Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

<font size=1 color=#FF9900>JEPANG</font><br />Pengisap Cerutu di Kursi Nomor Satu

Taro Aso terpilih sebagai perdana menteri baru Jepang. Ia doyan bicara blak-blakan.

29 September 2008 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

KESIBUKAN luar biasa tampak di kantor pusat partai berkuasa Jepang, Partai Demokrat Liberal, awal pekan ini. Seorang ketua baru telah terpilih. Taro Aso, sang kandidat—yang sebelumnya menjabat sekretaris partai—meraih 351 dukungan dari 527 anggota partai. Menangnya Aso sekaligus memastikan tiket bergengsi di tangan: kursi perdana menteri.

Dengan dukungan mayoritas itu, mantan menteri luar negeri berusia 68 tahun ini menyisihkan kandidat lain: Menteri Pertahanan Yuriko Koike, Menteri Kebijakan Ekonomi dan Fiskal Kaoru Yosano, mantan Menteri Pertahanan Shigeru Ishiba, serta mantan Menteri untuk Reformasi Administrasi Nobuteru Ishihara.

Sejak Yasuo Fukuda mengundurkan diri dari jabatan perdana menteri—sekaligus dari posisinya sebagai ketua partai—awal bulan ini, banyak pihak sudah menggadang-gadangnya sebagai pengganti. Suara dukungan yang cukup kuat untuk Aso datang dari kawasan pedesaan setelah ia berjanji memanfaatkan dana publik untuk meningkatkan perekonomian.

Hanya selang beberapa jam setelah ia resmi terpilih sebagai Ketua Partai Demokrat Liberal (LDP), Aso langsung mengambil hati rakyat Jepang dengan pidatonya. ”Kita sekarang berdiri di garis awal dengan menghadapi kesulitan-kesulitan baru,” katanya.

Aso diperkirakan akan mengangkat Menteri Sekretaris Kabinet Nobutaka Machimura untuk menggantikan dia sebagai sekretaris jenderal partai, jabatan nomor dua setelah perdana menteri. Jabatan Machimura akan diisi oleh mantan Menteri Pertanian Tadamori Oshima.

Ia juga memikat dalam debat politik di televisi. Dalam sebuah debat, Aso mengatakan Jepang tak boleh membiarkan dirinya ikut terseret dalam kondisi kelumpuhan ekonomi yang kini menyerang Amerika Serikat.

Aso dikenal sebagai politikus flamboyan—ia doyan mengisap cerutu dan berkalung emas—yang gemar bicara blak-blakan. Berkali-kali, karena ucapannya yang tanpa tedeng aling-aling, ia harus meminta maaf secara terbuka.

Aso adalah tipikal Jepang konservatif saat berhadapan dengan pihak asing dan bersikap keras dalam mendukung perang global melawan terorisme. Ia juga berdiri di barisan penentang perempuan sebagai Kaisar Jepang.

Kebiasaan Aso yang blak-blakan dan tanpa pikir panjang itu membuat banyak pihak mengkhawatirkan gaya kepemimpinannya kelak. Yosano, rivalnya di pemilihan, menyebut tindakan Aso mengumbar janji bakal merepotkan negara. Yosano menuding Aso membahayakan kepentingan jangka panjang Jepang dengan pengeluaran yang tidak ada gunanya.

Ada pula yang meramal Jepang bakal mengalami kesulitan dalam menghadapi masalah dengan Korea dan Cina, mantan musuh abadi Jepang. Apalagi, dalam banyak kesempatan ia gemar mengecam Cina dan Korea. Tapi Aso membantah kritik sikapnya yang cenderung keras akan menciptakan friksi dengan tetangga-tetangga Jepang di Asia.

Pemimpin senior oposisi Naoto Kan juga ikut menyerang Aso. Dia mengatakan Aso hanya mengecap ihwal dirinya. ”Saya khawatir punya pemimpin Jepang seperti dia,” kata Kan.

Toh, banyak pengamat menyebut pribadi Aso yang berwarna itu mendongkrak popularitasnya. Kaum muda menyukainya karena ia dipandang sebagai pemimpin representatif masa kini. Aso memang dikenal sebagai sosok yang cinta seni. Ia suka manga, kartun Jepang. ”Strategi media Aso telah membantu dia terlihat sebagai sosok yang mudah disukai. Namun apakah dia mampu menjadi perdana menteri, lain ceritanya,” kata Koichi Nakano, ahli ilmu politik di Sophia University, Tokyo.

Aso sangat kontras dengan dua perdana menteri sebelumnya, Shinzo Abe dan Fukuda. Abe adalah seorang nasionalis yang menjanjikan dengan ambisinya menciptakan Jepang yang indah. Sayang, ia hanya bertahan satu tahun karena tersandung skandal dan gangguan pencernaan.

Fukuda menjalani hari-hari penuh tekanan karena perseteruan dengan oposisi Partai Demokrat Jepang (DPJ), yang mengambil alih Majelis Tinggi dari tangan Partai Demokrat Liberal pada tahun lalu. Fukuda juga hanya bertahan satu tahun.

Banyak yang memperkirakan Aso bakal tancap gas menyelamatkan partai dengan meminta digelarnya pemilihan umum dipercepat, yang kemungkinan besar berlangsung paling lambat Oktober. Pemilu awal ini dipilih partai sebagai langkah mujarab untuk menghambat gerak oposisi Partai Demokrat Jepang pada pemilu tahun depan. Belakangan, Demokrat—yang antimiliter dan bersikap properubahan—kian menanjak popularitasnya. Mereka berhasil merontokkan dua perdana menteri sebelum Aso.

Angela Dewi (AFP/AP/BBC/Nikei/Reuters)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus