SUATU siang di Ibukota. Di sebuah hotel berbintang lima tampak orang-orang berdatangan. Mereka bergegas masuk ke ballroom, tanpa menghiraukan langit yang mendung pekat. Agaknya, ada acara istimewa di sana. Kursi-kursi dalam ruang mewah itu sudah terisi penuh. Tapi, para undangan -- yang kebanyakan eksekutif berdasi -- masih terus mengalir. Bahkan, mereka rela berdiri memandang ke podium. Yang punya acara, tak lain ialah PT Mulia Industrindo. Anak perusahaan Mulia Group yang bergerak di bidang industri kaca lembaran, kemasan botol dan gelas, keramik, serta pemasaran gedung-gedung perkantoran ini ternyata sedang mengadakan public expose. Pantaslah kalau acara tersebut memancing minat masyarakat. Sebab, jika dilihat dari pertumbuhan pendapatan usaha, tampaknya PT Mulia Industrindo punya prospek yang sangat cerah. Lihat saja penjualan dan laba bersih yang diperoleh pada tahun lalu. Masing-masing mencapai Rp 32,930 milyar dan Rp 2,650 milyar. Dalam 8 bulan pertama tahun ini, jumlah tersebut meningkat pesat. Penjualannya menjadi Rp 93,884 milyar dan laba bersih Rp 5,207 milyar. Untuk keseluruhan tahun 1993 diperkirakan penjualan akan mencapai Rp 158 milyar dan laba bersih Rp 11 milyar. Suatu keberhasilan yang patut dibanggakan. Tentu saja, sukses yang diraih itu tak lepas dari kehandalan manajemennya. Dan kalau bicara soal manajemen, pasti kita akan menengok ke induk perusahaan, yakni Mulia Group. MERAIH SUKSES DI BISNIS PROPERTI Nama Mulia sendiri sudah tak asing lagi dalam dunia properti. Lihat saja gedung-gedung megah di bilangan segitiga emas Jakarta, seperti Mulia Tower, Gedung BRI II, Mulia Center, Kuningan Plaza, Five Pillars Office Park, Lippolife Building, Plaza 89 (Sampoerna Plaza), dan BRI Tower di Surabaya. Padahal, awalnya Mulia Group tak sengaja terjun ke bisnis properti. Sekitar 1970-an, setelah sekian lama menekuni perdagangan, khususnya ekspor hasil bumi, tiga bersaudara: Eka Tjandranegara, Joko Soegiarto Tjandra, dan Gunawan Tjandra masuk ke bidang konstruksi. Mereka mendirikan PT Bersama Mulia yang bergerak di bidang Construction Management (CM). Bidang usaha ini sering disebut "jantung bisnis konstruksi". Setelah menguasai seluk-beluk dunia kontraktor, Eka bersaudara melangkah masuk bisnis properti. Bersamaan dengan itu, nama Mulia yang semula dipakai untuk kepentingan intern semakin sering digunakan. Akhirnya, secara kebetulan juga terbentuklah nama Mulia Group. Hingga saat ini, Mulia Group bisa dikatakan sebagai pemilik dan pengelola gedung perkantoran (commercial building) swasta terbesar di Indonesia. Kelompok usaha ini menguasai 400.000 meter persegi lantai persewaan gedung perkantoran. Jumlah tersebut mencakup 25% dari total luas lantai perkantoran yang ada di Indonesia (1.600.000 meter persegi). Dengan bentuk bangunan yang megah ditambah interior gedung yang mewah, tak heran jika gedung-gedung milik Mulia Group masuk dalam kategori gedung perkantoran kelas satu. Lantai granit yang biasanya menghiasi hotel berbintang, menjadi standar bagi lantai gedung-gedung milik Mulia Group. Untuk menjamin kenyamanan para penyewa, gedung-gedung milik Mulia Group dilengkapi berbagai fasilitas. Misalnya, sistem keamanan yang canggih. Di samping itu, Mulia Group juga mengelola sendiri segala maintenance gedung-gedungnya. Adanya hubungan langsung antara penyewa dan pengelola gedung memudahkan pengelola untuk memenuhi berbagai kebutuhan penyewa. Misalnya, sebuah perusahaan minyak yang menginginkan fasilitas komunikasi yang memadai, sehingga bisa berhubungan dengan sumur-sumur minyaknya yang umumnya ada di daerah terpencil. Mulia Group sanggup memenuhi kebutuhan khusus itu. Ini menjadi nilai lebih bagi Mulia Group. Awal tahun depan, Mulia Group akan mengembangkan usahanya di bidang properti dengan mendirikan apartemen di bilangan Slipi, Jakarta Barat. Taman Anggrek Condominium nantinya akan menjadi "apartemen terpadu", di mana segala sarana tersedia dalam satu kompleks. Tambahan lagi, apartemen kreasi Mulia Group ini akan menggunakan prinsip efisiensi ruang. Sehingga, dalam apartemen seluas 88 m2 bisa diperoleh dua kamar tidur. "Kami telah membuktikan kemampuan kami di bidang properti. Dan kini kami akan menerapkannya juga pada apartemen yang kami buat," kata Joko S. Tjandra. "Kami ini pelayan yang berdasi," ujar Eka Tjandranegara. Ucapan Eka agaknya tak berlebihan. Produk berkualitas dan pelayanan prima memang menjadi ciri khas Mulia Group. Bahkan ketika kelompok usaha ini mulai merambah ke bisnis lain, kedua prinsip itu tetap dipegang. Apartemen yang ditujukan untuk kalangan menengah ke atas ini kelihatannya akan menjadi sesuatu yang dinanti-nantikan masyarakat luas. Di tangan Mulia Group, bisa dipastikan kualitas dan pelayanan tentu terjamin. MERAMBAH INDUSTRI KACA, BOTOL, DAN KERAMIK Setelah enam tahun bergelut dalam pemasaran gedung-gedung perkantoran milik Mulia Group, PT Mulia Industrindo -- dengan susunan Dewan Komisaris: Joko S. Tjandra (Komisaris Utama), Haryanto Thamrin, dan Tjahja Sathiadi (Komisaris). Serta susunan Dewan Direksi: Eka Tjandranegara (Direktur Utama), Tony Surjanto, Hendra Heryadi, dan RD. Pryambodo (Direktur) -- melanjutkan ekspansinya ke sektor industri. Melalui pengamatan kebutuhan pasar di dalam dan luar negeri, perusahaan ini memutuskan untuk mengembangkan industri kaca, botol, dan keramik. Berlokasi di kompleks industri terpadu Mulia Group seluas 100 hektar di Cikarang, Bekasi dibangun ketiga pabrik industri itu. Sebenarnya, industri serupa bukan hal baru buat Mulia Group. Sebab, sejak 1972 Mulia Group sudah menekuni bisnis tersebut lewat PT First National Glassware Ltd. Perusahaan milik Tjandra Kusuma -- ayah Eka bersaudara -- ini merupakan salah satu produsen gelas yang pertama di Indonesia dan hingga kini masih bertahan sebagai salah satu produsen utama. Pada 6 Oktober 1989 didirikanlah PT Muliaglass yang memiliki dua divisi. Divisi pertama memproduksi kaca lembaran (float glass) dengan kapasitas 500 ton per hari. Kaca lembaran produksi PT Muliaglass masih berbentuk bahan baku. Setelah diproses lebih lanjut di industri hilir, kaca tersebut bisa dipakai antara lain sebagai kaca mobil, kaca gedung perkantoran, cermin, dan lainnya. Divisi lain di PT Muliaglasss ialah divisi container yang memproduksi botol-botol untuk sirup, saos, bir, soft drink, jar, dan gelas untuk kepentingan promosi perusahaan dengan kapasitas produksi 150 ton per hari. Bekal pengalaman yang diperoleh lewat bisnis properti telah pula menghantar Mulia Group ke industri keramik. Maka, pada awal 1990 didirikan PT Mulia Keramik Indahraya (MKI). Saat ini, kapasitas produksinya 23.000 m3 per hari. Meski sebagai pendatang baru dalam industri keramik, MKI memiliki peralatan yang canggih. Antara lain, mesin pres bertekanan 2.500 ton dan spray dryer (mesin pengering adonan keramik cair) terbesar di Indonesia. Dengan mesin tersebut, MKI menghasilkan keramik lantai dengan tingkat kekerasan bodi lebih baik. Di samping melayani kebutuhan pasar dalam negeri, hingga saat ini sekitar 50% produksi kaca lembaran telah diekspor ke lebih dari 20 negara di dunia. Sedangkan untuk keramik lantai, sekitar 20% produksinya sudah merambah ke 12 negara. Pertumbuhan ekonomi yang relatif tinggi di Indonesia cukup menjanjikan buat industri kaca dan keramik. Namun, bukan berarti tak ada kendala dalam menjalankan bisnis tersebut. "Yang sulit bagi kami ialah melatih tenaga kerja terampil seperti para operator mesin dan teknisi," ujar Hendra Heryadi, salah seorang Direktur PT Mulia Industrindo. MELANGKAH MANTAP MENYONGSONG MASA MENDATANG PT Mulia Industrindo kini memiliki sekitar 3.000 karyawan. Pembinaan dan pelatihan karyawan secara kontinyu dilaksanakan perusahaan, sehingga diperoleh tenaga-tenaga ahli yang berdedikasi tinggi. Selain didukung oleh sumber daya manusia yang kompeten, keberhasilan PT Mulia Industrindo tak lepas dari teknologi mutakhir. Mesin-mesin canggih dipakai guna menanggapi kebutuhan pasar. Sehingga, dapat diperoleh produk-produk bermutu yang mampu bersaing di pasar domestik dan internasional. Kunci keberhasilan lain dari perusahaan ini ialah ketangguhan strategi pemasarannya. Misalnya, dalam memasarkan keramik lantai dan kaca lembaran. Jauh-jauh hari sebelum melempar produk ke pasaran, PT Mulia Industrindo sudah membangun jaringan internasional dengan mendirikan kantor pemasaran di Hongkong dan Amerika Serikat. Maka, begitu produk siap dipasarkan, jaringan pemasaran sudah terbentuk. Meski telah meraih sukses di bidangnya, PT Mulia Industrindo merasa di hadapannya masih terbentang luas berbagai kemungkinan untuk pengembangan usahanya. Antara lain dengan memproduksi keramik dinding (wall tile) dan glass block, membeli peralatan tambahan sehingga dapat menambah kapasitas dan kualitas produksi keramik lantai. Sejalan dengan rencana tersebut, di samping juga untuk menambah modal perusahaan, PT Mulia Industrindo menawarkan sahamnya kepada masyarakat melalui Pasar Modal. Menurut rencana, perusahaan ini akan menjual 25 juta lembar saham. Jumlah tersebut merupakan 20% dari seluruh modal saham disetor yang jumlahnya akan mencapai 125 juta saham. "Berkembang melalui kualitas dan pelayanan" begitulah semboyan perusahaan. Dengan berpegang pada semboyan itu, PT Mulia Industrindo bergerak maju, memenuhi kebutuhan masyarakat akan produk-produk bermutu, menyongsong masa mendatang nan cerah.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini