Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Museum Bahari Gelar Pameran 'Lahan Basah', Kental dengan Sejarah Arsitektur

Karya-karya ditampilkan dalam bentuk komik digital, cetakan grafis cukil kayu, poster, dan video dokumenter.

6 Desember 2024 | 11.08 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

INFO NASIONAL – Museum Bahari mempersembahkan pameran bertajuk “Membangun di Lahan Basah: Dari Gudang Barat hingga Museum Bahari 1652-1977” pada 6 Desember 2024 – 22 Juni 2025, setiap Selasa-Minggu Pukul 08.00 – 16.00 WIB. Pameran yang dibuka untuk umum mulai 7 Desember itu merupakan sebuah presentasi hasil dokumentasi dan riset sejarah arsitektur bangunan dan kawasan Museum Bahari.

Museum Bahari adalah saksi bisu perjalanan sejarah arsitektur dan dinamika kawasan pesisir di utara Jakarta, tepatnya di kawasan Pelabuhan Lama Batavia. Dibangun pada 1652 sebagai Gudang VOC dan resmi menjadi museum pada 1977, lokasi museum ini berada di muara Sungai Ciliwung. Konteks historis tentang akar rekayasa infrastruktur pesisir pun menguat.

Mengambil tajuk “Lahan Basah” sebagai judul, pameran ini mengabstraksikan ulang hubungan antara kehadiran bangunan dan perubahan lingkungan sekitar dari waktu ke waktu. Lahan Basah bermakna dua. Di satu sisi, ia mewakili kondisi geografis wilayah muara Sungai Ciliwung yang secara alamiah terbentuk atas sedimentasi hanyutan material dari aktivitas gunung api di sisi selatan Jakarta.

Di sisi lain, lahan basah juga bermakna kesempatan, seperti halnya ketika VOC melihat situs benteng Batavia sebagai titik perdagangan strategis di masa lalu. Dengan memainkan dua makna itu, pameran ini mencoba membuka diskusi tentang isu-isu seperti hubungan historis antara air dan daratan, warisan infrastruktur kolonial, ingatan warga setempat, hingga upaya Museum Bahari merawat bangunan dan koleksi di tengah tantangan lingkungan maupun sosial.

Pameran ini terbagi dalam empat bagian. Bagian pertama berjudul “di permukaan laut”, menampilkan arsip-arsip litografi dan lukisan karya pelukis-pelukis kolonial tentang pemandangan Batavia dari arah laut dan kisah tentang awal mula pembentukan daratan pesisir utara Jakarta. Bagian kedua, diberi judul “rempah-rempah dan infrastruktur hidrokolonial”, menampilkan arsip-arsip tentang beragam upaya pembangunan infrastruktur pelabuhan untuk kepentingan perdagangan dan pertahanan kolonial, seperti syahbandar, galangan kapal, pelurusan kanal, benteng, dan sebagainya.

Bagian ketiga berjudul “gudang dan kota di lahan basah”, menampilkan serangkaian arsip serta hasil dokumentasi arsitektur dan kawasan sekitar Museum Bahari yang dibuat oleh Pusat Dokumentasi Arsitektur dan mahasiswa Program Pendidikan Profesi Arsitektur Universitas Indonesia Angkatan 2023. Pada bagian terakhir, berjudul “menjadi museum bahari”, menampilkan arsip foto kondisi Museum Bahari selepas kemerdekaan hingga masa awal menjadi museum.

Arsip-arsip yang dipamerkan direspon oleh empat seniman multidisiplin, di antaranya Arief Rachman (seniman grafis), Bagasworo (seniman video), Hauritsa (seniman visual), dan Yasmin Tri Aryani (ilustrator). Dengan medium yang berbeda-beda, para seniman memainkan topik yang tidak terwakili pada arsip, seperti kisah pembentukan lapisan tanah pesisir utara Jakarta, hilirisasi produk-produk rempah kolonial, kehidupan domestik pekerja pelabuhan, dan hubungan sehari-hari warga di sekitar bangunan Museum Bahari. Karya-karya mereka ditampilkan dalam bentuk komik digital, cetakan grafis cukil kayu, poster, dan video dokumenter.

Selain itu, pameran ini secara khusus juga menampilkan hasil riset panjang dan dokumentasi terkait sejarah arsitektur Museum Bahari yang dilakukan oleh Pusat Dokumentasi Arsitektur (PDA) dan Program Studi Arsitektur Universitas Indonesia. Sebagian besar materi pamer diolah dari buku yang telah diterbitkan Museum Bahari dari hasil riset bersama PDA, berjudul “Westzijdsche Pakhuizen Batavia 1652-1977”, Dari Gudang Barat Hingga Museum Bahari.

Pameran ini diselenggarakan diselenggarakan oleh Unit Pengelola Museum Kebaharian Jakarta-Dinas Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta atas dukungan Dana Alokasi Khusus Non Fisik BOP Museum Kementerian Kebudayaan RI Tahun 2024, berkolaborasi dengan Pusat Dokumentasi Arsitektur & mitra strategis lainnya. (*)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

 

Fifia Asiani

Fifia Asiani

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus