Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo

Semangat Kolaborasi di Jakarta Tuai Hasil Positif

Setidaknya ada 480 kolaborator berperan membangun Jakarta. Mereka mendapat penghargaan khusus di Festival Kolaborasi Jakarta.

14 Oktober 2022 | 16.46 WIB

Semangat Kolaborasi di Jakarta Tuai Hasil Positif
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

INFO NASIONAL – Jabatan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan segera berakhir pada 16 Oktober 2022. Memimpin kota megapolitan sejak 2017, mantan Rektor Universitas Paramadina ini menyadari bahwa penyelesaian segala masalah yang dihadapi Jakarta membutuhkan kerja bersama.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

“Awalnya itu ada Rencana Pembangunan Jakarta, lebih tepatnya Rencana Pembangunan Pemerintah Jakarta, karena semua dikerjakan sendiri oleh Pemerintah Provinsi DKI. Lalu saya bilang, ‘Jangan, dong. Di sini (Jakarta) banyak sumber daya’. Mari kita libatkan semuanya, bukankah ini kota kita bersama?” ungkap Anies saat menjadi pembicara utama pada Festival Kolaborasi Jakarta yang terselenggara di depan Museum Fatahilah, Kota Tua, 2 Oktober 2022.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Anies melanjutkan, sebelumnya pemerintah—dalam hal ini Pemprov DKI—menjadi satu-satunya penyelenggara kegiatan dan pembangunan, sementara masyarakat hanya jadi penonton dengan cukup bayar pajak. Jika pembangunan sukses, dipuji. Bila gagal, dikritik. Konsep lawas tersebut diubah oleh Anies.

“Sekarang diubah. Kita (Pemprov DKI) sebagai kolaborator dan masyarakat sebagai co-creator. Artinya, masyarakat punya ide, gagasan, dan solusi itu kita tampung. Penyelesaian masalah dikerjakan bareng. Ketika melakukan pembangunan di Jakarta, maka dikerjakan bersama,” ujarnya.

Berangkat dari paradigma inilah, maka Pemprov DKI di bawah kepemimpinan Anies Baswedan mengusung tagline “Jakarta Kota Kolaborasi”. Menurut Anies, keterlibatan seluruh elemen masyarakat sangat penting, lantaran Jakarta adalah satu-satunya kota di Indonesia yang paling banyak memiliki universitas, lembaga think tank, lembaga pembangunan internasional, pakar, dan pengusaha swasta atau private sector.

Maka, pembangunan di seluruh sektor akhirnya dijalankan dengan semangat kolaborasi. Mulai sektor pendidikan, kesehatan, pertamanan, lingkungan hidup, transportasi publik, ketahanan pangan, dan sebagainya. 

Kolaborasi ini dijalankan untuk menjawab berbagai tantangan yang mengemuka. Contohnya dalam menghadapi masalah lingkungan hidup, Jakarta dipastikan terdampak perubahan iklim yang terjadi secara global. Karena itu diperlukan pembangunan hijau yang mengusung konsep berkelanjutan. 

Langkah yang diambil Pemprov DKI, termasuk pelibatan peran para kolaborator, yakni berupaya meminimalkan polusi dan memperbaiki kualitas udara. Cara pertama dengan membenahi transportasi publik. Pemprov DKI melalui Badan Usaha Milik Daerah di bidang transportasi seperti Transjakarta, MRT Jakarta, serta LRT Jakarta, menyiapkan transportasi umum yang lebih terintegrasi. Infrastruktur penunjang berupa halte terintegrasi dibangun, sehingga masyarakat dengan sukarela berpindah dari pengguna kendaraan pribadi menjadi penumpang kendaraan umum. 

Selanjutnya, Pemprov DKI mensinergikan JakLingko dengan pengusaha transportasi swasta yang ada di Jakarta. “Waktu kami bertugas, kami buat JakLingko. Satu konsep di mana seluruh operator di Jakarta yang dulunya menerima pembayaran dari warga lalu kita ubah. Operator sekarang menjual jasanya kepada pemerintah. Kami beli jasa mereka dengan hitungan berapa kilometer setiap hari. Itu yang kita bayar,” tutur Anies.

Kolaborasi ini membawa hasil positif. Sopir angkot tidak lagi kebut-kebutan mengejar setoran, karena sudah mendapat kepastian pendapatan. Sementara untuk warga, kebijakan tarif sebesar 10 ribu rupiah selama tiga jam berhasil memangkas biaya perjalanan yang cukup besar. Biaya perjalanan tiap orang yang sebelumnya mencapai 30 persen dari anggaran pengeluaran per bulan dapat menurun drastis, karena naik angkutan umum sekarang lebih murah dan nyaman. 

Langkah Pemprov DKI selanjutnya dalam menghadapi tantangan perubahan iklim yakni membangun banyak taman di seluruh wilayah Jakarta. Konsep taman pun diubah oleh Gubernur Anies. “Sekarang ada 377 taman. Konsep taman juga diubah, kalau dulu disebut garden karena untuk ditonton, kini diubah jadi park sebagai tempat bermain. Larangan injak rumput dicabut tuh, karena taman itu tempat bermain dan bukan untuk ditonton,” jelasnya.

Selain memperbanyak ruang terbuka hijau, Pemprov DKI juga mengubah paradigma tentang pemakaian jalan. Jika sebelumnya konsep jalan adalah untuk kendaraan bermesin, kini prioritas diberikan kepada pejalan kaki dan pesepeda. Trotoar yang lebar pun dibangun seperti di Jalan Sudirman dan kawasan Kota Tua. 

Pemecahan masalah lingkungan hidup ini pada akhirnya memecahkan solusi lain, yakni kesetaraan. Trotoar yang lebih lebar memungkinkan warga dari berbagai kalangan, kaya dan miskin, berjalan di area yang sama. Demikian pula, transportasi umum memungkinkan orang dari berbagai golongan berdiri dan duduk sejajar. Sementara taman-taman di berbagai wilayah membuka peluang bagi masyarakat untuk berinteraksi. “Itulah tanda kota modern, kesetaraan itu hadir,” kata Anies.

Dengan transformasi Jakarta yang signifikan selama lima tahun terakhir ini, Gubernur Anies sangat berterima kasih kepada peran para kolaborator yang ikut membangun Jakarta. Sebanyak 480 kolaborator mendapat piagam penghargaan dari Pemprov DKI yang dibagikan di Festival Kolaborasi Jakarta.

Wakil Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo), Shinta Khamdani, yang juga penggagas Young President’s Organization Indonesia (YPOI), merasa bangga dapat terlibat sebagai kolaborator. Adapun program yang dilaksanakan YPOI disebut Kampung Asuh dengan tujuan memberdayakan komunitas masyarakat marginal. “Kami juga membangun infrastruktur air bersih, sanitasi, drainase, pengadaan tempat pembuangan sampah, perbaikan jalan, dan bantuan makanan dan minuman,” ucapnya.

Sedangkan Ketua Umum Kadin DKI Jakarta, Diana Dewi, menyatakan, kolaborasi membuat pembangunan di DKI Jakarta bisa tetap berjalan, walau sempat terdampak pandemi. Bahkan, saat pandemi, kolaborasi dengan pengusaha sangat terasa. “Kalau memang perlu menyingsingkan lengan, saya rasa sudah sepatutnya pengusaha mempunyai tanggung jawab untuk bersama membangun daerahnya,” terangnya. 

Senada dengan Shinta dan Dina, Co-Founder Ayo ke Taman, Niken Prawestiti, mengapresiasi Pemprov DKI yang sangat terbuka terhadap berbagai masukan dari masyarakat. “Pemerintahan Anies berusaha dari awal melibatkan warga, sehingga warga bisa menyumbang ide untuk fasilitas di taman. Itu di akomodasi, sehingga Taman Maju Bersama cocok dengan warga di sekitarnya.” (*)

Prodik Digital

Prodik Digital

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus