Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
INFO NASIONAL - Kampung adat Homfolo merupakan salah satu dari lima kampung yang termasuk dalam Wilayah administratif Distrik Ebungfauw, Kabupaten Jayapura. Kampung Adat Homfolo terletak di sebelah barat ibukota Distrik Ebungfauw, dengan batas wilayah di sebelah utara berbatasan dengan kampung Yoboi, sebelah selatan berbatasan dengan Kampung Skori Distrik Kemtuk, sebelah barat berbatasan dengan Kampung Babrongko, sebelah timur berbatasan dengan Kampung Kameyaka.
Kampung adat Homfolo terletak di bagian selatan Kota Sentani. Ke Sentani berjarak sekitar 10 kilometer, yang dapat dicapai dengan mengunakan speed boat dari dermaga Yahim. Kampung adat ini juga bisa dikunjungi melalui jalan darat Lingkar Danau Sentani.
Di kampung ini ada dua RW dan empat RT. Luas wilayah keseluruhan mencapai 214 hektare, terdiri dari daratan 202 hektare dan perairan danau 12 hektare. Di sini terdapat tiga gereja, yaitu Kemah Injil, GPDI, dan Advent. Khusus untuk penganut GKI, warga beribadah di kampung Baborongko yang jaraknya sekitar 300 meter saja.
Homfolo, dalam bahasa Sentani, adalah Bhoungai Aninai. Asal-usul masyarakat yang berdomisili di Kampung Adat Homfolo berasal dari Pulau Ajau bersama koloninya, yaitu Kampung Ifale, Kampung Hobong, dan Kampung Ifar Besar. Wilayah ini dipimpin oleh seorang Ondofolo bernama Hokhondo (Ondofolo pertama) sekitar tahun 1700-an.
Ondofolo Rokhoro Kampung Homfolo, Anderson Tokoro, mengatakan di kampung-kampung sudah sejak dahulu dikenal tradisi kerja sama dari sisi adat istiadat dan hubungan kerja. “Ada perserikatan dalam tatanan adat kami yang dikenal dengan istilah "Heasay",” kata dia akhir pekan lalu.
Dalam perserikatan Heasay ini, beberapa kampung secara turun temurun telah diikat menjadi satu untuk melakukan sesuatu. “Contohnya, dalam persiapan KMAN tahun ini, apabila ada kegiatan kerja yang besar, yang perlu melibatkan orang banyak dalam waktu singkat, maka kami akan manfaatkan kapasitas budaya perserikatan untuk menyelesaikannya,” ujarnya.
“Tradisi ini merupakan tradisi kuno, tapi dalam kehidupan sekarang sangat memberikan nilai tambah untuk mendorong pembangunan,” tuturnya. (*)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini