Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kerukunan Umat Beragama di Festival Danau Senyabang

Setiap dua tahun sekali di Danau Senyabang digelar pesta tangkap ikan yang diikuti ratusan warga lintas etnis dan agama.

17 Desember 2022 | 15.35 WIB

Kerukunan Umat Beragama di Festival Danau Senyabang
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

INFO NASIONAL - Di Kecamatan Balai, Kabupaten Sanggau terdapat Danau Senyabang. Deni, tokoh masyarakat setempat menuturkan, bendungan ini sebenarnya adalah telaga alam kecil yang diperluas oleh warga secara bergotong royong sekitar pada tahun 1979.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pada tahun 1983 TNI bersama warga kembali memperbesar bendungan ini. Berbagai ikan lokal seperti gabus, toman, sepat, betok dan lainnya hidup di sini. Warga dilarang menangkap ikan di dengan setrum maupun racun. Aktivas memancing juga dibatasi. "Mereka yang ketahuan melanggar dihukum adat. Sehingga ikan-ikan tersebut selalu tersedia,” kata dia.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Setiap dua tahun sekali di Danau Senyabang digelar pesta tangkap ikan yang diikuti ratusan warga lintas etnis dan agama. Pada kegiatan itu, bendungan dikeringkan lalu digelar festival menangkap ikan.

Untuk diketahui, masyarakat di Kabupaten Sanggau umumnya terdiri dari tiga etnis besar yakni Dayak, Melayu, dan Tionghoa. Namun, bila pesta tangkap ikan berlangsung, semua etnis itu turun bersama ke danau.

Ratusan warga dari anak-anak hingga dewasa bercampur baur turun untuk menangkap ikan dengan tangguk. Mereka saling bercengkerama sambil bermandikan lumpur. "Bukan hasil ikannya yang penting, tetapi kebersaman dalam perbedaannya," ucap Deni.

Sebagian besar warga Desa Senyabang adalah Dayak dan beragama Katolik dan Protestan. Namun tak jauh dari Danau Senyabang berdiri kokoh Masjid Al Muhajirin. Masyarakat Melayu, Orang Dayak yang masuk Islam, dan suku lain beribadah di sana.

Menurut Ketua LPCR Muhammadiyah Kalbar, Rikza Thamrin , yang pernah berkunjung kesana, antusiasme jemaah begitu besar kendati berada di daerah perkampungan yang mayoritas berpenduduk nonmuslim.

“Tampak besar harapan akan kemajuan Islam di Desa Senyabang, meskipun realitasnya mereka hidup berdampingan dengan warga nonmuslim yang mendominasi di desa tersebut," ucap dia.

Sebagai muslim, mereka tetap semangat untuk meninggikan kalimatullah di hadapan masyarakat dengan cara yang elegan, santun, toleran, dan tidak berbenturan dengan umat nonmuslim. (*)

Prodik Digital

Prodik Digital

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus