Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
SIRENE peringatan bencana St John’s Regional Medical Centre, Joplin, Negara Bagian Missouri, Amerika Serikat, meraung-raung, Minggu malam pekan lalu. Semua pekerja rumah sakit dan pasien mendapat peringatan bahwa bencana angin topan bakal menghantam kota dalam waktu yang amat singkat—kurang dari 24 menit.
Bergegas pekerja rumah sakit menjauhkan pasien dari jendela dan memindahkannya ke lorong-lorong tertutup. Belum usai mereka memindahkan semua pasien dan menutup tirai, angin puyuh mengguncang gedung sembilan lantai tersebut—bangunan tertinggi di kota itu. Langit-langit ruangan seperti akan runtuh. Kaca jendela hancur dan pecahannya diterbangkan angin kencang yang menembus ke dalam ruangan.
”Seluruh gedung bergetar,” kata Misty Hicks, perawat. Suara tornado bergemuruh di telinganya. Lalu ia melihat seorang pasien terempas, menghantam dinding, dan terjepit oleh ranjang rumah sakit. ”Itu adalah hal yang paling mengerikan yang pernah saya lihat,” ujarnya.
Tiba-tiba ruangan menjadi gelap. Tabung oksigen, obat-obatan, tubuh manusia, dan pecahan kaca di mana-mana. ”Semua orang berdarah,” kata Hicks.
Rupanya, aliran listrik terputus. Sinyal jaringan telepon seluler juga lenyap. Tak ada mesin peralatan rumah sakit yang hidup. Dalam gelap, pekerja rumah sakit menggunakan senter untuk memindahkan para pasien. Seorang pasien dengan pinggul patah menyerahkan kursi rodanya untuk mengangkut 180 pasien ke tempat lebih aman, karena pecahan kaca berhamburan di lantai.
Inilah angin topan paling mematikan sejak 1953, dan tornado kedua di Amerika Serikat dalam tempo kurang dari sebulan. Angin puyuh dengan kecepatan 400 kilometer per jam, lebar 2 kilometer, dan tinggi 10 ribu meter ini membelah pusat kota berpenduduk 50 ribu jiwa itu, merusak ribuan bangunan, seperti gereja, sekolah, gedung perkantoran, dan rumah penduduk.
Sedikitnya 125 orang meninggal. Sekitar lima orang di antaranya pasien rumah sakit St John. Jumlah ini diperkirakan akan meningkat. Seribu lima ratus orang yang masuk daftar orang hilang perlahan menyusut jumlahnya karena telah diketahui hidup atau mati.
Gubernur Missouri Jay Nixon menduga penduduk yang tak sempat menyelamatkan diri itu tidak bisa mendengar sirene peringatan tornado karena suara gemuruh angin kencang yang bercampur hujan lebat. Nixon menyatakan Missouri dalam keadaan darurat dan memerintahkan pasukan Garda Nasional terjun ke Joplin. Presiden Barack Obama pun menyatakan dukacitanya atas bencana ini dan akan mengunjungi Joplin seusai lawatannya ke Inggris.
Sebanyak 1.500 petugas dikerahkan untuk mencari korban. Setelah topan berlalu, cuaca buruk dan rusaknya infrastruktur membuat sinyal telepon menghilang, yang menghambat upaya pencarian korban. Tak kehilangan akal, para korban yang selamat turut mencari anggota keluarga dan kawan mereka dengan memanfaatkan radio lokal dan jejaring sosial media di Internet.
Carol Jo Tate, 18 tahun, misalnya. Ibu muda ini terpisah dari bayinya, Skyular Logsdon, 16 bulan, ketika dibawa ke tempat medis untuk korban tornado. Untuk mencari bayinya, Tate dan anggota keluarganya yang selamat membuat halaman khusus di Facebook, bertajuk ”Bring Skyular Logsdon Home”.
Bibi Skyular menulis di dinding halaman Facebook: ”Keponakan kami menghilang sejak tornado menerjang Joplin. Ada banyak informasi beredar, tapi belum ada konfirmasi. Tolong hubungi kami jika ada informasi.”
Cara ini menarik simpati, hingga 10 ribu orang mendukung akun Facebook yang memuat foto Skyular kecil. Ribuan orang memberikan informasi, semangat, dan doa. Hingga akhirnya, Tate menemukan jenazah bayinya di kamar mayat korban tornado di sebuah rumah sakit di barat daya Missouri. Ribuan orang kembali menyatakan dukacita di Facebook untuk keluarga Tate.
Pusat Prakiraan Badai di Badan Kelautan dan Atmosfer Nasional memperkirakan badai bakal berlanjut. Ada kemungkinan angin topan bergerak ke arah lembah Sungai Mississippi, Illinois, Indiana, Missouri, dan Arkansas. Selisih beberapa hari setelah tragedi di Missouri, badai mematikan juga menerjang Arkansas, Oklahoma, dan Kansas, menewaskan sedikitnya 15 orang.
Nieke Indrietta (The New York Times, The Guardian, AP)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo