Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

info-tempo

Pengembangan CCS/CCUS oleh Pertamina dapat Berkontribusi Dalam Pengurangan Emisi

PT Pertamina (Persero) menjadi pionir dalam pengembangan Carbon Capture Storage/Carbon Capture Utilization and Storage atau CCS/CCUS di Indonesia.

16 November 2024 | 14.33 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

INFO NASIONAL – PT Pertamina (Persero) menjadi pionir dalam pengembangan Carbon Capture Storage/Carbon Capture Utilization and Storage atau CCS/CCUS di Indonesia.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Senior Advisor for Strategis Planning ESDM, Muhammad Idris Sihite mengatakan, CCS merupakan upaya konkrit pemerintah dalam mencapat ketahanan energi. Pemerintah pun mendukung upaya Pertamina sebagai pengelola, lewat regulasi seperti Perpres 2024 untuk mendukung implementasi CCS dan perdagangan karbon.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"CCS menjadi support dalam operasional industri migas nasional. CCS menjadi jawaban bagi industri migas untuk terus menjaga operasional produksi sekaligus mengurangi emisi karbon," kata Sihite dalam Panel Diskusi “Prospect of Carbon Capture and Storage Thecnologies Archipelagic Countries” dalam Konverensi PBB tentang Perubahan Iklim (COP) ke-29, di Azerbaijan, pada Jumat, 15 November 2024.

Ia menjelaskan, Indonesia memiliki potensi CCS yang mencapai 577,62 gigaton, dan saat ini ada 15 kajian dan pengembangan teknologi CCS yang tersebar di seluruh cekungan migas nasional. "Butuh kolaborasi baik dari pendanaan maupun teknologi untuk bisa mewujudkan potensi CCS di Indonesia ini. Upaya ini mampu mengurangi emisi secara signifikan," kata Sihite.

SVP Technology Innovation Pertamina Oki Muraza menjelaskan, Pertamina mendukung penuh target pemerintah dalam mencapai pertumbuhan ekonomi 8 persen ke depan. Sejalan dengan itu, Pertamina juga terus menjalankan strategi dalam pengurangan emisi karbon. "Oleh karena itu, CCS dan CCUS memegang peran penting dalam mencapai target net zero emission (NZE) pada 2060 atau lebih cepat," kata Oki.

Oki mengatakan, saat ini telah dilakukan beberapa studi di Pertamina dengan potensi kapasitas penyimpanan karbon hingga 7 gigaton CO2 yang dapat mendukung pemenuhan target NZE Indonesia.

Untuk bisa merealisasikan potensi ini, pelaksanaan CCS membutuhkan ekosistem yang solid, mulai dari identifikasi sumber CO2, transportasi, injeksi hingga basin penyimpanannya. "Tantangan utama adalah biaya penangkapan karbon yang tinggi. Oleh karena itu, kami sedang mengembangkan kapasitas domestik untuk teknologi ini," ujarnya.

Pertamina pun telah melakukan berbagai inisiatif pengembangan CCS/CCUS, seperti pengembangan CCS Asri Basin di Jawa Bagian Utara, pengembangan CCUS di Lapangan Jatibarang serta Sukowati. Beberapa potensi lainnya juga telah masuk dalam rencana Pertamina ke depan.

"Indonesia juga berpotensi menjadi hub regional untuk CCS di Asia Pasifik, mengingat negara-negara maju seperti Singapura, Korea, dan Jepang tidak memiliki kapasitas penyimpanan karbon yang memadai," katanya.

Menurutnya, proyek CCS yang memerlukan modal besar, teknologi canggih, infrastruktur, dan regulasi yang mendukung juga membutuhkan insentif fiskal untuk membuat proyek layak secara ekonomi. “Kerja sama internasional sangat penting. Pertamina telah menempuh berbagai kerja sama strategis dengan mitra internasional untuk mewujudkan inisiatif ini," tutup Oki. (*)

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus