Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah Jerman telah melipatgandakan ekspor senjatanya ke Ukraina tahun ini dan mengurangi separuhnya ke Israel dibandingkan 2023. Hal ini menurut data dari kementerian perekonomian pada Rabu seperti dilansir Reuters.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sebagai negara penerima utama, Ukraina akan menerima senjata dan peralatan militer lainnya senilai 8,1 miliar euro, naik dari 4,4 miliar euro pada tahun lalu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Jerman sejauh ini menyetujui ekspor senjata ke Ukraina senilai 13,2 miliar euro pada tahun ini, menurut data sementara dari kementerian yang berlaku hingga 17 Desember.
Namun di sisi lain, persetujuan ekspor senjata untuk Israel telah turun menjadi 161 juta euro. Ini bertepatan dengan adanya tantangan hukum dari kelompok hak asasi manusia yang khawatir mengenai potensi pelanggaran kejahatan perang dalam penggunaan senjata Israel di Gaza.
Tahun lalu, Jerman menyetujui ekspor senjata ke Israel senilai 326,5 juta euro, termasuk peralatan militer dan senjata perang. Ini meningkat 10 kali lipat dari 2022, menurut data dari kementerian perekonomian, yang menyetujui izin ekspor.
Seperti dilanasir Anadolu, perang brutal Israel di Jalur Gaza yang telah menewaskan lebih dari 45.000 orang, sebagian besar perempuan dan anak-anak, sejak 7 Oktober 2023.
Bulan lalu, Pengadilan Kriminal Internasional (ICC) mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan mantan Menteri Pertahanan Yoav Gallant atas kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan di Gaza.
Israel juga menghadapi kasus genosida di Mahkamah Internasional (ICJ) atas perangnya di Gaza.
Ekspor senjata selalu ditinjau kasus per kasus oleh pemerintah. Pengiriman senilai 1,2 miliar euro telah disetujui untuk Singapura dan kurang dari 559 juta euro untuk Aljazair. Sementara ekspor senjata ke Turki bernilai 230 juta euro.