Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
HELIKOPTER bercat putih milik Perserikatan Bangsa-Bangsa itu akan lepas landas dari Kota Abyei, Rabu pekan lalu. Belum terbang tinggi, tubuh helikopter itu diterjang rentetan peluru, yang memaksanya mendarat kembali. Itu merupakan helikopter PBB keempat yang ditembaki milisi Sudan Selatan setelah meninjau daerah Abyei.
”Ada 14 peluru yang bersarang di badan helikopter. Walau heli harus mendarat secara paksa, semua awak dalam keadaan selamat,” kata juru bicara PBB, Hua Jiang, Kamis pekan lalu. Menurut Jiang, kelompok Milisi Arab Misseriya-lah yang bertanggung jawab atas penembakan itu. Mereka didukung Sudah Selatan
Tidak hanya helikopter, sebagian barang petugas perdamaian PBB juga menjadi sasaran kelompok Milisi Arab Misseriya. Saat ini kelompok itu sudah bergerak ke arah selatan. ”Sehingga pertempuran dan penjarahan sudah mereda di Abyei,” ujar Jiang.
Berminggu-minggu lamanya di Abyei berlangsung pertempuran di antara dua Sudan. Mereka ingin menguasai kawasan kaya minyak itu. Presiden Sudan Omar al-Bashir, yang menjadi buron Pengadilan Kriminal Internasional—atas tuduhan genosida di Darfur—ngotot ingin menguasai daerah ini. ”Abyei adalah wilayah yang berada di Sudan Utara,” kata Bashir.
Adapun Sudan Selatan berencana mengambil alih Abyei sebelum menjadi negara yang merdeka Juli mendatang. Bashir pun mengancam tidak akan mengakui kemerdekaan Sudan Selatan bila mereka tidak menyerahkan klaim kepemilikan Abyei kepada Sudan.
Senin pekan lalu, Bashir mengerahkan ratusan tentara dan 15 tank demi menguasai daerah tersebut. Tentara Bashir berhasil mengambil alih wilayah Abyei dan membersihkannya dari kelompok bersenjata Sudan Selatan. ”Sudan Selatan sudah seharusnya sadar, mereka belum sepenuhnya merdeka,” kata Menteri Negara Urusan Presiden Amin Hassan Omar.
Selain mengerahkan pasukan, Sudan menuduh sayap militer Sudan Selatan menyergap pasukannya dan pasukan PBB di Dokura, Abyei, Kamis dua pekan sebelumnya. Mereka menuduh Sudan Selatan melakukan provokasi yang menewaskan 22 tentara Sudan.
”Abyei sudah menjadi zona perang sekarang,” ujar Sadiq Amer, Wakil Kepala Intelijen Sudan. ”Pasukan disergap tanpa peringatan,” dia menambahkan di Ibu Kota Khartoum.
Sekitar 20 ribu warga Abyei dipaksa keluar oleh tentara Sudan untuk membersihkan kota dari pasukan Sudan Selatan. Mereka menolak menarik tentaranya keluar meskipun Abyei sudah bersih dari pasukan Sudan Selatan. ”Kami tidak akan menarik pasukan kami bila Sudan Selatan masih melakukan provokasi seperti ini,” ujar Omar.
Di lain pihak, Sudan Selatan menampik tuduhan melakukan provokasi dan penyergapan terhadap pasukan Sudan. Mereka balik menuduh Sudan yang mencari masalah untuk menggagalkan referendum Sudan Selatan. ”Itu sebabnya, kami memutuskan memiliki negara kami sendiri,” kata Atim Garang, anggota parlemen yang mewakili sayap politik Sudan Selatan.
Tentara Pembebasan Rakyat Sudan, yang menjadi cikal bakal pasukan Sudan Selatan, malah menyatakan kebingungannya atas penyergapan terhadap konvoi pasukan Utara dan PBB pada Kamis itu. ”Tidak benar kami yang melakukan penyerangan. Situasi itu membutuhkan penyelidikan yang layak,” ujar juru bicaranya, Philip Aguer.
Ketegangan antara Utara dan Selatan sebetulnya mulai mereda ketika ada kesepakatan damai pada 2005. Perjanjian perdamaian mengarahkan Sudan Selatan melakukan referendum. Referendum itu kemudian berlaku secara perlahan pada 2008. Namun sengketa atas kepemilikan wilayah Abyei selalu menjadi batu sandungan bagi perdamaian dua Sudan.
Utusan Amerika Serikat untuk Sudan, Princeton Lyman, telah memperingatkan, pengambilalihan Abyei bisa membahayakan keringanan utang Sudan kepada Amerika sebesar miliaran dolar AS. Lyman juga mengatakan Washington akan kesulitan menghapus Sudan dari daftar negara yang mensponsori terorisme kecuali bila dua Sudan mau menarik pasukannya dari Abyei.
Cheta Nilawaty (AFP, BBC , Los Angeles Times, Teheran Times, Reuters)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo