setting kelas TK, hal pokok yang menjadi perhatian dalam kelas inklusi adalah menghilangkan kesenjangan, sehingga semua anak bisa berpartisipasi dalam setiap aktifitas kelas dan merasa diterima dan dihargai. “Kita tidak ingin sesumbar menjadi sekolah inklusi namun dalam praktek pembelajaran di kelasnya ABK hanya menjadi penonton proses KBM atau bisa jadi menyendiri di pojokan tanpa ada yang peduli,” kata Amanda.
Tantangan Penerapan Inklusi di TK
Dr Lani Florian, dosen tamu dari The University of Edinburgh, London, menekankan bahwa kunci utama dalam penerapan inklusi adalah tentang kolaborasi dari semua pihak yang terkait, mulai dari guru, kepala sekolah, staf sekolah, siswa, orang tua, pemerintah, dan masyarakat. Apabila salah satu saja ada pihak yang tidak turut serta mendukung penerapan inklusi, maka akan sangat mungkin penerapan inklusi tersebut tidak berjalan sesuai yang diharapkan.
Pada sisi lain, hampir semua pembicara pelatihan menekankan bahwa tantangan utama dalam pendidikan baik di Australia maupun di belahan dunia lainnya adalah pola pikir guru (teachers’ mind-sets). Pola pikir guru nyaris menyita sebagian besar kegagalan penerapan inklusi, termasuk juga di Indonesia. Apabila datang ABK yang mau bergabung dalam kelas yang akan diajar, maka sebagian besar guru akan langsung membayangkan akan betapa repotnya mereka di hari-hari ke depan. Sehingga yang mereka lakukan adalah menolak ABK tersebut.
Tentu pola pikir ini terjadi bukan tanpa alasan. Merasa tidak mempunyai kompetensi yang mumpuni untuk mengurus kelas yang ada ABK nya adalah alasan utama. Para guru justru akan merasa kebingungan bila kemudian mereka menerima ABK tapi tidak tahu harus berbuat apa terhadap mereka.
Selain itu faktor kepemimpinan dalam lingkup sekolah juga sangat mempengaruhi kesukseskan penerapan inklusi. Berkaca dari salah satu sekolah yang dikunjungi yaitu Mater Dei Primary School di Wagga Wagga, London, bagaimana seorang kepala sekolah sukses menerapkan pendidikan inklusi di sekolahnya. Banyak program yang mereka lakukan seperti adanya support centre untuk guru yang mempunyai anak ABK di sekolahnya, guru pendamping, bantuan sesama teman, membangun komunitas guru dan orangtua, program kelas khusus untuk ABK yang membutuhkan perhatian khusus dan banyak program lainnya terbukti sukses membuat sekolah Mater Dei Wagga Wagga sebagai sekolah terbaik dalam penerapan inklusi.
Lalu bagaimana tantangan pendidikan inklusi di TK di Indonesia? Masih banyak PR yang harus dilaksanakan. Tetapi setidaknya melalui short course yang dilaksanakan pada akhir 2017 dan kemudian ditindaklanjuti dengan monitoring pada tahun 2018 ini oleh Prof. David Evans ke semua peserta diklat yang tersebar di Bogor, Cirebon, Medan, Lampung, Bengkulu, Bandung, Malang, Luwu, Jayapura, Yogyakarta, dan Banjarbaru, dapat mendukung terwujudnya kesuksesan pendidikan inklusi di Indonesia. (*)