Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Memanen Angin dan Arus Laut di Orkney

Orkney merupakan wilayah seluas 990 kilometer persegi yang terletak di utara Skotlandia.

1 Maret 2021 | 11.50 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Memanfaatkan sumber daya energi terbarukan (renewable energy) sejak tujuh dekade silam, pada sekitar 1950-an, masyarakat Kepulauan Orkney menjadi pelopor penggunaan energi bersih dan ramah lingkungan di dunia. Saat ini, kepulauan di lepas pantai timur laut Skotlandia tersebut sudah bebas dari ketergantungan terhadap energi fosil penghasil karbon, karena sudah berpindah ke energi yang lebih sehat dan bersih. Energi terbarukan yang ramah lingkungan atau energi bersih ini dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan pasokan listrik secara mandiri untuk masyarakat setempat. Sumber energinya berasal dari angin serta arus pasang dan surut air laut. Belakangan, kepulauan ini menjadi pusat pengembangan energi terbarukan di Inggris. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Orkney merupakan wilayah seluas 990 kilometer persegi yang terletak di utara Skotlandia. Kawasan ini terdiri dari tujuh puluh pulau, tapi hanya dua puluh yang berpenghuni. Karena letaknya yang menghadap ke Laut Utara dan Samudera Atlantik, Kepulauan Orkney memiliki pasokan energi angin dan arus pasang dan surut air laut yang melimpah. Potensi inilah yang kemudian dimanfaatkan secara maksimal oleh masyarakat setempat untuk memproduksi energi terbarukan. Mereka mengandalkan komunitas masyarakat untuk membangun dan mengembangkan energi terbarukan dari angin dan arus pasang dan surut air laut.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Masyarakat Kepulauan Orkney yang pertama menerapkan dan memiliki konsep community turbin ownership. Sejak tahun 2003, Kepulauan Orkney juga telah menjadi pangkalan The European Marine Energy Center, yaitu pusat pengujian, penelitian, dan pengembangan tenaga arus dan pasang surut air laut. 

Bukan hanya untuk kebutuhan masyarakat di kepulauan tersebut, listrik yang dipanen dari pemanfaatan angin dan arus pasang dan surut air laut ini juga dijual kepada perusahaan energi untuk disalurkan ke dataran Skotlandia. Energi listrik dari Kepulauan Orkney juga disalurkan hingga ke Inggris Raya. “Berkat energi tersebut, Orkney akhirnya memiliki jaringan listrik. Produksi listrik juga untuk memasok kebutuhan energi bersih di seluruh penjuru Skotlandia hingga Inggris Raya,” ujar Ian Johnstone, Direktur Bisnis dan Pengembangan Energi Berkelanjutan AQUATERA. Perusahaan ini bermarkas di Orkney dan merupakan pemrakarsa energi terbarukan.

Sumber energi turbin angin dan arus pasang dan surut air laut juga dikonversi menjadi hidrogen. Tidak seperti bensin atau diesel, hidrogen tidak menghasilkan produk sampingan yang berbahaya. Karena terbuat dari air dan uap panas, hidrogen yang diproduksi ini carbon neutral, alias ramah lingkungan. Satu-satunya emisi yang dihasilkan adalah air murni. 

Bahan bakar hidrogen tidak menghasilkan polusi udara dan emisi gas rumah kaca, seperti karbon dioksida, yang berkontribusi terhadap pemanasan global. Dengan kata lain, hidrogen merupakan energi bersih. Sejak 2016 lalu, masyarakat Kepulauan Orkney memulai ekonomi berbasis hidrogen. Saat ini, Kepulauan Orkney tengah mengembangkan proyek pusat penelitian tenaga hidrogen, mobil bertenaga hidrogen, kapal feri bertenaga hidrogen, dan pesawat terbang bertenaga hidrogen. 

Pada tahun ini, masyarakat di sana menargetkan pengoperasian moda transportasi feri berbahan bakar hidrogen pertama di dunia. Kelebihan dari hidrogen adalah energi ini bisa disimpan dan diangkut dengan murah dan mudah. Memproduksi hidrogen sesungguhnya terbilang sulit dan rumit, namun bagi masyarakat Kepulauan Orkney, melalui energi terbarukan berbasis angin serta arus pasang dan surut air laut, bahan bakar energi bersih ini bisa dengan mudah dihasilkan. 

Salah satu kunci keberhasilan penerapan energi terbarukan Kepulauan Orkney adalah begitu besarnya peran masyarakat setempat. Mereka yang memulai, mereka yang memanen energi tersebut. Hingga saat ini, di Kepulauan Orkney, terdapat 700 instalasi turbin kecil yang terpasang di rumah-rumah penduduk, untuk memasok kebutuhan energi bersih untuk mereka kehidupan sehari-hari. 

Komitmen Pemerintah Inggris

Keberhasilan pengembangan energi terbarukan di Kepulauan Orkney menjadi salah satu pendorong bagi pemerintah Inggris untuk mewujudkan lebih banyak lagi pasokan energi bersih. Pemerintah Inggris berkomitmen untuk terus mengurangi emisi karbon hingga mencapai nol persen pada 2050. Guna mewujudkan cita-cita tersebut, masyarakat dan semua kalangan di Inggris secara bertahap akan menggunakan energi terbarukan. Energi terbarukan yang sedang getol dikembangkan adalah pemanfaatan angin. “Kami akan menanamkan investasi di sektor tenaga angin untuk menuju bebas karbon pada 2050,” ujar Boris Johnson, Perdana Menteri Inggris.

Dalam sepuluh tahun terakhir, pemerintah Inggris gencar membangun infrastruktur energi angin lepas pantai. Pemerintah Inggris berharap ke depannya, pada 2030, setiap pasokan listrik rumah tangga merupakan energi bersih tanpa karbon sama sekali. Untuk mewujudkan target tersebut, dibutuhkan energi dari angin lepas pantai sebesar 40 gigawatt. Saat ini Inggris memiliki energi angin lepas pantai 10 gigawatt. Inggris, misalnya, memiliki Hornsea One, ladang angin lepas pantai terbesar di dunia. Ada sedikitnya 174 turbin yang menghasilkan energi listrik sebesar 1,2 gigawatt dan menyuplai ke lebih dari satu juta rumah tangga.

Bagaimana dengan Indonesia?

Dari sisi bentang alam dan pasokan angin serta arus pasang dan surut air laut, Indonesia sesungguhnya memiliki modal yang jauh lebih besar dari Kepulauan Orkney. Menurut Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, potensi energi terbarukan di Indonesia cukup besar, yakni 400 gigawatt. Namun, pemanfaatannya baru mencapai 2,5 persen atau baru di angka 10 gigawatt. Sumber energi ramah lingkungan berasal dari air, panas bumi, bio energi, angin, matahari, hingga laut. Merujuk Orkney sebagai sebuah kawasan kepulauan, Indonesia bisa lebih memaksimalkan potensi energi terbarukan untuk program elektrifikasi nasional. 

Guna mewujudkan target pengurangan emisi hingga 29 persen pada 2030, Indonesia menggandeng pemerintah Inggris untuk mengembangkan energi terbarukan melalui Program Mentari yang didanai oleh prosperity fund. Saat ini, Indonesia memiliki 2 Pembangkit Listrik Tenaga Bayu atau Angin (PLTB) berskala besar di Sidenreng Rappang dan Jeneponto, Sulawesi Selatan, dengan total kapasitas 135 Megawatt.

Tempo.co - DS

Tempo.co - DS

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus