Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
INFO TEMPO - Hari Gizi Nasional yang diperingati setiap 25 Januari merupakan momentum tepat untuk meningkatkan kesadaran tentang pentingnya gizi dalam mencegah stunting. Kondisi stunting di Indonesia masih menjadi perhatian utama. Pemerintah membentuk Tim Percepatan Penurunan Stunting untuk mendukung pelaksanaan Strategi Nasional Percepatan Penurunan Stunting yang berada di bawah koordinasi Kedeputian Bidang Dukungan Kebijakan Pembangunan Manusia, Sekretariat Wakil Presiden (Setwapres) Republik Indonesia.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Survei Kesehatan Indonesia (SKI) menunjukkan prevalensi stunting nasional pada 2023 sebesar 21,5 persen. Adapun Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) 2022 menyebutkan prevalensi stunting di Indonesia sebesar 21,6 persen. Angka stunting memang turun dari tahun-tahun sebelumnya, yakni 24,4 persen pada 2021 dan 27,7 persen pada 2019. Namun demikian, Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) menetapkan prevalensi stunting di suatu negara harus kurang dari 20 persen.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Deputi Bidang Dukungan Kebijakan Peningkatan Kesejahteraan dan Pembangunan Sumber Daya Manusia Sekretariat Wakil Presiden RI, Dadan Wildan megatakan, percepatan pencegahan dan penurunan stunting adalah salah satu upaya mendukung Visi Misi Pemerintahan Prabowo Subianto - Gibran Rakabuming Raka, yakni Asta Cita, khususnya nomor empat. Asta Cita keempat berbunyi, "memperkuat pembangunan sumber daya manusia (SDM), sains, teknologi, pendidikan, kesehatan, prestasi olahraga, kesetaraan gender, serta penguatan peran perempuan, pemuda, dan penyandang disabilitas".
"Dalam Strategi Nasional Percepatan Pencegahan dan Penurunan Stunting 2025–2029 atau Stranas P3S 2025-2029, penekanan intervensi stunting pada upaya pencegahan," kata Dadan saat menjadi pembicara kunci dalam acara End-of Project Expose Program Pendampingan Teknis dan Advokasi untuk Percepatan Penurunan Stunting yang dilaksanakan oleh Tanoto Foundation dan dimuat di laman Stunting, Kementerian Sekretariat Negara RI, Sekretariat Wakil Presiden. "Hasil evaluasi menunjukkan terjadi disorientasi intervensi di lapangan, yakni intervensi lebih fokus pada anak yang sudah stunting, bukan pada upaya pencegahan terjadinya stunting baru. Padahal intervensi terhadap anak yang sudah stunting sangat terlambat, karena stunting bersifat irreversible."
Dalam mendorong pencegahan stunting, terutama di level keluarga, maka perlu menyebarkan informasi tentang gizi kepada perempuan atau para ibu di Indonesia. Upaya menekan angka stunting tentu bukan hanya tugas pemerintah pusat, namun semua pemangku kepentingan, baik pemerintah daerah, lembaga sosial, masyarakat, dan pihak swasta.
Sejak 2021, Sekretariat Wakil Presiden telah bermitra dengan Tanoto Foundation dan Yayasan Cipta melakukan pendampingan konvergensi dan komunikasi perubahan perilaku atau intervensi penanganan stunting di 7 kabupaten, yaitu Pandeglang, Garut, Rokan Hulu, Pasaman Barat, Kutai Kartanegara, Lombok Barat, dan Lombok Utara. Pendampingan ini diharapkan menjadi pembelajaran bagi daerah lainnya dalam upaya percepatan pencegahan stunting melalui strategi komunikasi perubahan perilaku.
Sektor swasta seperti Unilever Indonesia pun juga tidak tinggal diam, sejak lama mereka sudah turut mengedukasi masyarakat tentang pentingnya gizi seimbang, hal ini tentu sejalan dengan kampanye yang juga sedang digaungkan pemerintah.
Sejak tahun 2019, Unilever Indonesia melalui merek Royco menjalin kemitraan dengan BKKBN dalam mengedukasi pola makan sehat dan gizi seimbang melalui program Royco Nutrimenu. Program ini bertujuan menginspirasi keluarga Indonesia agar mengadopsi pola makan sehat dan bergizi. Program Nutrimenu telah menjangkau 17 ribu rumah tangga serta menginspirasi 18 juta ibu untuk menyajikan makanan seimbang dan bernutrisi.
Kementerian Kesehatan melalui pedoman Isi Piringku yang menjadi pedoman dari juga gencar menyebarluaskan konsumsi makanan yang sesuai dengan pedoman gizi seimbang. Komposisi Isi Piringku adalah 50 persen atau setengah piring berisi sayur dan buah dengan rincian, 35 persen sayuran dan 15 persen buah-buahan. Seperempat isi piring atau 25 persen karbohidrat, seperempat piring atau 25 persen sisanya adalah protein, baik protein nabati maupun protein hewani. Disarankan minum air putih 8 gelas per hari untuk menjaga hidrasi tubuh dan menghindari minuman manis atau bersoda.
Kementerian Kesehatan juga mengingatkan tentang batasan mengkonsumsi garam, gula, dan lemak. Gula maksimal 4 sendok makan per hari, garam maksimal 1 sendok teh per hari, dan lemak maksimal 5 sendok makan minyak per hari. Tak hanya memenuhi kebutuhan nutrisi, pola makan sehat serta asupan gizi yang seimbang mampu mencegah stunting di Indonesia.
Kolaborasi antara pemerintah dengan pihak swasta dan masyarakat menjadi kunci keberhasilan dalam mengantisipasi munculnya kasus stunting.
Dalam edukasi tentang nutrisi, perlu pengetahuan mengenai gizi spesifik atau informasi kebutuhan nutrisi tertentu yang esensial bagi kesehatan tubuh. Misalkan informasi tentang makronutrien; mikronutrien; informasi gizi untuk kelompok tertentu, seperti lansia, balita, dan kebutuhan khusus lainnya; hingga pengetahuan membaca dan memahami label informasi nilai gizi dalam suatu produk. (*)