Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Mantan Presiden Pantai Gading Laurent Gbagbo pulang ke negaranya setelah hampir satu dekade menjadi eksil atau mengasingkan diri ke luar negeri. Gbagbo digulingkan dari kekuasaan dalam sebuah perang sipil pada 2011 silam dan telah dibebaskan dari tuduhan melakukan kejahatan perang oleh pengadilan di Den Hague pada 2019.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ribuan orang pada Kamis sore kemarin, 17 Juni 2021, turun ke jalan menyambut Gbagbo di Ibu Kota Abijan. Gbagbo tiba di Pantai Gading menggunakan penerbangan komersial dari Ibu Kota Brussels. Setiba di Kota Abijan, dia menaiki sebuah mobil SUV dan bergerak menuju kantor pusat partainya.
Mantan Presiden Pantai Gading Laurent Gbagbo, 76 tahun, dibebaskan oleh ICC dari tuduhan dugaan kejahatan kemanusiaan. Sumber: Reuters
Para pendukung Gbagbo bersorak-sorai dan mengikuti mobil SUV yang membawanya. Aparat kepolisian melepaskan tembakan gas air mata agar bisa mengendalikan warga yang menyemut.
“Saya gembira bisa pulang ke Pantai Gading dan Afrika. Saya berasal dari Pantai Gading, namun saya belajar di penjara bahwa saya adalah seorang Afrika. Semua orang Afrika mendukung saya,” kata Gbagbo.
Pengamanan di sepanjang kota Abijan sangat ketat. Presiden Pantai Gading, Alassane Ouattara mengutarakan harapan kepulangan Gbagbo akan bisa membantu rekonsiliasi di Pantai Gading.
Kepulangan Gbagbo sudah dinanti-nantikan para pendukungnya, terutama sejak dia dibebaskan dari dakwaan kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan oleh Pengadilan Kriminal Internasional di Den Hague, Belanda atas perannya dalam sebuah perang sipil di Pantai Gading.
Gbagbo, 76 tahun, menjabat sebagai orang nomor satu di Pantai Gading pada tahun 2000. Dia memimpin saat Pantai Gading bergolak hingga terbelah menjadi menjadi dua pada 2002 menyusul adanya pemberontakan oleh Angkatan Darat Pantai Gading.
Gbagbo tidak mau mengakui kekalahan dari Ouattara dalam pemilu 2010 silam. Penolakan itu lalu memicu terjadinya perang sipil yang menewaskan lebih dari 3 ribu orang.
Pantai Gading adalah produsen cokelat terbesar di dunia. Perekonomian negara itu tumbuh cukup cepat di bawah kepemimpinan Presiden Ouattara. Hanya saja kerusuhan politik dan etnis masih terjadi di sana.
Sumber: Reuters