Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

"pedang itu belum sampai di ...

Wawancara dengan menlu nguyen co thach mengenai masalah penyelesaian kampuche, diaglog asean, hubungan dengan asean, dan tentang muangthai dsb.

14 November 1981 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

DIALAH yang sering disebut jurubicara Vietnam. Memiliki rasa humor yang tinggi dan punya selera dalam berpakaian, Menlu Nguyen Co Thach kini disebut-sebut akan diorbitkan menjadi anggota politbiro. Fasih berbahasa Prancis dan termasuk pandai memainkan bahasa Inggrisnya--yang ia peroleh dari "seorang nyonya di India" --Menlu Thach, 57 tahun, punya gaya bicara yang menawan. Berikut ini adalah beberapa petikan dari wawancara dengan Menlu RSV itu: Penyelesaian masalah Kampuchea Penyelesaian masalah Kampuchea harus ditempuh secara luwes, melalui konperensi atau konsultasi regional atau melalui pendelagasian kekuasaan. Misalnya delegasi dari kelompok ASEAN berunding dengan delegasi dari kelompok Indocina, tanpa menyebutkan nama dari masing-masing negara. Delegasi itu bisa terdiri dari satu atau lebih negara. Jadi, kami mencari penyelesaian masalah Kampuchea tanpa secara jelas mengikutsertakan pihak Kampuchea. Dialog ASEAN Kami sudah mengusulkan suatu agenda terbuka. Tidak saja untuk ASEAN, tapi bebas: Siapa saja bisa turut serta. Namun itu harus dilakukan berdasarkan pemilihan yang berimbang. Kalau anda memberikan satu pertanyaan, dari pihak kami pun demikian. Kalau hari ini anda membicarakan masalah kami, maka kami pun akan membicarakan masalah kalian hari itu juga. Itu tidak sulit, kan? Tentara Vietnam di Kampuchea Kehadiran tentara Vietnam di Kampuchea itu terbatas untuk menghadapi ancaman Cina dari lambung selatan. Tapi penarikan kembali sebagian tentara Vietnam bisa dilaksanakan kalau perbatasan antara Cina, Kampuchea dan Muangthai sudah dianggap daerah damai dan aman. Artinya, tak ada lagi infiltrasi dari Muangthai ke Kampuchea. Penarikan mundur seluruh tentara Vietnam harus dikaitkan dengan ancaman laten dari Cina. Ini tak bisa dibicarakan antara ASEAN dengan Indocina, karena soal tersebut berada di luar kekuasaan kita. Itu hanya bisa diputuskan di Beijing. Sampai sekarang bahaya dari utara bisa datang sewaktu-waktu. Pejamkan mata anda, dan dengarkan baik-baik, pasti anda akan mendengar Pelajaran kedua, pelajaran kedua . . . Mereka selalu akan menciptakan ancaman di kepala kami, bagaikan pedang Democles. Dan pedang itu belum sampai di atas kepala anda . . . Tentara AS yang hilang Ini memang soal yang rumit. Tak mudah untuk mengetahui di mana mereka sekarang berada. Mereka kebanyakan adalah para penerbang yng jatuh atau tertembak pesawatnya. Mereka ada di hutan-hutan Vietnam. Jadi untuk mencari tahu, kami harus mendapat bantuan rakyat. Mereka tak bisa ditelusuri dengan alat-alat pencari jejak yang rumit. Tapi rakyat Vietnam rupanya masih marah. Mereka selalu bilang: Kenapa anda jadi ingin menolong orang Amerika itu? Mereka telah mengebom penduduk, rumah-rumah dan segala milik kita? Dan mereka belum juga mau membayar pampasan perang? Nyatanya sampai sekarang Amerika masih juga memusuhi Vietnam. Baik dalam pertemuan ASEAN, di perbatasan Muangthai dan di udara sekalipun, melalui radio mereka rentang Muangthai. Muangthai selalu merasa seakan-akan ada ancaman dari Vietnam. Kami sejak aman dulu tak pernah menduduki tanah Muangthai. Dan kami selalu mengusulkan adanya suatu perjanjian tak saling menyerang, atau perjanjian untuk menegakkan suatu wilayah damai antara Muangthai dan Kampuchea. Muangthai selalu mengatakan bahwa kekuatan Pol Pot itu ada di perbatasan Kampuchea. Sedang kami tahu mereka diberi perlindungan di perbatasan Muangthai. Pernyataan sebenarnya bisa membahayakan Muangthai sendiri. Sebab kalau mau, kalau kami menggunakan hak pengejaran (hot pursue) seperti dilakukan oleh Amerika di Kampuched pada 1970, dan tak sulit bagi kami untuk menangkap Pol Pot dan membuktikan kepada dunia bahwa mereka ada di tanah Muangthai. Tapi kami menolak untuk menggunakan cara begitu. Kami bukan penganut doktrin yang membenarkan hot pursue itu. Hubungan dengan ASEAN Sejak 1945 semua negara yang kini tergabung dalam ASEAN telah memusuhi Vietnam, kecuali Indonesia. Mereka telah membangun tentara di Vietnam Selatan untuk melawan kami. Jadi sebenarnya kami ini yang berhak khawatir terhadap mereka, bukan sebaliknya. Dengan Singapura? Ya, kami memang mempunyai hubungan yang baik di bidang perdagangan. Sekalipun di bidang politik hubungan Singapura dengan Vietnam buruk. Mereka itu amat pandai, pragmatis. Tak seperti Indonesia, konservatif . . . Sebenarnya kami ingin mengimpor pupuk dari Indonesia, juga untuk kerjasama di bidang teknik seperti perminyakan. Dan saya sudah omong-omong dengan beberapa pejabat tinggi Indonesia. Tapi kelihatannya mereka masih ogah-ogahan. Barangkali karena pertimbangan solidaritas ASEAN.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus