Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Direktur Utama Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi (BAKTI) Kementerian Komunikasi dan Informatika, Fadhilah Mathar, bekerja keras membereskan pekerjaan. Waktu 24 jam sehari dan tujuh hari dalam sepekan seakan tak cukup. “Akhir pekan saya masih bekerja untuk mempercepat akses internet di wilayah Indonesia, khususnya daerah 3T,” ujarnya, Minggu, 26 November 2023.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Fadhilah yang akrab disapa Indah ini berusaha menuntaskan pembangunan base transceiver station (BTS) 4G di seluruh Indonesia. Percepatan pembangunan infrastruktur untuk percepatan konektivitas digital di semua desa. Pemerintah menargetkan seluruh desa blank spot menikmati akses internet pada 2025.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Indah mengakui kondisi wilayah Indonesia yang luas dan topografi yang beragam menjadi kendala pembangunan akses internet berbasis tower atau BTS. “Memeratakan akses internet di seluruh Indonesia merupakan suatu tantangan yang harus dihadapi, khususnya di wilayah terdepan, terluar dan tertinggal (3T),” ucapnya.
Untuk mempercepat pemerataan akses internet di wilayah 3T, akan dilakukan dengan pemilihan teknologi yang tepat. Salah satunya adalah penggunaan serat optik di 57 kota/kabupaten yang dilalui oleh jaringan Palapa Ring. Upaya lain adalah melalui penggunaan satelit, Satria-1 untuk mempercepat konektivitas digital di seluruh Indonesia.
Jika semua desa di Indonesia terlayani teknologi seluler atau tersedia jaringan internet akan membawa negara menuju negara maju. Untuk mempercepat akses internet semua desa, BAKTI juga bekerja sama dengan operator seluler dan penyedia jasa intenet untuk mempercepat pembangunan jaringan internet di daerah 3T.
Bagaimana kendala mempercepat aksebillitas internet di wilayah terdepan, terluar dan tertinggal (3T). Bagaimana kendala yang dihadapi dan penyelesainnya, berikut petikan wawancara dengan Dirut BAKTI Fadhilah Mathar di Jakarta, Minggu, 26November 2023.
Dirut BAKTI Fadhilah Mathar berbicara dengan anak-anak di Papua
Bagaimana mempercepat aksebilitas internet di wilayah 3T?
Indonesia merupakan negara adalah negara kepulauan terbesar di dunia. Memeratakan akses internet di seluruh Indonesia merupakan suatu tantangan yang harus dihadapi, khususnya di wilayah terdepan, terluar dan tertinggal (3T). Keterlibatan pemerintah sangat penting agar seluruh masyarakat menikmati akses internet.
Pemerataan akses internet di daerah 3T dilakukan dengan identifikasi teknologi yang tepat untuk desa/daerah wilayah tersebut. Di antaranya, penggunaan serat optik di 57 kota/kabupaten yang dilalui oleh jaringan Palapa Ring. Untuk wilayah dengan kondisi geografis dan sumber daya, dengan penggunaan teknologi satelit, Satria-1. Satelit dinilai lebih cepat untuk mempercepat konektivitas digital di seluruh Indonesia.
Kemudian penyiapan infrastruktur dasar seperti jalan dan pembangkit listrik. Salah satu solusi yang dilakukan BAKTI adalah penggunaan panel surya atau genset sebagai sumber energi.
Upaya lainnya adalah bekerjasama dengan operator dan penyedia jasa internet. Peran BAKTI sebagai catalyst, mempercepat tersedianya akses internet di wilayah 3T dengan membangun infrastruktur telekomunikasi. Kemudian pelatihan dan pendidikan masyarakat untuk meningkatkan literasi dan kecakapan digital. Terakhir, monitoring dan evaluasi berkala untuk melihat keadaan dan penggunaan di daerah 3T.
Mengapa pembangunan aksebilitas berbasis tower tidak dapat menjangkau seluruh wilayah 3T?
Kendala pembangunan berbasis tower seperti dengan base transceiver station (BTS), di antaranya topografi yang sulit dan jumlah penduduk yang sedikit di wilayah 3T. Wilayah ini berada di pegunungan, hutan tebal, daerah rawa, atau daerah terpencil yang sulit dijangkau dengan moda transportasi. Jumlah keluarga di beberapa pulau-pulau terpencil juga tidak banyak dengan daya beli yang rendah.
Kajian kelayakan akan memberikan alternatif solusi teknologi bagi wilayah-wilayah tersebut. No one left behind, demikian amanah Presiden Jokowi, yang meneguhkan semangat BAKTI untuk menjangkau masyarakat yang belum terjangkau secara digital.
Kemudian keterbatasan energi. Perangkat seperti BTS membutuhkan pasokan listrik yang kontinu. Sehingga perlu digunakan alternatif sumber energi seperti panel surya dan genset.
Kendala lainnya adalah keterbatasan perangkat dan material yang dibutuhkan, keterbatasan Ketersediaan tenaga kerja lokal sehingga harus mendatangkan dari daerah lain dan sensitivitas pada aspek sosial dan budaya. Kami perlu memahami nilai-nilai dan kearifan lokal agar pembangunan tidak menimbulkan resistensi atau konflik.
Mengapa beberapa BTS yang sudah on-air, kini banyak yang off-air?
Ada dua program BTS BAKTI, yaitu BTS dengan skema sewa layanan atau universal service obligation (USO) dan BTS 4G. Pembangunan tower skema ini dilakukan secara bertahap dari 2015 hingga 2020 pada sejumlah 1.682 lokasi. Semua BTS ini masih on-air dan melayani masyarakat di desa-desa tersebut.
Kedua, BTS 4G, pembangunannya dilakukan sejak 2021 di 5.618 lokasi dengan berbagai pertimbangan, seperti ketersediaan anggaran.
Bagaimana kelanjutan pembangunan BTS yang belum dibangun dan ditargetkan selesai pada 2023?
Dari 5.618 lokasi BTS, terdapat ribuan lokasi yang sudah on air sejak 2022. Perkara hukum kasus BTS 4G membuat kami berhati-hati dalam penanganan penyelesaian proyek ini.
Presiden, melalui Menteri Kominfo, memerintahkan untuk melanjutkan proyek BTS. Kami bersyukur mendapat riviu dan pendampingan dari Tim Jaksa Agung Muda Tata Usaha Negara Kejaksaan Agung dan Satuan Tugas (Satgas) BAKTI. Satgas berasal dari unsur industri dan kementerian/lembaga terkait.
Dengan melakukan perbaikan di seluruh aspek, termasuk riviu harga kontrak dan legal compliance, serta dilandaskan itikad baik untuk kepentingan masyarakat, kami akan segera menghidupkan kembali BTS yang sempat terputus. BAKTI menghadirkan sinyal di desa-desa tertinggal lainnya yang dibangun pada 2023. Kami sangat berharap upaya ini mendapat dukungan semua pihak.
Banyak titik blank-spot di wilayah 3T yang tidak bisa dijangkau infrastruktur, bagaimana memenuhi kebutuhan aksebilitas internet di wilayah ini?
Tidak mudah untuk menjangkau titik–titik blank-spot di wilayah 3T karena keterbatasan infrastruktur. Penyediaan infrastruktur telekomunikasi BTS memang tidaklah mudah. Alternatif teknologi yang dapat disediakan pemerintah melalui BAKTI adalah dengan memberikan layanan akses internet dalam bentuk seperti wifi.
Perangkat yang digunakan remote terminal ground segment (RTGS) akses internet yang mudah dibawa dan kecil. Program layanan akses internet ini telah dinikmati masyarakat di 14.445 lokasi di seluruh Indonesia.