Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pasar yang tak pernah tidur

Basf-ag yang berpusat di jerman, memproduksi kaset bermutu standar dan pabrik kimia yang terbesar di dunia. cabangnya, pt basf indonesia memproduksi zat pewarna & produsen kaset terbesar di asia. (pwr)

8 Maret 1986 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kalau pasar tak pernah tidur, produsen pun harus selalu terjaga dan waspada. PT BASF Indonesia terus, memantau (memonitor) selera pasar. Tidur adalah suatu kelengahan. Dan kelengahan selalu identik dengan lepasnya peluang. Itu cocok dengan pemeo yang mengatakan: peluang hanya mengetuk pintu satu kali. Dalam dunia bisnis, kita pun mengenal apa yang disebut the sleeping giants perusahaan-perusahaan yang saking besarnya lalu menjadi pongah dan lengah. BASF-AG sebagai salah satu perusahaan kimia terbesar di dunia, tentu saja tak luput dari ancaman ini. Sukur, mereka belum terserang kantuk. "Kenyataan bahwa kami selalu memimpin pasar, adalah bukti bahwa kami belum tidur," kata Winfried J. Werwie, Presiden Direktur PT BASF Indonesia. "Bagaimana kita bisa tidur?" kata Danny Jozal, Direktur Pemasaran perusahaan itu. "Pasar itu 'kan sebuah fenomena yang selalu berubah. Sebagai produsen, kalau kita mengantuk sedikit saja, sudah pasti amblas saham pasar kami. "Indonesia mengalami lompatan besar dalam teknologi reproduksi suara. Piringan hitam dan alat pemutarannya merupakan barang mewah yang hanya dimiliki sekelompok kecil penggemar musik. Gramofon pada masa lalu pun merupakan kemewahan khusus. Tape recorder dengan pita magnetik gulungan besar (reel-to-reel) masih terlalu mahal untuk dapat diserap masyarakat ketika itu. Lalu, pada akhir tahun 60-an pita magnetik dalam bentuk kaset masuk Indonesia. Bum! Sebuah pasar baru terbentuk. Kegandrungan masyarakat terhadap musik pun menjadi-jadi. Berbagai jenis musik muncul dalam blantika musik Indonesia. Tingkat kecanggihan masyarakat Indonesia yang sebagian besar masih merupakan listening society seakan menemukan medianya. Pemusik, penyanyi, pengarang lagu, perekam musik, semuanya menunjang arus menaik yang menggembirakan. Kebutuhan akan pita kaset pun meningkat dengan pesat. BASF-AG, salah satu produsen pita kaset terkemuka di dunia, yang semula hanya mengekspor pita ke Indonesia, sejak tahun 1977 telah menanamkan modal di Indonesia, bekerjasama dengan PT URECON UTAMA untuk memproduksi pita kaset. Dengan kualitas yang berada di papan atas, pita kaset BASF bersaing dengan pita kaset merek lain yang dapat menawarkan harga lebih rendah. Maklum, pada waktu itu pita kaset berisi rekaman lagu bahkan dijual dengan harga bantingan: seribu rupiah dapat tiga kaset. Kecanggihan masyarakat pulalah yang akhirnya menuntut jenis pita kaset yang lebih baik. Masyarakat Indonesia telah "naik kelas". Mereka sekarang tidak puas lagi mendengar lagu meliuk-liuk di atas pita yang buruk. "Di Dadaku Ada Kamu" Vina pun tentu hanya akan membikin jengkel pendengarnya bila direkam di atas pita yang tak stabil. Pita kaset BASF kini makin banyak dituntut konsumen sebagai pita bermutu yang menghasilkan reproduksi suara terbaik bagi lagu-lagu Indonesia. Tetapi, kenyataan inipun belum membuat BASF lena. Melejitnya lagu "Kokoro no tomo", misalnya, adalah merupakan ulah BASF untuk menggairahkan pasar melalui AUDEX (audio exhibition), suatu demonstrasi audio tahunan yang digandrungi pecinta musik. BASF memang tidak hanya bertindak sebagai produsen kaset. Sampai-sampai Seiichi Okawa, koresponden TEMPO di Tokyo, merasa heran mendengar "Kokoro no tomo" di mana-mana selama ia berkunjung ke Indonesia. "Di Jepang kami tak pernah mendengar lagu itu," katanya. BASF-AG tidak hanya memproduksi pita kaset, sekalipun ia merupakan penemu pita magnetik untuk mereproduksi suara (baca juga: "Thomas Lupa Makan", dan "Kota Kecil di Tepi Sungai Rhine"). Dalam total bisnis-nya, usaha pita kaset hanya menyumbangkan kontribusi yang kecil saja. Nama BASF, terutama di Indonesia, lebih banyak dikenal sebagai pita kaset audio, karena hanya pada media magnetik itulah nama BASF melekat dan tampil. Sebagai penghasil bahanbahan kimia, produk BASF kebanyakan merupakan bahan baku yang sudah tidak dapat lagi dikenali bentuk aslinya ketika mencapai tangan konsumen. Wajar kalau nama BASF kemudian tidak dapat ditampilkan pada produk jadi tersebut. "Campur tangan" BASF dalam kehidupan manusia ternyata sangat besar. "Anda mungkin tak sadar bahwa benda-benda yang melekat pada tubuh Anda dan yang terdapat di sekeliling Anda ini mengandung bahan buatan BASF," kata Winfried Werwie. Balpen Anda mungkin mengandung plastik olahan BASF. Sepatu kulit dan ikat pinggang Anda mungkin juga dibuat dengan bahan BASF. Minyak wangi Anda memakai bahan kimia BASF dan celana jeans Anda hampir pasti diwarnai birunya dengan indigo buatan BASF, karena BASF-lah penghasil terbesar dan pemasok utama indigo di pasar dunia. Dalam garis besarnya produk-produk BASF dibagi dalam enam kelompok, yaitu: Energi dan Bahan Baku, Kimia (termasuk obat-obatan), Pupuk Kimia dan Herbisida, Plastik, Barang-barang Konsumsi, Bahan Pewarna. Tiap kelompok diwakili oleh ratusan jenis produk yang terus-menerus berkembang. Kini lebih dari 6000 jenis. Tidak semua produk BASF menemukan jalannya ke Indonesia. PT BASF Indonesia, yang mempunyai pabrik di Cengkareng, Jakarta, hanya memproduksi pita kaset dan zat pewarna. Produk-produk BASF lainnya yang dipasarkan di Indonesia yaitu: obat-obatan, bahan kimia pertanian, bahan kimia energi, dan bahan baku lain: dipasarkan melalui beberapa penyalur: PT Tira Wahari dan PT Krikras. INDIGO yang disebut tadi sebagai bahan pewarna jeans, ditemukan oleh BASF, bahan pencelup ini telah dipasarkan sejak abad lalu. Paul S. Willard. Technical Advisor PT Tira Wahari Lestari, mengemukakan bahwa sebagai agen dari rangkaian produk BASF: bahan pencelup, bahan pewarna, bahan-bahan pembantu, dan bahan kimia khusus, masih harus mengimpor bahan-bahan itu untuk berbagai keperluan di Indonesia. Antara lain ialah: E.G. Basilen untuk bahan pencelup proses pembuatan batik, bahan pencelup Palanil untuk pembuatan Polyester, juga Heliogen biru dan hijau untuk bahan pewarna cat, tinta cetak, dan industri plastik. Yang sudah diproduksi di sini adalah Sincomin kuning, merah, dan hijau. Beberapa industri lain yang ditangani oleh BASF ialah produk-produk keperluan rumah tangga yang lain, seperti: tekstil, kertas kulit, detergen dan beberapa lagi. Perlu diketahui, PT Tira Wahari Lestari juga memasarkan zat pewarna kuning, merah dan hijau yang diproduksi lokal dan warna-warna tersebut berada di sekitar kita di setiap lingkungan. Dalam bidang ini BASF menguasai sebagian besar pasar. "Dapat Anda bayangkan bila kehidupan kita ini tanpa warna?" tanya Paul Willard. Anda tentu dapat menjawabnya sendiri, bagaimana kelabunya dunia ini, dan BASF ingin "Mewarnai dunia". Bahan-bahan pencelup, pewarna, serta bahan-bahan kimia pembantu BASF lainnya telah banyak berperan dalam peningkatan produksi tekstil di Indonesia dengan dukungan tim khusus yang ditopang penuh oleh fasilitas-fasilitas laboratorium untuk memenuhi tuntutan industri canggih di Indonesia. Masalah penting lainnya adalah makanan dan minuman, BASF menawarkan rangkaian zat pewarna yang lengkap dan memenuhi persyaratan internasional yang ketat dalam hal kemurnian dan kesehatan. Ditanya pendapatnya tentang penyalahgunaan beberapa warna dalam makanan, Paul menegaskan bahwa standar internasional yang ketat juga diberlakukan di Indonesia dan penyalahgunaan hampir tidak mungkin, terutama bagi zat pewarna untuk makanan dan minuman yang tersedia di Indonesia dengan harga bersaing. Kenyataan-kenyataan tersebut ditambah dengan pengawasan yang ketat dari aparat pemerintah memungkinkan produk-produk tersebut digunakan secara benar. Keswasembadaan beras Indonesia agaknya sulit dicapai tanpa bantuan bahan-bahan kimia pertanian baik untuk menyuburkan tanaman padi maupun untuk membasmi hama. Produk-produk BASF yang dikenal dibidang pertanian adalah Nitrophoska (pupuk paling terkenal, khususnya untuk perkebunan sayur), dan berbagai jenis pestisida seperti: Basfapon, Polyram, Calixin, U-46-D, dan lain-lain. Kesemuanya masih diimpor karena volume bisnisnya yang kecil. "Semua perusahaan besar dari Eropa, Amerika, dan Jepang di bidang ini sudah ada di Indonesia," kata Julian von Eckardt, Technical Advisor BASF-AG yang ditempatkan pada PT Krikras, distributor dan importir produk-produk kimia, plastik, dan serat sintetis BASF. "Market share kami di bidang agrochemicals ini memang kecil sekali." kata v. Eckardt. "Tetapi, toh operasi kecil-kecilan ini cukup menguntungkan." Sekalipun kegiatan PT Krikras di bidang plastik dan serat sintetis lebih menguasai pangsa pasar yang luas, tetapi BASF sendiri agaknya lebih cenderung memusatkan bisnisnya pada bahan kimia untuk pertanian dan industri minyak. "Keduanya adalah produk penting yang dibutuhkan dalam masa pembangunan seperti Indonesia." kata v. Eckardt. "Juga karena pada kedua jenis produk itu kami mempunyai lebih banyak keunggulan." Separol, misalnya, adalah bahan kimia yang sangat luas pemakaiannya dalam industri penambangan minyak di Indonesia. BASF baru saja memperoleh izin BKPM untuk memproduksi bahan Separol ini di Indonesia karena kebutuhannya telah mencapai volume yang tinggi. Sebagaimana perusahaan-perusahaan besar lainnya yang mempunyai perencanaan strategis jangka panjang, PT BASF Indonesia pun sudah memandang jauh ke depan. Julian von Eckardt meramalkan bahwa dalam masa 5-10 tahun ini akan muncul lebih banyak pesaing, khususnya di bidang agrochemicals. "Pada masa itu nanti, kami harus segera berinvestasi di sini, atau menawarkan teknologi kami untuk bekerja sama dengan perusahaan nasional," kata v. Eckardt. PT Krikras telah 18 tahun lebih menjadi importir dan distributor tunggal produk-produk BASF. OBAT-OBATAN, sekalipun merupakan "barang" baru bagi BASF, tetapi justru telah mempunyai operasinya di Indonesia. BASF selamanya memang hanya membuat bahan baku yang kemudian dimasukkan dalam formula obat, sehingga namanya tak pernah dikenal di sektor ini oleh masyarakat. "Tetapi, pada tahun 1968 BASF-AG membeli sebuah perusahaan farmasi Jerman, Nordmark Arzneimittel GmbH. Kemudian pada tahun 1977 BASF-AG kembali mengambil alih perusahaan farmasi lainnya, Knoll AG," ujar AC Revenda. Tahun 1984, seluruh kegiatan industri farmasi BASF-AG dipusatkan di Knoll AG yang lokasinya berdekatan dengan pusat produksi BASF di Ludwigshafen, Jerman Barat. Perusahaan Knoll AG itu sendiri berdiri sejak tahun 1886, dan tahun ini merayakan ulang tahunnya yang ke-100. Di Indonesia, semua produk-produk farmasi dari Knoll dan Nordmark diproduksi dan dipasarkan atas dasar perjanjian di bawah lisensi oleh PT Tunggal Idaman Pharmaceutical Enterprises. Ada 24 produk obat-obatan yang dipasarkan Beberapa di antaranya ialah Reducdyn dan Proheparum untuk penyakit hati. Thrombophob Gel dan Ointment untuk terkilir, Eudyna obat jerawat, juga tonikum Aktivanad. Dalam waktu singkat, produk-produk tersebut akan dilengkapi dengan sejumlah obat-obatan dari Knoll. Knoll mempunyai reputasi dalam dunia pengobatan penyakit jantung dan sistem gangguan syaraf yang tidak teratur. Knoll adalah sebuah nama khusus dalam masalah pengobatan dan para penderita penyakit jantung. Produk pertama Knoll yang akan diproduksi dan dipasarkan oleh PT Tunggal adalah untuk pengobatan para penderita penyakit jantung. "Sedangkan produk Nordmark adalah obat-obat khusus untuk penyakit daerah tropik, seperti hepatitis, gangguan pencernaan, dan beberapa lagi," kata Revenda. Kembali ke dunia perkasetan yang di Indonesia merupakan salah satu bisnis terbesar PT BASF Indonesia. Doktor Herbert Motz, Direktur Teknik perusahaan ini mengatakan bahwa produksi pita kaset di Indonesia mengikuti tolok yang ditetapkan BASF-AG di Jerman secara ketat. Itu memang bukan urusan gampang. Pada awal-awalnya dulu, PT. BASF Indonesia tak segan-segan menghancurkan pita kaset yang sudah terlanjur jadi, yang tak memenuhi persyaratan kualitas. Sekarang produk pita kaset BASF buatan Indonesia sudah memenuhi persyaratan internasional. Bahkan 20-30% produksi pita kaset buatan Indonesia itu sudah mulai diekpsor ke 16 negara, termasuk ke Jerman sendiri. Indonesia adalah negara kedua setelah Amerika Serikat yang boleh mengekspor langsung tanpa melalui tes Jerman. Produksi pita kaset di Indonesia memang bukan hal yang mudah bagi BASF. Sebelum PT. BASF Indonesia membuka pabriknya di Cengkareng, sudah ada pabrik-pabrik pita kaset yang berproduksi di Indonesia. BASF juga menghadapi kesulitan dengan struktur harga di pasar. Untuk mendapatkan mutu yang tinggi, PT. BASF Indonesia membayar lebih mahal bahan bakunya. Hal ini tentu mengakibatkan perhitungan harga pokoknya lebih tinggi dibanding pita kaset lain yang kurang mengindahkan mutu. Karena sejak pertama kali diproduksi, pita kaset BASF sudah diekspor ke luar negeri, tentunya dengan tolok mutu yang telah ditentukan di negara induknya, Jerman Barat. Perlu diketahui bahwa pita kaset BASF Extra I oleh IEC (International Electrotechnical Commission) telah dijadikan Standar mutu pita kaset jenis ferro(I), sedangkan pita kaset BASF Ferro Super IEC I memiliki standar mutu di atas IEC. Jenis pita kaset lain dari BASF yang dijadikan standar mutu oleh IEC adalah BASF Chromodioxid II untuk jenis pita Chrome (II). International Electrotechnical Commission (IEC) adalah suatu badan international yang menentukan standar mutu pita kaset. Pita kaset yang diproduksi di Indonesia yang menjadi anggota IEC hanya dua, satu di antaranya BASF. Anggota-anggota IEC lainnya adalah AGFA, DENON, FUJI, HITACHI, MAXELL MEMOREX, PIONEER SANYO, SCOTCH (3M), SONY, TDX dan PD Magnetics. "Dalam lima tahun terakhir ini memang terjadi peningkatan mutu pita kaset secara nyata." kata Herbert Motz. "Bandingkan saja kaset lagu yang Anda beli lima tahun yang lalu dengan yang baru saja Anda beli." Perlengkapannya (rumah kaset dan mekaniknya) yang sekarang sudah jauh lebih kaya. Untuk beberapa saat juga tampak adanya kecenderungan masyarakat untuk membeli pita kaset yang terbuat dari bahan metal. Harganya sangat tinggi. "Padahal, pita metal itu tidak cocok untuk kondisi Indonesia. Mudah berkarat," ujar Herbert. Ia juga mengatakan bahwa di Eropa sendiri, sekalipun BASF juga memproduksinya, pita metal kini sudah tidak populer lagi. Sekarang pabrik BASF Indonesia di Cengkareng menghasilkan sekitar tiga juta kaset ukuran C-60 (masa putar 60 menit) setiap bulan. Warsito Sunotorejo, Direktur Keuangan PT BASF Indonesia, mengatakan bahwa produksi kasetnya di Indonesia menyumbangkan bisnis tiga kali lipat dari bisnis pigmen. "Sebagian besar pita kaset itu, selain yang diekspor, dijual kepada industri rekaman. Penjualan kaset kosong untuk konsumsi umum tak lebih dari lima persen," kata Warsito. Danny Jozal, Direktur Pemasaran, mengatakan bahwa belakangan ini justru tampak kecenderungan menaik terhadap kebutuhan pita kaset kosong. Hal itu menurutnya karena sekarang sudah semakin banyak sumber lagu yang bisa direkam dengan kualitas baik untuk diputar sendiri (bukan untuk dikomersielkan). "Masyarakat kita 'kan kaya kehidupan folklore-nya, lagi pula musikal. Itu adalah sumber yang baik untuk direkam. Selain itu, sekarang juga makin banyak stasiun radio FM yang menyiarkan audio dengan bening. Juga makin banyak terdapat compact disc dengan suara bagus. Semua itu memberi alasan bagi orang untuk melakukan rekaman sendiri," ujar Danny. Karena lagu-lagu tersebut bukan hanya untuk didengar di rumah, juga untuk di mobilnya. Untuk itulah diperlukan merekamnya. Ketinggian mutu yang dicapai oleh BASF tentu saja karena dukungan karyawan yang penuh pengabdian. Di pabrik saja terdapat tujuh orang insinyur (empat di antaranya lulusan Jerman). Para staf yang menunjukkan bakat teknik atau kepemimpinan yang tinggi pun sering diberi kesempatan untuk berlatih di Jerman. Sumaryono Widoyoko, Direktur Personalia PT BASF Indonesia, mengatakan bahwa para buruh PT BASF Indonesia menerima upah di atas upah minimum yang ditetapkan Pemerintah "Mereka masih lagi mendapat beberapa jenis jaminan lainnya." Perusahaan pun menyediakan makan siang di kantin agar para karyawan tidak repot menyelenggarakan keperluan pokok itu. "Dengan memberi makan siang, kita dapat mengontrol tingkat gizi mereka," tambah Sumaryono. Di pabrik pun tersedia tiga orang dokter untuk mengontrol kesehatan karyawan. ASIA agaknya kini semakin menjadi pasar yang penting bagi Eropa. Semboyan "Look East!" sudah semakin santer berdengung di sana. Indonesia merupakan base BASF yang terbesar di Asia dan Australia. "Kepercayaan itu diberikan oleh BASF-AG karena suhu politik Indonesia dinilai paling stabil," kata Danny Jozal. "Itu mudah dipahami," kata Winfried J. Werwie, Presiden Direktur PT BASF Indonesia. "Di Jerman, BASF-AG memproduksi seluruh jenis produk yang pertumbuhan pasarnya hanya mencapai 2-2.5% pertahun. Sedangkan Indonesia merupakan pasar yang tengah berkembang terus. Kami belum memasarkan seluruh produk kami di Indonesia dan Asia. Di pasar ini paling tidak kami bertumbuh 5-6% setahun, bahkan pernah 12%, karena pasarnya belum jenuh. Jelaslah bahwa Asia, khususnya Indonesia bila dibandingkan dengan Eropa, menjanjikan pasar yang lebih besar," kata Werwie. Tanpa rencana jangka panjang (strategic planning) agaknya mustahil bagi BASF-AG melakukan keputusan seperti itu ketika dunia sedang dirundung suram. BASF-AG pernah menarik satu jenis fungisida dari pasaran sekitar empat tahun yang lalu karena pada kondisi tropis ia memungkinkan timbulnya gas beracun. Itu dilakukan tanpa perlu menunggu adanya korban yang jatuh. Begitu indikasinya tampak di laboratorium, produk itu langsung ditarik. Hal-hal kecil memang merupakan cermin dari hal-hal yang lebih besar. PT BASF Indonesia harus memperhatikan semuanya itu kalau ia tak ingin tersisih dari pasar. Perusahaan itu menyadari bahwa sebagai pasar yang potensiel, akan semakin banyak pesaing di masa mendatang. "Kami selalu berpikir untuk jangka panjang," kata Werwie mengakhiri penjelasannya. Dan semangat inilah yang agaknya akan menjadi dasar layanan PT BASF INDONESIA bagi kemajuan masyarakat Indonesia. BW/HW THOMAS LUPA MAKAN TAHUN 1936, London Philharmonic Orchestra mengadakan perjalanan muhibahnya ke seluruh Eropa. Jerman termasuk salah satu negara yang mengundang orkes simfoni besar itu, dipimpin oleh Sir Thomas Beecham. Dijadualkan, tanggal 19 November 1936 Thomas Beecham tampil di aula gedung BASF, di Ludwigshafen. Ketika latihan dan gladi resik dilakukan konduktor kenamaan itu sempat memuji sistem akustik yang dinilainya bagus sekali. Tetapi, belakangan yang sangat menarik perhatian Thomas Beecham justru bukan sistem akustik ruangan yang hebat. Seorang teknisi yang ikut mendukung pertunjukannya malam itu mengatakan padanya bahwa pertunjukan itu akan direkam dengan suatu teknologi rekaman baru yang dikembangkan oleh BASF. Thomas kebetulan seorang yang senang akan teknologi baru. Ia sangat tertarik terhadap pemberitahuan tersebut. Bahkan dalam kata pembukanya, Thomas menjelaskan kepada hadirin bahwa pertunjukannya itu akan direkam dengan cara merekam mirip pembuatan film, pada sebuah pita. Pertunjukannya di Jerman ternyata memberikan kesan yang istimewa bagi Thomas. Selain kesuksesan penampilannya, ia sangat bahagia mendapat kehormatan rekaman perdana dengan sistem pita magnetik hasil pengembangan teknoloi BASF. Thomas tenggelam dalam laboratorium rekaman mendengarkan hasil rekaman pertunjukannya. Padahal malam itu ia harus menghadiri jamuan makan malam yang khusus diadakan untuk menghormati kesuksesannya. Ia sangat mengagumi teknologi rekaman baru itu, bahkan sangat puas. Ratusan tamu sudah menunggunya. Panitia mengingatkan Nona Dr Bertha Geissmar, sekretaris pribadi Thomas. Namun, Thomas tetap sibuk dengan hasil rekaman dalam pita magnetik itu. Sedianya, Thomas akan datang terlambat, tetapi kekagumannya bahkan melupakan undangan makan malam tersebut. Empat nomor pertunjukannya yang direkam ketika itu ialah: Overture, The Wasps karya Vaughan Williams, Symphony No. 39 dalam E Flat Major karya Mozart, Summer Night on the River, dan On Hearing the First Cucko in Spring karya Delius, dan Introduction and Cortege from Le Coc d'Or karya Rimsky-Korsakov. Direktur BASF yang mengundang 600 orang untuk makan malam bersama Thomas akhirnya kecewa. Thomas keluar dari laboratorium, memasuki kendaraannya dan kembali ke hotel. Dalam benaknya, ia masih mengagumi teknik rekaman yang baru dinikmatinya dan sangat memberikan kepuasan padanya. Di hotel ia baru menikmati makan malamnya kemudian membaca koran Inggris The Times. Akan halnya undangan makan, sama sekali dilupakannya. Pengalaman yang berharga baginya adalah bahwa rekaman itu adalah rekaman yang pertama kali dilakukan dengan pita magnetik terhadap sebuah musik konser. Dan yang patut dicatat ialah, bahwa hasil rekaman yang pertama kali itu sampai sekarang masih bisa didengar hasilnya. Tahun 1984, merupakan ulang tahun ke 50 penemuan teknologi pita magnetik oleh BASF. Di tahun itu pula diperdengarkan kembali empat buah nomor penampilan Sir Thomas Beecham di aula BASF. Meski bagi Thomas, rekaman itu bukanlah rekaman yang pertama kalinya. Sebelumnya sudah diadakan rekaman dengan sistem piringan hitam. Namun, dengan cara pita magnetik itu Thomas sangat mengaguminya. Tahun 1934, BASF sudah mensuplai 50.000 meter pita magnetik kepada AEG di Berlin. Sebelumnya, pada tahun 1932, kedua perusahaan itu memang sudah mengadakan kesepakatan untuk saling bekerja sama. AEG memproduksi alat-alat perekamnya yang menggunakan pita magnetik, dan BASF mengembangkan dan memproduksi pita magnetiknya. AEG bahkan ikut bersama-sama memasarkan produk tersebut. Kerja sama tersebut makin mengikat. Setelah pengiriman 50.000 meter pita magnetik, BASF dan AEG membuat pameran pertama di dunia dalam audio tape recorder. Sukses kerja sama itu kemudian ditandai dengan saling menyerahkan saham antar kedua perusahaan tersebut sebesar 50%. Kedua perusahaan tersebut akhirnya bergabung. BASF yang 52 tahun lalu telah menghasilkan pita magnetik adalah sebuah perusahaan yang sudah berdiri 71 tahun sebelumnya. BASF berdiri di tahun 1865, diawali dengan perusahaan kimia yang terletak di tepi Sungai Rhine. Dan membicarakan pita magnetik yang diproduksi BASF sejak tahun 1934, berarti pula membicarakan Oberlin Smith yang pada tahun 1888 mengenalkan teori rekaman melalui magnetik yang menggunakan bahan sutra dilapisi baja sebagai mediumnya. Sedangkan penemuan rekaman dengan phonogram sudah ditemukan sejak tahun 1877. BASF, yang merupakan perusahaan kimia, mengembangkan teori rekaman secara magnetik menggunakan medium plastik yang dilapisi bahan kimia untuk menyimpan gelombang suara tersebut. Setelah berkembang selama setengah abad, pita magnetik mengalami berbagai penyempurnaan, bahkan semakin praktis. Dalam bentuk kaset, pita magnetik kini menjadi alat komunikasi yang murah dan praktis. KOTA KECIL DI TEPI SUNGAI RHINE LUDWIGSHAFEN adalah sebuah kota yang berjarak 90 kilometer di sebelah selatan Frankfurt. Jerman Barat. Di sanalah terletak pusat pengendalian seluruh kegiatan perusahaan BASF-AG. Karyawan dan staf yang terlibat sejumlah 52.000 orang, dalam kawasan seluas enam kilometer persegi. Termasuk 10.000 tenaga peneliti yang membuat perusahaan kimia besar di dunia ini makin berkembang. Dalam kawasan seluas itulah berdiri sekitar 1.500 pabrik, kantor, serta laboratorium penelitian yang menjadi inti pengembangan produk-produk baru BASF. Dan dari "Kota Kecil" di tepi Sungai Rhine itulah dikendalikan 320 grup perusahaannya yang terbesar di seluruh dunia, dengan omzet sebesar 42,9 milyar DM pada tahun 1985. Sebanyak 115.000 orang menjadi pekerja BASF di seluruh dunia, dan 400.000 orang yang terlibat dalam saham gopublicnya serta perusahaan-perusahaan pemasok (supplier) baginya. Untuk menguji hasil produksi dari berbagai negara, di pusat penelitian dan pengembangannya itu terdapat kamar-kamar yang iklimnya dibuat mirip dengan iklim negara-negara tersebut. Indonesia Room misalnya. Di sana diteliti produk-produk yang dihasilkan oleh PT BASF Indonesia. Karena suhu di tempat itu dibuat sama dengan iklim di Indonesia. Namun, semua itu dilakukan demi pengujian mutu untuk menjamin kualitas produknya. Melalui pengujian-pengujian itu pula kemudian pita kaset produk PT BASF Indonesia mendapat kepercayaan sepenuhnya untuk diekspor tanpa harus diuji lagi di tepi Sungai Rhine ini. Kepercayaan yang diberikan pada Indonesia merupakan kepercayaan yang kedua terhadap pabriknya di luar Jerman. Produk-produk BASF kini semakin luas, menjangkau seluruh aspek keperluan manusia. Dari yang primer sampai yang sekunder. Ini berkat ketelitian kerja bagian penelitian dan pengembangan. Dari 10.000 tenaga di bagian ini, 1.800 di antaranya adalah sarjana-sarjana jempolan. Pusat penelitian dan pengembangan ini terletak di Ludwigshafen. Karena BASFAG menghasilkan berbagai, macam produk, maka masingmasing produk memiliki Laboratorium utuk penelitian dan pengembangan. Sedangkan demi kelangsungan hidup BASF, laboratorium khusus untuk pengembangan produk-produk baru, merupakan bagian yang penting. Dari bagian penelitian ini saja telah diserap tenaga kerja hampir 10% dari seluruh tenaga kerja yang ada pada BASF di seluruh dunia. Pembiayaan tentu tidak sedikit pula. Sekitar 1,25 juta DM dipakai untuk pembelanjaan bagian ini. Ini merupakan investasi bagi BASF untuk masa mendatang, karena hasilnya tak dapat langsung segera dinikmati. Pendaurulangan limbah produksi yang menjadi perhatian utama BASF-AG adalah juga menjadi tanggung jawab bagian ini. Limbah produksi kimia dari pabrik BASF di Indonesia misalnya, dikapalkan kembali keLudwigshafen. Limbah tersebut diolah kembali untuk dipakai sebagai bahan baku. Sebangkan yang benar-benar tak dapat diolah lagi untuk produksi, sebelum dibuang dibersihkan dahulu agar tak menimbulkan polusi. Di Indonesia. BASF-AG bersama PT URECON UTAMA mulai berproduksi sejak tahun 1976. Dimulai dengan produksi pita kaset, dan ini merupakan produk utamanya di Indonesia. Setahun, BASF Indonesia memproduksi 30 juta pita kaset. Juga 1.500 ton pigmen (zat pewarna) untuk produksi cat, tinta cetak, serta industri plastik. Perusahaan farmasinya pun berkembang, termasuk produk-produk kimia yang dikonsumsi oleh industriindustri perminyakan di Indonesia. Selain pita kaset untuk audio, juga akan diproduksi kaset video dan disk komputer. BASF Indonesia menyerap lebih kurang 1.000 tenaga kerja. (HW)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus