Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
INFO NASIONAL - Kepala Sekolah SMK Inne Dongwha, Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur, memiliki janji bahwa setiap siswa yang memenangkan kompetisi eSports tingkat nasional akan disambut bak pahlawan, dengan upacara penghormatan dan pengalungan bunga.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Guru maupun siswa yang menang lomba tingkat nasional nanti akan diupacarakan dan dikalungkan bunga, sama seperti anak murid yang menang olimpiade matematika atau fisika,” tutur guru olahraga Aspim Supriyadi menirukan janji sang kepala sekolah.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kini janji itu kian mendekati kenyataan. Tim e-sports SMK Inne Dongwha telah masuk babak Grand Final Garena Youth Championship (GYC) di Jakarta. Buah manis dari perjuangan keras yang dihadapi Aspim dalam meyakinkan semua pihak di sekolah bahwa game, termasuk Free Fire, bisa menjadi wadah pengembangan potensi siswa.
“Awalnya banyak yang ragu. Game itu dianggap negatif, banyak toxic-nya,” kenang Aspim di sela babak final, Jumat, 29 November 2024. “Tapi saya jelaskan, kalau diarahkan dengan benar, ini bisa menjadi peluang besar. Nilai seperti kerja sama tim, sportivitas, dan kepemimpinan ada di sini.”
Game online, Aspim melanjutkan, juga mengandung nilai dan prinsip yang dijunjung tinggi. Yakni kerja sama tim, sportivitas, semangat kompetitif dan kepemimpinan kala ada satu murid yang memimpin sebuah tim dalam pertandingan. “Kalau lihat anak-anak yang main game secara logika pasti lebih baik,” ucap Aspim.
Selama empat tahun terakhir, Aspim perlahan mengubah cara pandang sekolah terhadap dunia e-sports. Ia mengajukan ide unik, memasukkan game sebagai cabang olahraga di class meeting sekolah. Usul itu awalnya mendapat tentangan. Namun, setelah berdiskusi panjang dengan kepala sekolah, ide ini akhirnya diterima. “Anak-anak mulai senang. Mereka merasa didukung, bukan dilarang,” ujar pria 33 tahun itu.
Puncaknya, ketika empat siswa binaannya berhasil lolos ke babak final GYC di Jakarta, yang dianggap sebagai olimpiade bagi para pemain Free Fire. Dukungan penuh dari sekolah mulai terasa, dan kepala sekolah menegaskan bahwa juara di jalur e-sports akan diperlakukan sama seperti pemenang kompetisi akademik. “Ini pembuktian. Kalau menang, sama seperti olimpiade matematika atau fisika. Mereka akan diupacarakan,” tutur Aspim.
Melalui Free Fire, sekolah ini membuktikan bahwa teknologi dan e-sports tak sekadar hiburan, tapi juga arena pendidikan baru. Dan jika tim Aspim berhasil membawa pulang kemenangan, janji kepala sekolah itu akan menjadi momen bersejarah, mengukuhkan posisi e-sports setara dengan prestasi olimpiade akademis lainnya. (*)