Meskipun TEMPO tak menyebut nama medianya ketika menulis Syahnaz Haque (TEMPO, 20 November, Pokok & Tokoh), yang dimaksud tak lain majalah Popular. Sebab, majalah inilah yang memuat foto-foto Syahnaz dalam pakaian renang dalam edisi Agustus 1993. Mungkin adalah gaya TEMPO untuk berimprovisasi dan bermain- main bahasa. Tapi istilah ''seram'' yang digunakan untuk menyebut foto-foto Syahnaz (sebagai model) dalam pakaian renang jelas bernada menghukum bahwa foto itu sangat berbahaya, atau menakutkan. Dan, secara langsung atau tidak, memberi citra buruk pada model dan media yang memuatnya. Perlu diketahui, Popular memuat swim-wear atau swim-suit sebagai rubrik mode busana sport, sebagaimana majalah lain menampilkan pakaian malam, pakaian kerja, pakaian hamil, dan sebagainya. Karena itu, foto-foto yang ditampilkan tetap dalam konteksnya, yaitu wilayah pantai atau kolam renang, sesuai dengan fungsinya. Persoalannya, memang ada pro dan kontra tentang mode baju renang yang umumnya ketat dan lebih terbuka itu meskipun, di sisi lain, sangat banyak mode yang tak ada kaitannya dengan ''keterbukaan'' malah dengan sengaja mempertontonkan bagian- bagian tubuh sensual. Belum lagi, begitu banyak adegan yang lebih ''wah'' di televisi dan iklan film, ternyata, dianggap biasa. Maka, kalau benar Syahnaz tidak terpilih sebagai juara None Jakarta 1993 karena penampilannya di Popular, kami harus minta maaf kepada Syahnaz. Sungguh sayang, mengingat ia adalah seorang model sejati yang profesional, cantik, dan cerdas.MUJIMANTO A.S.Ketua Sidang Redaksi Majalah Popular Jakarta
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini