Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
David Cameron menghela napas. Baru saja Perdana Menteri Inggris ini menyampaikan pendapat untuk menarik secara bertahap pasukannya dari Afganistan mulai tahun depan sampai 2015, rekan-rekannya seperti ingin ”menelannya”. ”Mestinya kita mundur berdasarkan situasi di sana, bukan karena kalender,” kata Sekretaris Jenderal Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) Anders Fogh Rasmussen.
Dalam pertemuan di Lisabon, Portugal, dua pekan lalu itu semua petinggi NATO dan Presiden Afganistan Hamid Karzai berkumpul. Mereka membahas penyelesaian perang. Sejak akhir 2001, setelah peristiwa 11 September, Amerika dan sekutunya menyerang Taliban di Afganistan.
Setelah sembilan tahun, alih-alih Taliban tumpas, pasukan NATO justru terus berguguran. Total sudah 2.225 serdadu NATO yang tewas. Rakyat Afganistan pun kesal dengan kehadiran pasukan asing karena ancaman bahaya semakin tinggi.
Meski tak sepenuhnya sepakat dengan Cameron, baik Presiden Amerika Barack Obama, Kanselir Jerman Angela Merkel, maupun Presiden Prancis Nicolas Sarkozy sepakat tentara mereka mesti segera ditarik. Tenggatnya 2014. Tanggung jawab keamanan dan ketertiban akan diserahkan kepada pemerintah Karzai. Jumlah tentara dan polisi Afganistan dianggap sudah memadai. Saat ini ada 260 ribu dan akan menjadi 300 ribu tentara tahun depan.
NATO sebetulnya sudah ingin keluar dari Afganistan sejak tahun lalu. Ketika Jenderal Stanley McChrystal menjadi pemimpin di Afganistan, sinyal solusi menghentikan perang sudah diberikan. McChrystal menilai perang tak akan selesai cepat dan menimbulkan kelelahan. Maka Pakistan pun ditarik menjadi sekutu. Intelijen Pakistan diminta membantu menghubungi para elite Taliban dan milisi sekutu mereka, yaitu para penguasa wilayah di negeri itu.
Setelah komando beralih ke Jenderal David Petraeus, solusi itu semakin nyata. Petraeus beberapa kali mengadakan pertemuan dengan Karzai dan petinggi Pakistan. Tapi, sampai bulan lalu, belum ada elite Taliban yang bisa diajak berunding.
Orang itu datang dengan dua pengawalnya ke Kabul. Dijemput dengan jet Amerika dari sebuah tempat di Kandahar, tiga kali dia datang ke perundingan. Mengenalkan diri dengan nama Mullah Akhtar Muhammad Mansour, para pejabat NATO dan Karzai langsung paham, inilah orang kedua dalam struktur Taliban.
Meski belum ada gelagat bagus ke arah perdamaian, kedatangan pejabat Taliban itu disambut gembira. Tapi, pada kedatangannya yang ketiga ke Kandahar, seorang tokoh Afganistan menggelengkan kepala ke arahnya. ”Saya tak kenal dia,” ujar seorang perunding menirukan tokoh Afganistan yang mengenal Mansour itu.
Padahal Amerika sudah menggelontorkan jutaan dolar buat Mansour palsu itu. Pejabat Afganistan masih berharap dia Mansour yang sesungguhnya. Tapi perunding dari Barat sudah menyerah. ”Itu bukan dia,” ujarnya. Tanpa Taliban, perundingan rahasia itu jelas tak ada artinya.
Karzai mesti menggelar jumpa pers untuk membantah cerita tipuan utusan Taliban ini. Sebaliknya, Petraeus tak menampik cerita itu. Mullah Muhammad Omar, pemimpin tertinggi Taliban, membantah keikutsertaan Taliban dalam perundingan. ”Kami tak berunding bila mereka (NATO) tak keluar dari Afganistan,” katanya dalam pesan kepada pemerintah Afganistan.
Otot Taliban diperkirakan sudah semakin pulih, baik di wilayah Afganistan maupun Pakistan. Semua berkat pesantren yang mendidik para milisi dan bantuan para penguasa wilayah Afganistan. Sekutu Taliban, Haqqani, malah sudah menguasai Kurram, daerah dekat markas pasukan NATO.
Meski dimusuhi Barat, Haqqani dikenal sebagai mediator damai antara Sunni dan Syiah. Wilayah utara Kurram merupakan daerah yang ditempati kelompok Syiah. Haqqani yang Sunni beberapa kali menjadi penengah dalam bentrok antara kedua aliran dalam Islam itu di Afganistan. Kepiawaian seperti ini membuat Taliban sulit ditaklukkan Barat.
Padahal keuangan Barat saat ini sedang kempis. Sejak diempas krisis ekonomi 2008, Eropa dan Amerika belum bangkit. Amerika sampai merayu Asia untuk membuka pasar, sedangkan Inggris menyusutkan bantuan ekonomi buat negara lain di berbagai bidang, termasuk pendidikan. Wajar jika di Lisabon mereka menetapkan 2014 sebagai tenggat untuk hengkang dari Afganistan.
Yophiandi (Guardian, New York Times, Reuters)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo