Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Setidaknya 13 ledakan kecil melanda kota Yala di Thailand bagian selatan, Jumat malam, 28 Januari 2022.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Serangan sebagian besar terjadi di pinggir jalan di depan toko serba ada, toko, pasar, rumah sakit hewan dan toko perawatan mobil, kata wakil juru bicara polisi Thailand, Kissana Phathanacharoen, Sabtu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Polisi pada hari Sabtu menemukan setidaknya tiga bom rakitan yang tidak meledak, terbuat dari kaleng semprot dan pipa logam dengan pengatur waktu terpasang.
Kissana mengatakan polisi menduga ledakan itu bertujuan menyebabkan teror daripada merusak atau menyerang kelompok orang. Setidaknya satu orang cedera dalam serangan ini.
Pemberontakan separatis berusia puluhan tahun di provinsi Yala, Pattani dan Narathiwat yang mayoritas beragama Buddha merenggut nyawa lebih dari 7.300 orang sejak 2004, menurut kelompok Deep South Watch yang memantau kekerasan tersebut.
Kelompok pemberontak menuntut kemerdekaan untuk provinsi-provinsi yang berbatasan dengan Malaysia ini, yang merupakan bagian dari kesultanan Patani yang dianeksasi oleh Thailand pada tahun 1909 sebagai bagian dari perjanjian dengan Inggris.
Pemboman hari Jumat terjadi hanya beberapa minggu setelah pemerintah Thailand memulai kembali dialog damai dengan kelompok pemberontak utama setelah jeda dua tahun pembicaraan karena pandemi Covid-19.
Seperti kebanyakan serangan di bagian selatan Thailand, tidak ada pihak yang mengaku bertanggung jawab atas serangan bom hari Jumat itu. Kelompok pemberontak utama, Barisan Revolusi Nasional tidak segera menjawab permintaan komentar Reuters.